Part 7 ~ Orlando Pov 2

377 6 0
                                    

Tak terasa malam kini berganti pagi, rasanya tak sabar untuk bertemu bidadariku hari ini dan aku berharap ada sebuah senyuman yang terukir dibibirnya, senyuman kebahagiaan.

Dengan bersenandung riang kujalankan mobilku menuju rumahnya, aku bisa dikatakan pengecut karena hanya berani melihatnya dari jauh. Tapi ini demi kebaikan untuk kami berdua, aku menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan siapa aku sebenarnya.

Di halaman rumah itu,ku lihat bidadariku menjalankan kursi rodanya, dia tersenyum kecil kearah sopir dan masuk kedalam mobil dengan digendong sopirnya. Rasanya tidak rela sekali tubuhnya digendong laki-laki lain,walaupun sopir itu sudah dianggapnya seperti ayahnya sendiri.

Aku ikuti arah mobil itu dari belakang, aku hanya ingin memastikan bidadariku sampai dengan selamat di tempat tujuan.

Sesampainya di sekolah,ku lihat dia mulai menjalankan kursi rodanya, heem pasti ke halaman belakang sekolah,tempat favoritnya.

Setelah ku parkirkan mobil kesayanganku, aku langsung berjalan menuju dimana bidadariku berada. Di kursi rodanya dia duduk tenang dan sesekali tersenyum kecil saat membaca novelnya, entahlah apa yang dituliskan disitu.

Kuhampiri dia, namun dia masih belum sadar akan keberadaanku. Gadis ini memang kadang-kadang membuatku merasa bersaing dengan sebuah buku.

"Widya,kamu lagi apa?"
tanyaku saat didepan kursi rodanya. Kulihat dia menatapku dan tersenyum.

"Aku sedang membaca, bukankah kamu melihatnya dan cepatlah berdiri nanti celana kamu kotor"
Ya tuhan suaranya begitu merdu,membuat jantungku berdetak sangat kencang.

"Widya, apa ada hal yang ingin kamu ceritakan?"
tanyaku saat baru saja kusadari senyuman yang dia tunjukan hanyalah perisai.

Dia menghela napas sebentar lalu tersenyum lembut. Kali ini senyumnya sepertinya tulus, tetapi entahlah.

"Lando, apa aku bisa menyusul mamaku?"
tanya dia, dengan wajah yang menatap kearah lain.

Menyusul mamanya? berarti dia ingin mengakhiri hidupnya? tidak! aku tidak akan pernah membiarkannya melakukan hal itu.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
ucapku dengan nada yang sedikit tinggi.

"Aku lelah lando, aku lelah dengan kehidupan yang kujalani selama ini. Aku ingin semua ini berakhir,aku ingin bersama mama"
ucapnya dengan menatapku sendu, aarrgghhhh tuhan aku harus bagaimana? tak bisakah kau berikan dia kebahagiaan?

"Widya, terkadang tuhan memberikan cobaan tak mungkin diatas batas kemampuan makhluk itu sendiri untuk menyelesaikannya. Jadi berpikirlah yang positif, mungkin kebahagiaanmu sebentar lagi akan menghampirimu"
ucapku dengan membelai rambut panjangnya, bidadariku ketahuilah aku sangat mencintaimu dari dulu sampai sekarang bahkan seterusnya.

Cobalah untuk bangkit kembali sayang, percayalah aku akan selalu berada disampingmu, memberikanmu semangat. Kembalilah menjadi bidadariku yang ceria dan murah senyum.

"Terimakasih lando"
ucapnya dan tanpa aku sadari dia memelukku, menenggelamkan wajahnya di dadaku.

"Sudahlah ayo kita masuk"
Dengan senyuman manis ku dorong kursi rodanya menuju kelasnya.

Di depan ruang guru kulihat papanya chissa berdiri dan bersalaman dengan kepala sekolah dan disampingnya berdiri laras yang menggunakan seragam sekolah yang sama sepertiku dan chissa.

Aaahhh setan kecil itu, untuk apa dia pindah kesekolah yang sama dengan chissa, tak kan kubiarkan dia menyakiti bidadariku. Cukup dirumah dia menyakiti chissaku tapi tidak disaat aku disamping bidadariku.

Maaf Aku Mencintaimu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang