Part 6 ~Orlando Pov 1

406 11 4
                                    

Chissa Rawidya, gadis yang sangat cantik sedari kecil. Dia adalah teman masa kecilku, sebelum papa dipindah kerjakan.

Dahulu chissa adalah gadis yang murah senyum dan ceria, rambutnya yang panjang selalu dikuncir dua oleh mamanya. Tante Ghina, dia adalah mama dari chissa.

Aku dulunya hanyalah seorang anak kecil yang culun, berkacamata tebal dan tidak mempunyai teman seorangpun. Namun kehadiran chissa bagaikan bidadari dikehidupanku, dia mau berteman dengan anak culun sepertiku.

Chissa selalu berkata padaku, pertemanan itu tak memandang fisik dan kekayaan,karena kedua hal itu pasti akan berubah nantinya. Jadi dia hanya ingin berteman karena hati dan ketulusan.

Sosok chissa kecil begitu memikatku, setiap kali bersamanya aku merasa jantungku berdetak kencang. Seperti saat aku terjatuh dan dibantu olehnya.

Flashback

Saat itu Bandung di guyur hujan yang sangat deras, namun aku dan chissa terjebak di atas rumah pohon yang orang tua kami buat,untuk kami bermain.

"Aku suka hujan ly, bagiku hujan itu membuat tumbuhan bersorak gembira. Asal jangan diiringi dengan petir"
celoteh chissa kecil, nama kecilku bukanlah orlando tetapi Ferly. Orlando Putra Ferly adalah nama panjangku.

"Benarkah?"
Ucapku berusaha sama antusias dengannya, bagiku kebahagiaan chissa adalah bahagiaku juga.

"Iya ly, oh ya sepertinya hujan sudah mulai reda. Ayok kita turun,nanti mama khawatir sudah sore aku belum pulang"
chissa menuruni tangga terlebih dahulu,baru aku susul di belakangnya. Namun karena baru saja hujan, masih terasa licin dan aku terjatuh dari tangga.

Rasanya memang sangat sakit,namun melihat wajah khawatir chissa, rasa sakit itu seakan menghilang.

"Kamu tak apa ly? lihatlah kakimu terluka, aku tak mau kamu sakit. Kenapa sih kamu nggak bisa hati-hati,selalu aja ceroboh"
suaranya terdengar sedih dengan mulut yang dimanyunkan, namun ada setetes cairan bening yang keluar dari matanya.

Chissa merobek ujung dress nya dan membalutkan kain sobekan itu ke lukaku, aku menatapnya yang sedang serius mengobatiku dan dag dig dug jantungku berdetak begitu cepat.

"Sudah selesai, lain kali hati-hati ya, kamu nggak boleh terluka. Aku nggak suka melihat orang - orang yang kusayangi terluka"
Ucap chissa lalu mencium lukaku. Perlakuannya membuatku tersenyum manis, mungkinkah aku sudah merasakan jatuh cinta di usia 9 tahun?

"Terimakasih chissa,aku janji aku akan lebih berhati-hati, dan aku akan selalu menjaga tubuhku demi kamu"
ucapku lalu membawanya kedalam pelukanku.

Flashback off

Kenangan itu membuatku tersenyum kembali, namun semyum itu hanya bertahan sebentar.

Chissaku bukanlah sosok gadis kecilku dulu, dia berbeda sekarang. Wajahnya yang dulu ceria kini berganti dengan sendu, siapa yang berani membuatnya terluka seperti itu.

Siapapun orang yang membuatnya bersedih,aku berjanji orang itu juga akan merasakan hal yang sama,bahkan lebih dari yang chissaku rasakan.

Aku tau chissa merasa adalah orang yang paling bersalah dalam kecelakaan itu, bagaimana aku bisa mengetahui tentang kecelakaan itu? jawabnya karena dimalam kecelakaan itu tante ghina menelphone mama, tante mengatakan bahwa umurnya tak panjang lagi. Dia hanya meminta agar aku menjaga chissa, dan jika bisa tante memintaku untuk menikah dengan chissa.

Aku tak menolak permintaan tante, bukan karena aku merasa kasihan, tetapi karena aku memang mencintai chissa dari kecil. Perasaan itu mulai kusadari saat diriku berpisah bertahun-tahun darinya. Aku merasa sunyi dan sepi tanpa ada dia dihidupku.

Malam itu juga aku berserta kedua orang tuaku kembali keindonesia, mama sangat sedih karena sahabat yang begitu disayanginya sedang merenggang nyawa. Namun sayang setelah kami tiba di indonesia, tante ghina telah meninggal dan dikuburkan.

Aku menatap sosok chissa gadis kecilku itu, dia masih saja cantik namun perkataan dokter membuatku sangat sedih.

Dokter bilang,kaki chissa tak bisa digunakan untuk berjalan, karena kecelakaan itu kakinya terhimpit dan membuat beberapa jaringan dikakinya tak berfungsi.

Aku sangat sedih mendengar hal itu, ditambah setelah sadarnya chisaa dia terus menangis dan berteriak dan memanggil mamanya.

"Maamaaaa maafkan chissa,ini semua gara-gara chissa, bawa chissa ma, bawa chissa"
teriaknya begitu histeris, bahkan mamapun tak sanggup mendekat kearah chissa. Mama dan papa belum siap bertemu dengannya yang sedang luka batin dan fisik.

"Pah,chissa pah, kasian anak itu"
mama menangis dipelukan papa, bagi mama dan papa chissa adalah anaknya juga. Kedekatan antara kedua keluarga kami memang begitu akrab.

"Tenanglah ma,papa yakin chissa baik-baik saja"
ucap papa menenangkan mama dalam pelukannya, sedangkan aku? aku hanya terduduk lemah dilantai.

Melihat dia menangis terluka seperti itu, membuat hatiku sakit tertahan. Ingin sekali aku berlari dan memeluknya, membuatnya tenang dalam dekapanku. Namun perasan belum siap melihatnya begitu terpuruk itu membuatku melangkah menjauh dari ruang rawatnya.

Berbulan-bulan aku masih saja tak berani bertemu dengannya secara langsung, aku takut dia tak mengenaliku, apalagi sekarang kondisi hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Jadi kuputuskan untuk memperhatikannya dari jauh, bahkan dirumahnya pun kupasang kamera tersembunyi. Itu atas bantuan mama dan papa, sedangkan papanya chissa? setelah kecelakaan itu beliau pergi keluar negeri meninggalkan chissa sendirian.

Bahkan aku masih ingat, betapa bencinya papahnya kepada chissa karena membuat mamanya meninggal.

"Ini bukan salah anakmu to, kamu tak bisa menyalahkannya sepihak seperti ini. Kamu egois to, kamu hanya mementingkan dirimu sendiri. Chissa juga merasa sedih ditinggal ghina,bukan kamu saja."
teriak mama emosi di ruang keluarga rumah kami yang berjarak 3 rumah dari rumah chissa.

"Ini memang salah anak sialan itu din, dia membuat istri tercintaku meninggal. Dia bersalah din,dia bersalah"
ucap papanya chissa dengan wajah kerasnya.

Melihat papanya chissa begitu menyalahkan chissa,membuat tanganku terkepal. Kecelakaan itu bukan salah gadisku, itu hanya takdir. Kalaupun itu disengaja itu bukan karena chissaku, aku akan mencari tau siapa dalang kecelakaan itu.

"Stop om, jangan pernah menyalahkan chissa. Dia bukan anak sialan,dia anak yang baik. Aku berjanji di depan kalian, jika om memperlakukan chissa buruk, aku akan menjemputnya dan menjadikan dia istriku"
Ucapku dengan suara lantang.

"Jangan harap kamu bisa membawanya pergi dari rumahku, dia pantas dapat perlakuan buruk karena membuat istriku pergi"
jawab om dito papanya chissa.

"Kamu keterlaluan to, bagaimanapun juga dia anak kandungmu. Buah cintamu bersama ghina"
suara mama terdengar lirih.

"Aku akan membantu anakku, merebut chissa jika kamu membuatnya terluka to, jadi sekarang pulanglah"
Papa mengeluarkan suara tegasnya dan meminta om dito untuk keluar dari rumah kami.

Sejak saat itu aku mulai belajar bekerja diperusahaan papah, dan untungnya karena otakku yang cerdas dengan mudahnya aku bisa memahami semuanya.

Aku akan menemui chissa disaat yang tepat dan aku akan menjemputnya menjadi istriku, serta ibu dari anak-anakku kelak.









Haaayyy ini partnya spesial lando, jadi jangan lupa vote sama comment ya, kalo nggak author malas ah lanjutinnya.... hehehe 

Maaf Aku Mencintaimu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang