Part 17

92.9K 5.4K 31
                                    

Thank You untuk komentarnya:)
----

Malam ini Juan berencana mengajak Lena dan aku makan malam diluar, dan dia bilang aku harus berdandan karena sepertinya makan malam ini formal, dia juga memintaku mengenakan dress formal, entahlah saat ku tanya ada acara apa dia tidak menjawab.

Sesekali aku memang merasa keberadaan Juan membuatku nyaman, terlebih aku sudah tinggal beberapa minggu dirumah ini. Ayah dan Risa sesekali juga datang untuk bertemu Lena.

Mereka sangat mendukung jika aku mau berbaikan dengan Juan dan memulai semuanya dari awal kembali. Tapi perasaanku masih ragu, sepertinya perasaan ini sudah kebal dengan hal - hal berbau cinta.

Aku melihat jam sudah menunjukan pukul setengah delapan malam namun Juan belum juga pulang dari kantornya, Lena nampaknya sudah mengantuk dan tidak betah mengenakan dressnya dan aku juga sama halnya dengan Lena.

Kami berdua hanya diam sambil menonton televisi, jika Juan tidak pulang sampai jam delapan malam terpaksa aku harus memasak nakan malam dan mengganti bajuku.

"Daddy lupa kali yah bun?" Tanya Lena saat dirinya kemudian menguap.

"Hm, Lena udah laper yah?"

"Iya bun banget"

Aku tertawa, dan jam sudah menunjuk pukul delapan, baiklah Juan kamu nguji kesabaran saya.

"Lena ganti baju yah, bunda juga mau ganti baju, nanti bunda masakin pasta buat Lena"

Lena memberi tatapan kecewa "Jadi kita ga nungguin daddy bun?"

Aku menggeleng "Kasian Lena nanti keburu laper"

Dia mengangguk dan bergegas kekamarnya, Lena memang sudah bisa memakai dan melepas baju sendiri sekarang.

Dengan berat aku menghela napas.

Setelah makan malam Lena langsung tidur dikamarnya, dia mungkin lelah karena siang tadi sehabis pulang sekolah tidak tidur.

Aku hendak masuk kekamar dan menelpon Juan tapi belum sempat aku mengetikan namanya suara bel terdengar beberapa kali.

Dengan buru - buru langkahku membuka pintu rumah.

Seandainya saja Juan sendirian saat ini aku sudah mengomelinya pastinya, namun ada seseorang di gendongannya. Aku kaget bukan main.

"Nanti saya jelaskan sekarang bantu saya membawanya ke kamar tamu"

Tak sempat aku berkata - kata aku menurutinya dan membatu Juan membaringkan wanita yang tak lain tak bukan adalah Warna.

"Bisa kamu menggantikan bajunya Lan? Dia pasti tidak nyaman memakai dress saat seperti ini"

Aku hanya dapat mengangguk suaraku seolah - oleh tertelan.

Juan meninggalkan aku dan Warna.

Dengan cekatan aku menggantikan dress yang dipakai warna dengan baju tidur milikku.

Setelahnya aku keluar dari kamar tamu dan mendapati Juan sedang menelpon seseorang.

"Dia meminum banyak obat tadi, dan setelah itu menegak bir" samar - samarku dengarkan suara Juan "Baik, cepatlah! Saya tidak mau dia kenapa - napa"

Juan menutup panggilannya dan berbalik.

"Sudah?"

Aku mengangguk.

"Dokter Vir, akan datang kesini, saya juga merasa harus mandi" katanya lalu pergi kedalam kamar.

Jujur. Aku bingung.

Jelas bingung sekali, niat ingin memarahi Juan karena tidak menepati omongannya kandas karena laki - laki itu sendiri membawa seorang perempuan ke rumah ini. Aku tidak kesal dengan hal itu, tapi aku kecewa. Entah kenapa aku sangat kecewa.

Beberapa menit kemudian dokter yang menjadi dokter pribadi Juan dokter Vir datang dan langsung ku suruh dia masuk kedalam kamar, aku menunggu diluar, sebenarnya aku enggan ikut campur.

"Dokter Vir sudah datang?" Juan yang sudah berganti pakaian duduk disebelahku.

"Sudah" jawabku singkat.

"Kamu harus paham Lan, kalau saya membawa Warna kesini karena Warna tidak punya siapa - siapa di Jakarta, dia tadi minum obat dengan kadar yang banyak dan menegak bir di club, dia menelpon saya sebelum pingsan jadi saya membawanya kesini, karena saya tidak tau alamat apartementnya" Juan mencoba menjelaskan.

"Saya tidak sama sekali perduli soal itu Juan, saya hanya ingin memarahi kamu yang mengecewakan Lena dan juga saya dengan tidak menepati janjimu, Lena sangat antusias dengan ajakan kamu, tapi lagi dan lagi kamu tidak bisa dipercaya" kataku sinis, setelahnya aku memilih berjalan menuju kamar.

Juan mengikutiku dan kedua tangannya memegang bahuku kemudiam membalik badanku "Saya minta maaf"

Aku hanya diam.

"Saya minta maaf Landra" ucap nya dengan tulus.

"Saya ga perlu penyesalan kamu" kataku.

Kulihat dokter Vir keluar dari kamar tamu, wajahnya entah kenapa muram.

"Gimana vir?" Juan menggenggam tanganku dan berjalan kearahnya.

"Kamu bisa ngobrol sama dia, dia sudah bangun" kata dokter Vir "Dia tidak apa - apa, dia hanya meminun tiga kapsul obat tidur"

Aku menghela napas lega.

"Kamu mau menemuinya Lan?" Tanya Juan.

Aku mengerutkan dahiku "Tapi.."

Juan melepas genggaman tangannya dan menyuruhku masuk kedalam kamar.

Aku enggan bertemu Warna karena Warna pasti akan mengetahui kalau aku adalah istri Juan. Tapi mungkin lebih baik untuk mengajaknya ngobrol sekarang, dia terlihat kacau.

"Na?" Aku memanggil namanya dan dia membalik tubuhnya, kudapati wajahnya di penuhi air mata "kamu kenapa Na?"

Warna bangkit dan langsung memelukku.

"Aku harus gimana mba?"

"Kamu kenapa?" Aku masih keukeuh bertanya "kamu sakit? Ada masalah? Cerita aja Na"

"Aku harus berbuat apa Mba?" Dia mengambil napas sambil menangis di pundakku "aku hamil"

----
TBC

Ex-  ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang