Part 6

129K 6.8K 122
                                    

Masih dibutuhkan masukan untuk Cast Leo. Hehe

------

Aku mengikuti Juan atau Leo atau siapapun dia. Turun ke lobby dan disana sudah terparkir mobilnya.

"Kita mau kemana pak?" tanyaku setelah memasang seat belt.

"Biasanya restaurant mana yang sering kamu dan Jo kunjungi?" tanyanya sambil menginjakan gas, membawa mobilnya menjauh dari kantor.

"Saya dan Leo jarang mengunjungi restaurant biasanya kami masak bersama di rumah" kata - kataku keluar begitu saja, ada rasa rindu yang menyelip sesudah mengatakan hal tersebut.

Juan terdiam.

Aku mengalihkan pandangan ke jalan raya yang terlihat ramai lancar, tiba - tiba saja muncul di benakku percakapanku dan Mami saat di Bali kemarin.

"Siapa wanita itu? Kenapa tega melakukan hal seperti itu Mi? Lena itu kan anaknya dan Leo, kenapa dia membuat Leo sampai harus mengakhiri hidupnya?"

"Ana, dengar, leo meninggal bukan hanya karena perempuan itu, tapi karena.." mami menghela napas "Dia kecelakaan"

"Kecelakaan? Jadi Leo enggak bunuh diri?"

Mami menggeleng.

"Terus kenapa Juan bilang dia bunuh diri Mi? Apa Juan enggak tau tentang ini?"

Mami menghapus air matanya yang keluar begitu saja "Juan ada disana, saat kecelakaan itu Ana"

Aku terenyuk.

Laki - laki di sampingku ini yang menyebabkan kematian orang yang kucintai dan teganya dia berkata kalau Leo bunuh diri! Tega sekali dia. Aku menahan amarahku saat ini, entah kenapa aku enggan melihatnya sejak saat itu, namun aku harus tetap bekerja, pekerjaan ini kubutuhkan untuk memenuhi kebutuhanku.

Aku tersadar dari lamunanku begitu tau kemana Juan membawaku. Restaurant Seafood.

Sea Food.

Itu makanan kesukaanku.

Bagaimana dia tau?

Setelah Apartment sekarang SeaFood? Apa dia punya indra keenam? Atau dia itu penguntit? Atau dia tau semua ini dari Mami? Atau... Leo?

"Mau pesan apa?" Tanyanya begitu pramusaji memberikan daftar menu kepadaku dan dirinya.

"Crab stick sama sate lobster dan es tea" kataku kepada pramusaji.

"saya lemon tea saja" kata juan.

Aku menatapnya bingung setelah pramusaji itu pergi.

"bapak tidak makan?"

"saya alergi seafood"

Alergi?

Leo juga alergi sea food. Mungkin karena mereka kembar, mereka punya kesamaan dalam alergi terhadap sesuatu.

"Kalau begitu kenapa tidak ke tempat makan yang lain, bapak bisa makan disa.."

"Tidak apa - apa, toh cuma tempat ini yang terjangkau dengan kantor dan saya tau kamu suka sea food"

Aku mengerutkan dahiku "Kokbisa tau pak? Saya tidak pernah bicara tentang makanan kesukaan saya sebelumnya"

"Saya tau karena kamu pesan seafood saat berada di Hotel, saya melihat Pramusaji mengantar makanan dari restaurant seafood hotel"

Aku diam, namun akhirnya mengangguk.

"Apa yang ingin bapak bicarakan kalau saya boleh tau?" tanyaku "Saya yakin ini bukan urusan kantor"

Juan tersenyum, Ah kenapa laki - laki ini sangat mirip dengan Leo!

"Sepertinya kamu paham situasi ini, kamu tau kalau Jo adalah kembaran saya, dan selama ini saya mengira bahwa Jo adalah laki - laki yang cerdas dan tidak memiliki pengalaman yang buruk"

Aku mendengarkan ucapannya dengan seksama.

"Tapi ternyata perkiraan saya salah, sebenarnya ada apa dengan Jo? Apa kamu tau sesuatu tentang dia? Maksud saya kalian adalah mantan kekasih, apa sebelumnya Jo pernah menghubungi mu lagi setelah kalian putus?"

Aku menggeleng "Dia sudah lama pergi dari hidup saya bahkan sebelum dia benar - benar pergi dari dunia ini. Perkiraan kita sama, saya pikir dia adalah laki - laki yang baik, saya pikir dia tidak akan pernah melakukan sesuatu yang bisa mengecewakan saya, tapi ternyata saya salah"

"Tapi saya yakin, kamu masih mencintai Jo, benar kan?"

"Saya tidak bisa melupakan dia, kami sudah melalui tahun - tahun yang sangat melekat di ingatan saya, saya tidak ingin berpikir apakah ada yang bisa menggantikan dia, bagi saya dia adalah satu - satunya yang bisa mengambil hati saya"

"Jadi kamu tidak pernah mencoba berpacaran lagi? Bahkan setelah kalian putus?"

"ya, saya tidak ingin mencobanya"

Kami terdiam hingga pesanan datang.

------

"Gimana kondisi Ibu, Ris?" tanyaku kepada Risa yang sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit sambil memakan jeruk.

"Kakak liat saja sendiri" kata Risa dengan sebal.

"Kamu ga boleh gitu dong Ris sama Kakakmu" ucap Ayahku yang baru keluar dari kamar inap Ibuku.

"Kakakan bisa lihat Ibu kondisinya gimana, aku juga bingung mau jelasinnya" Risa tampak tak peduli dengan kondisi Ibuku.

"Kakak tau kamu khawatirin Ibu" ucapku sambil mengelus pundaknya.

"Aku gak khawatir, aku yakin Ibu bisa ngelewatin semua masa - masa sulitnya di rumah sakit" Jawab Risa mencoba tegar.

Aku tersenyum, Risa baru kelas dua SMA, emosinya masih labil dan kebangkrutan usaha ayah membuat dia harus bersikap acuh dengan dunia, dia punya caranya sendiri untuk menggapai mimpinya membahagiakan ibu dan ayah.

"Pasien sudah bisa ditemui" Ucap seorang suster kepada kami.

Dengan segera kami masuk dan melihat kondisi Ibu, aku tau kondisinya tidak juga membaik bahkan menurun akhir - akhir ini, yang bisa aku lakukan hanyalah berdoa kepada Tuhan untuk memberikan kesembuhan kepada Ibu.

"Bu.. gimana? udah enakan?" tanyaku.

"Ana.. Ibu pengen ketemu Leo" ucapan Ibu sontak mengagetkanku, entah angin dari mana Ibu membuat permintaan seperti itu.

"Leo?"

"Iya Ana"

"Tapi Leo.."

"Dia gak akan lupa ingatan di depan ibu Ana, ibu mau ketemu Leo"

Permintaan itu, permintaan yang sungguh berat aku lakukan, karena entah kenapa permintaan itu persis seperti permintaan Nenek dahulu sebelum ajal menjemputnya, Nenek ingin bertemu denganku.

Belum lagi permintaan itu menyangkut Leo, andai saja Leo masih hidup pasti aku sudah membawakannya kehadapan Ibu.

"Leo sibuk Bu, mungkin beberapa bulan lagi Ibu baru bisa bertemu dengannya" kataku sambil menggenggam tangan Ibu.

"Apa orang yang namanya Leo itu presiden kak? Kenapa harus lama banget?! Kakak tega ngebiarin Ibu nunggu?!" Cibir Risa.

Aku memejamkan mataku "Yaudah, aku usahain besok Leo pasti datang, Ibu tunggu yah aku bakal bawa Leo ke Ibu"

Ibu tersenyum bahagia.

Setelah dua jam Aku bersama Ibu, Risa dan Ayah akhirnya aku memilih pulang, besok aku masih harus bekerja.

Namun, gadis kecil yang sedang duduk di ruang tunggu membuatku tertarik untuk menghampirinya.

"Lena?"

-----

Terima kasih sudah membaca dan memvoting dan komentar, partisipasi kalian sangat berharga untukku:)

Ex-  ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang