Part 9 : Cinta?

752 52 6
                                    

Dan mataku ditutup
Kami pergi dari kedai es krim
Hmm aku jadi penasaran,  apa rencana Rayan dibalik ini semua?

❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Kami akhirnya sampai,
Rayan membuka penutup mataku.

Oh my god! 

"Ternyata view di dalem taman ini bagus banget! " ujarku didalam hati

Rayan melihatku dengan ekspresi senang,  mungkin dia memang mengartikan bahwa aku memang menyukai tempat ini

Dan tempat yang Rayan maksud ini ternyata tempat yang ga asing buat ku

Ini adalah taman di belakang kompleks rumah Rayan.
Taman ini memang tidak begitu besar.
Dan tidak terlalu banyak orang yang tau tentang taman ini.
Aku sendiri pernah beberapa kali sekedar lewat. Melihatnya dari luar saja rasanya sudah menarik hati.
Namun saat itu aku belum berkesempatan untuk mungkin sekedar duduk disana.

Taman itu terkesan terawat,  mungkin karena memang masih ada di kawasan perumahan.
Terdapat danau buatan yang menurutku cukup indah.
Di sore hari seperti ini, banyak kicauan burung terdengar syahdu sekali
Semilir angin sepoi ini membuatku relax sekali.

Ah, sayang sekali tidak banyak yang tau kalau ada taman indah di sini.  Mungkin kalau sudah banyak yang tau,  tempat ini akan ramai sekali dengan muda mudi yang memadu kasih.

Memadu kasih katamu?
Haha, memikirkan nya saja membuat pipiku jadi merah merona.
Memangnya apa yang membuatmu senang sekali Quin?

"Hey Quin,  kamu sudah pernah kesini ya? " Tanya Rayan
"Pernah sekedar lewat aja, tapi gatau kalau suasana sore disini bagus banget" Kataku jujur
"Jadi aku tepatin janji kan,  ga bawa kamu ke tempat yang macem-macem? " Tanya Rayan sambil meledek
"Iya iya,  kamu tepatin janji. Emang kita mau ngapain disini? " Tanyaku
"Emmm engga ada,  kita cuma jalan-jalan aja" Jawab Rayan.

Ah sudahlah,  mungkin memang ungkapan kata memadu kasih itu hanya klise.
Hey,  siapa pihak yang bawa-bawa perasaan disini?
Pipiku batal memerah dan anganku buyar begitu saja.

"Loh kok jadi cemberut gitu neng? "
Tanya Rayan
"Hah,  siapa yang cemberut?  Engga,  perasaan kamu aja kali wek" Ungkapku menyangkal
"Haha,  jangan boong" kata Ray yang sedang memasukkan tangannya ke saku celana sambil berjalan melewatiku yang entah mengapa tiba-tiba langkahku terhenti.

DEG!  kok dia bisa tau sih?
Apasih ini Quin?

Rayan yang kemudian sadar melangkah tanpa aku,  lalu menoleh ke belakang.
"Quin,  kenapa? "
"Engga,  ga kenapa-napa" Jawabku yang hampir menangis.
Bodohnya,  terjebak oleh angan-anganku sendiri.
Sadarlah Quin,  dia sahabatmu.
Apakah mungkin seketika perasaan mu ke Heru terbang begitu saja?
Lalu rasa ini berpindah ke Rayan yang sekarang ber-notabene sahabatmu sendiri?

Oh,  this is just a puppy love
Throw your heart,  then continue your lovely life,  Quin

"Aku ga suka deh kalau kamu terus-terusan sedih karena masa lalu.
Udah Quin,  lupain Heru,  lupain dia.  Dia itu ga pantes buat kamu. Ada aku sebagai teman kamu untuk cerita, aku yang selalu ada buat kamu.
Kamu terlalu berharga buat sedihin dia.  Kita mau bahagia disini.  Aku pengen kamu bisa tenangin diri,  makanya aku bawa kamu kesini. Please,  jangan sedih lagi Quin." Kata Rayan sambil memegang bahuku.  Tatapannya penuh padaku. Seakan memang berkata "Lupakan dia Quin"

Hey!  Siapa yang sedang sedih karena Heru disini?  Bukan,  aku bukan berpikir tentang dia Ray,  aku berpikir tentang kamu.

Kenapa kamu harus sebut namanya terus?

Quin, of JendralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang