FS | 5

369 101 19
                                    

BAB 5

***

Airin yang sudah membersihkan tubuh dan berganti pakaian setibanya di kontrakan, kini sibuk menatap langit-langit kamar dengan pandangan menerawang.

Kadang takdir itu lucu. Ketika kita tak mengharapkan apapun, sesuatu yang tak terduga muncul layaknya kotak pandora yang penuh kejutan. Namun ketika sangat menginginkan sesuatu, justru begitu sulit untuk meraihnya.

Dulu, ia berharap Endra akan tetap menjadi suaminya sampai uban memenuhi kepala mereka. Namun suami yang ia cintai justru memilih wanita lain. Lalu kini, tanpa tahu malunya meminta ia tuk kembali seolah lupa akan luka yang telah pria itu torehkan.

Berpikir akan hidup sendiri lantaran cukup sulit menaruh percaya pada pria lagi, siapa sangka jika pria asing yang dulu pernah mendekatinya kembali muncul. Kali ini dengan tekad yang sangat kuat, pria itu tampak serius ingin menjadikannya sebagai pendamping hidup.

"Saya sudah menuruti keinginan kamu untuk berhenti waktu itu. Bahkan saya mencoba untuk melupakan kamu dengan menerima perjodohan yang orang tua saya lakukan." Alan memulai cerita setelah beberapa saat kediaman kembali mendominasi.

"Setiap hari saya selalu meminta sama Tuhan, jika memang wanita yang orang tua saya pilihkan adalah benar jodoh saya di dunia ini, saya meminta kelancaran untuk segala niatan baik para orang tua. Dan jika memang kami tidak berjodoh, saya meminta untuk gagalkan saja segala rencana itu. Kamu tahu, Airin? Tidak berselang lama saya mendapatkan jawabannya."

Tampak Alan mengembangkan senyum manisnya sembari melirik wanita disisinya yang masih betah dalam diamnya.

"Wanita yang hampir menjadi istri saya ternyata masih mencintai mantan kekasihnya, begitu pula sebaliknya. Pria itu mendatangi saya dan mengatakan ingin memperjuangkan cintanya sekali lagi. Dan itu juga yang sedang saya lakukan saat ini. Saya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tidak mencoba untuk memperjuangkan kamu sampai akhir."

Airin terdiam cukup lama sebelum hembusan napasnya terdengar samar. Lalu dengan kepala menunduk, wanita itu berujar pelan.

"Seperti yang Mas Alan tahu, saya seorang janda dan saat ini hanya bekerja sebagai karyawan toko roti. Mas Alan berhak mendapatkan wanita yang lebih segalanya dari saya. Dimana bibit, bebet, dan bobot kalian berada dalam kesetaraan."

"Saya tidak membutuhkan istri yang kaya raya maupun memiliki jabatan yang bagus, cukup istri yang penurut dan menghargai saya sebagai seorang suami. Hanya itu. Dan mengenai status kamu, saya tidak peduli Airin. Janda maupun single, hati saya tetap memilih kamu. Kali ini jangan meminta saya berhenti, tapi coba kamu buka hati. Siapa tahu perceraian kamu di masa lalu adalah jalan yang Tuhan beri supaya kita bisa bersama." Alan mengakhirinya dengan senyum penuh ketulusan.

Dan senyuman yang Alan berikan itu berhasil menghanyutkan Airin dalam kebingungan.

"Lantas, bagaimana dengan orang tua Mas Alan? Pasti tidak akan mudah menerima wanita seperti saya dengan status janda pula."

Beberapa bulan lalu, Ibu Amira--orang tua Alan pernah menemuinya di toko secara tiba-tiba. Barangkali tahu sang putra mendekati seorang janda, wanita yang masih terlihat begitu cantik di usianya yang tak lagi muda itu, memintanya untuk berhenti menjalin kedekatan bersama Alan.

Finding a SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang