PART FIVE

42 16 0
                                    

Kau tak pernah tahu
Betapa hati yakin untukmu
Kau tak pernah tahu
Betapa aku merindukanmu

- Intuisi, Yura Yunita

"Hansya?" Pekik Naya. Saat membuka pintu kamar rawat, tubuh Naya sangat kaku. Ia menjerit dalam hati. 

"Naya, yang sabar ya. Doain semoga Hansya cepat sembuh ya, sayang..." Nada tante Vina melembut. Naya ingin segera menghampiri Hansya, namun ia tidak bisa. Ia masih takut. Tak ada persiapan dalam dirinya untuk menerima kenyataan pahit ini. Mau tidak mau, gadis itu segera menghampiri lelaki yang terbaring di ranjang. 

"Hans.... Lu harus kuat. Lu cowok. Gue khawatir sama lo. Gue pengen lu sekolah lagi," Naya mengusapkan air matanya. Ia tidak bisa seperti ini. Tapi, Naya harus kuat. Naya harus membuat Hansya kembali sehat dan bersekolah lagi. "Nay, tante pengen nanya sama kamu. Kamu kenal yang namanya Bell ga? Tante kurang tau namanya siapa, tapi setiap hari dia selalu mengingau nama itu.. Kamu tau?" Tanya Tante Vina hati- hati. 

"Ha? Bell? Bell siapa?" Gumam Naya. Naya masih memikirkan nama 'bell' itu. Siapakah Bell? Ada apa ini sebenarnya? Berbagai pertanyaan mucul di benak Naya.

"Ehhhmmmmm, nte, aku kurang tau itu siapa. Tapi kayaknya itu temen aku deh. Nanti coba aku cari tau ya..." Jawab Naya pelan. Naya melihat ke arah ranjang. Hansya. Hidungnya dihubungkan dengan selang- selang untuk bernapas. Ada sedikit perban di keningnya dan perban di bagian tangan kirinya. 

Tangan kiri Hansya patah.

Naya melihat ke samping kanan ranjang Hansya. Disitulah Nahsya dirawat. Sama seperti Hansya, Nahsya mengalami luka. Tetapi tidak banyak seperti Hansya, dia hanya merasakan luka di bagian bahu kanannya. Begitulah kecelakaan. Naya benci kecelakaan. Itu hanya membuat kepala Naya terasa pening. Naya duduk di kursi yang telah disediakan oleh Tante Vina. Dave tau, gadis yang ada dihadapannya itu lagi bersedih.

"Jadi Nay, Tante minta tolong banget sama kamu, buat sempetin jagain Hansya dirumah sakit. Hansya butuh teman untuk mengobrol. Mungkin kamu juga bisa minta tolong sama yang namanya 'Bell-Bell' itulah pokoknya. Nanti tante juga mau minta ijin sama Mama kamu buat ngejagain Hansya sampai bener- bener pulih, okey? Setelah sore, kamu baru boleh pulang. Nanti ada Kakaknya yang jagain Hansya sama Nahsya. Makasi banget ya by, kalo kamu bener- bener jagain Hansya. Kamu boleh bawa temen kok buat jagain dia. Kalo urusan Nahsya, kata dokter Nahsya sebentar lagi akan pulih. Jadi tante agak tenang. Udah ya Nay, tante ini ada urusan di kantor, tante minta kerjasamanya sama kamu ya." Tutur Tante Vina panjang lebar. Setelah mengambil tasnya,

"Oh iya, ini Dave ya. Tolong juga ya Dave, bantu jagain Hansya sama Nahsya ya. Kalo gitu tante pergi dulu, Assalamualaikum.." Pamitnya.

"Wa'alaikumussalam." Aku menyunggingkan senyum pahit. Naya belum sempat ngomong dengan Tante Vina, ternyata beliau sudah pergi. Padahal, banyak yang ia ingin tanyakan. Termasuk penyebab kecelakaan Hansya.
              
Naya duduk disamping ranjang milik Hansya. Kenapa sampe sebegini parahnya? Emang dia kecelakaan dimana? Nabrak apaan? Naek apa juga? Naya pusing. Matanya berkunang- kunang. Akhirnya, ia pun menelungkupkan tangannya dan menaruh kepalanya keatas tangannya yang ditaruh di pinggir ranjang kasur Hansya. Naya terlelap.

~Yafi~

"Maaah, aku pulang!!" Teriaknya hampir membuat ibunya kaget. Ibunya sudah terbiasa melihat tingkah anak sulungnya itu. Yafi menaruh sepatu, dan melangkahkan kakinya masuk ke kamar. Lelaki ini menjatuhkan badannya ke atas kasur miliknya. Cape? Pasti.
             
Yafi membuka ponselnya. Ia kemudian menghubungi gadis yang ia cintai.
            
"Halo?"
   
"Halo. Ini siapa?"
 
"Ini juga siapa? Ini hp Naya kenapa yang jawab cowok?"
  
"Gue Dave. Naya lagi tidur."

abuabu [aku bukan untukmu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang