Debaran menyenangkan

663 70 45
                                    

Hari ke 15

Yuan sedang sibuk dengan ponsel di tangannya, ponsel itu milik Junkai tentu saja. Sedangkan sang empunya ponsel sedang tak ada di rumah karna harus membeli beberapa makanan untuk mereka berdua.

Hari ini dan beberapa hari kedepan mereka hanya akan tinggal di rumah berdua, Ayah Ibu dan juga Taekwon sedang pergi ke Jepang karena ada kerabat yang meninggal dunia.

Jadilah Junkai harus tinggal di rumah menjaga Yuan, sebenarnya dia bisa pergi juga namun mengingat Yuan yang tak memiliki identitas sama sekali, itu sebabnya dia tak bisa di bawa juga dan keputusan pada akhirnya adalah Junkai tinggal untuk menjaga Yuan.

Yuan terus saja mengerucutkan bibirnya kesal saat game yang dia mainkan tak pernah menang, dia memang tidak ikut bersama Junkai karena di luar sedang panas, dia bisa kering dan kesakitan jika berpapasan langsung dengan matahari terik tanpa air.

Yuan lalu berhenti bermain game karena kesal, dia lalu membuka aplikasi kamera lalu terkejut saat layar memperlihatkan wajahnya sendiri.

"Mata biruku memang indah."

"Aahh, senyumku tampan sekali."

Dengan cekikikan Yuan mengambil beberapa foto dirinya sendiri dengan berbagai ekspresi, mulai dari senyum manis, hingga ekspresi konyol lalu setelahnya dia akan tertawa renyah melihat hasil fotonya sendiri.

NGIINGG

"AKHHH!!"

Yuan menutup telinganya yang berdengung nyaring hingga membuatnya tak dapat mendengar dengan normal, tubuhnya meringkuk di atas kasur dengan tubuh melengkung, kedua tangannya menutup telinganya sendiri namun suara nyaring di telinganya semakin terdengar keras.

Ngiiiiiiing

"Akhhh hiks Ibu!!!"

"YUAN!"

Junkai dengan asal melempar jaket yang di pegangnya lalu menghampiri Yuan yang meringkuk kesakitan di atas ranjangnya.

Dengan wajah super panik Junkai menarik Yuan dalam pelukannya. Di tangkupnya pipi Yuan lalu menatapnya dengan cemas.

"Yak apa yang terjadi padamu?" dengan panik Junkai menatap Yuan dalam pelukannya.

"Yuan??" Yuan seketika balas menatap Junkai.

"Sakit sekali, mutiaraku!"

"Apa yang kau bicarakan? Apa yang sakit?"

Tak kunjung mendapat jawaban justru semakin membuat khawatir dan cemas, jantungnya bergemuruh karena takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada Yuan.

Tato berwarna biru di lengan Yuan mengeluarkan sinar dan itu terlihat samar di balik kaos yang di gunakannya, tato berbentuk arus air itu semakin memanjang kini hingga ke leher Yuan.

Mata Junkai membulat melihat kejadian itu, dia tidak mengerti apa yang terjadi apalagi sekarang Yuan sudah tak sadarkan diri di pelukannya.

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau membuatku setakut ini."

.
.
.
.
.
Di dasar laut, tepatnya di kerajaan Atlantis sang Raja sedang melakukan rapat dewan direksi membahas tentang perubahan yang ada di laut

Mulai dari pencemaran yang di sebabkan manusia, banyaknya jumlah predator alami di bandingkan produsen membuat Raja sedikit pusing, di tambah Putra bungsunya yang pergi entah kemana dan tak pernah memberi kabar dan kabar paling membuatnya cemas adalah Pemburu Duyung yang semakin banyak di dunia manusia.

Mengingat nama manusia membuat Raja menggeram marah.

Dulu Putra kebanggaannya harus tewas sia-sia karena manusia, banyak dari duyung yang hilang karna di Buru oleh manusia yang serakah, manusia membuat pencemaran, menangkap ikan seenaknya, meledakkan terumbuk karang yang mati-matian di jaga oleh seluruh pekerja di istana sungguh manusia tak tahu malu dan tak tau balas budi.

Heart Of MermaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang