part 9 ~ Benarkah dia ferlly?

370 10 5
                                    

Lando mengantarkanku pulang kerumah, bahkan dia dengan gentel nya menemui ibu dan meminta maaf akan kepulanganku yang terlambat. Serta tidak lupa oleh-oleh untuk ibu.

"Tante, saya minta maaf membuat widya pulang telat"
ucapnya dengan sopan, kulihat ibu menatapku tajam dan kutundukan kepalaku tak berani menatap ibu.

"Tak apa sayang, tetapi tante menyayangkan sekali kenapa kamu mau jalan sama anak cacat seperti itu, sebenarnya sih kamu lebih pantas sama anak tante laras"
ucap ibu dengan suara lembut ke lando dan kulihat lando tersenyum.

"Tidak tante, aku senang jalan bareng widya. Dia perempuan yang baik"
ucap lando dengan menekan kata baik di hadapan ibu dan kulihat wajah ibu seperti memerah.

"Oh iya kamu belum kenalankan sama laras, sini biar tante kenalin"
ibu memanggil laras dan mengenalkannya ke lando. Lihatlah laras saat ini dia mengenakan celana pendek yang menapilkan kaki jenjang nya dan baju tanpa lengan.

"Kenalin aku laras, oh iya kita kan tadi udah kenalan"
ucap laras dengan wajah yang terus menatap lando, sungguh aku tidak rela rasanya lando ditatap seperti itu oleh cewek lain, terlebih lagi itu laras.

"Gue lando,salam kenal"
ucap lando dengan senyuman manisnya. Benar,semua laki-laki itu sama, nggak bisa lihat cewek seksi langsung deh kegatelan.

Aarrgghh aku benci kamu lando. Setelah acara perkenalan yang membuatku sakit hati itu, lando berpamitan untuk pulang dan menghampiriku.

Deg,deg,deg jantungku berdetak tak karuan saat langkahnya mulai dekat denganku.

"Kenapa menatapku seperti itu? Nanti kamu bisa jatuh cinta loh sama aku"
lando mencoba menggodaku, tetapi kubalas dengan memutar kedua bola mataku. Aku kesal saat ini dengannya.

"Nggak usah ke pdan gitu"
ucapku datar dan kulihat dia hanya terkekeh lalu mengacak rambutku.

"Jangan berpikir yang macam-macam, istrirahatlah"
ucapnya,lalu kurasakan sesuatu yang kenyal dan lembut menyentuh keningku. Blush pipiku sepertinya berubah warna.

Ku arahkan pandanganku ke ibu dan laras, mereka berdua membuka mulutnya dan kemudian menatapku tajam.

"Aku pulang dulu"
pamit lando dan kubalas dengan anggukan serta senyuman.

Sepulangnya lando, ibu langsung menghampiriku dan menyeretku turun dari kursi roda. Ibu tak berhenti disitu, dia menampar pipiku dan mencengkeram nya sangat keras.

Air mata menetes dari mataku, sungguh ini sangat sakit. Tubuhku masih diseret ibu hingga ke kamar mandi dilantai bawah, di kamar itu tubuhku disiram dan dipukul terus oleh ibu.

Rasa dingin dari air dan rasa sakit dari pukulan ibu terus kuterima, tuhan aku tidak sanggup terus seperti ini. Kumohon hentikanlah tuhan.

"Makanya jadi orang jangan kegatelan, rasain tuh"
ucap laras dengan menatapku remeh.

"Ampuunn bu, sakit. Maafkan chissa bu"
hanya suara lirih yang dapat kukeluarkan.

"Sakit? Ku rasa ini masih kurang"
ucap ibu, lalu kurasakan perih menghantam punggungku. Ternyata ibu mencambuk punggungku, entah kapan dia mengambil cambuk itu.

"Nyonya berhenti, apa yang nyonya lakukan. Kasihan non chissa"
suara bi darsih membuat ibu menghentikan pukulannya.

"Kamu jangan ikut campur darsih, atau kamu saya pecat"
teriak ibu begitu menggelegar. Ku lihat bi darsih hanya tersenyum dengan ancaman ibu

"Saya bersedia dipecat nyonya, tapi saya akan melaporkan nyonya kepolisi karena menyiksa non chissa"
balas bi darsih tanpa rasa takut, terimakasih bi setidaknya tubuhku terbebas dari rasa sakit.

"Baiklah darsih, aku akan berhenti"
jawab ibu lalu meninggalkan ku begitu saja dengan diiringi laras dibelakangnya.

"Non, sini bibi bantu. Non nggak papa kan?"
ucap bi darsih dengan suara yang terlihat panik.

"Aku nggak apa bik, bisa bantu aku ke kamar. Aku lelah"
jawabku dengan sisa tenaga yang kumiliki.

"Mari non bibik bantu, non juga mau makan?"
Ucap bi darsih dengan memapahku menuju kamar.

"Terimakasih bi, aku tidak mau makan. Aku mau istirahat dulu"
jawabku, lalu merebahkan diri di tempat tidur. Kupandag langit-langit kamarku, entah sampai kapan penderitaan yang aku punya, tak bisakah ini berhenti?

Tak terasa waktu berlalu, matahari mulai muncul diperaduan. Rasanya badanku sakit semua, dan sepertinya aku tak akan bersekolah dulu hari ini.

Keadaan ku sungguh memprihatinkan, pipi yang memar, rambut yang acak-acakan serta punggungku yang terlihat bekas cambukan yang berubah warna menjadi biru kehitaman.

Selesai mandi dan kurasa aku cukup segar kuputuskan untuk kedapur, aku takut ibu marah lagi kepadaku.

"Non chissa udah bangun?"
tanya bibik kepadaku.

Sebenarnya bibik ini sudah lama bekerja dengan keluargaku, beliau bahkan bekerja saat aku belum lahir, hanya saja beberapa minggu ini beliau pulang untuk menengok anaknya yang sedang melahirkan.

"Iya bi,chissa mau masak. Nanti ibu marah lagi"
ucapku dengan tersenyum manis.

"Heh chissa, beliin gue bubur ayam di depan kompleks dong"
tiba-tiba suara laras mengagetkan ku yang sedang membantu bibik.

"Sini non, biar bibi saja yang belikan"
ucap bibi seraya ingin pergi, namun laras menghantikannya.

"Heh lo nggak dengar, gue nyuruh chissa bukan lo"
ucap laras dengan menunjuk kediriku.

"Udah bi, biar chissa saja. Bibi lanjutin saja masaknya."
ucap ku dengan memberikan senyum yang mengatakan bahwa aku baik-baik saja.

"Baik non"
ucap bi darsih akhirnya mengalah.

Kujalankan kursi rodaku menuju depan kompleks, biasanya di depan kompleks ini ada tukang bubur ayam.

Saat aku ingin menyebrang jalan, tiba-tiba dari arah kanan ada sepeda motor yang melaju.

Hampir saja aku kena tabrak, syukurnya pengendara ini bisa menghentikan laju kendaraannya sebelum mengenaiku.

"Maaf nona, saya tidak sengaja"
Ucap orang ini,Dengan aku masih dalam keadaan menunduk.

"Tak apa mas,lain kali hati-hati ya"
Ucapku yang kini menatapnya.

Kulihat dia seorang laki-laki yang mengenakan pakaian sekolah yang sama dengan seragamku, tubuhnya tegap dan matanya yang tajam.

"Chissa"
Ucap laki-laki itu namun dengan mata yang menyiratkan kerinduan, siapa dia?

"Maaf apa kita saling mengenal?"
Tanyaku, kulihat laki-laki itu jongkok di depan kursi rodaku, mau apa dia?

"Sahabatku, kamu tak mengenalku. Aku ferlly"
Ucap nya yang seketika membuatku terpaku.

Benarkah dia ferlly? Sahabatku dimasa kecil? Orang yang kucintai dulu? Tuhan benar kah dia?








Wah wah wah,, ada seseorang yang mengaku sebagai ferlly, lalu bagaimana dengan lando? Apakah ada maksud lain dari laki-laki yang mengaku sebagai ferlly itu? Ayoo jangan lupa kasih vote sama comment nya biar author next terus ceritanya.

Oh iya terimakasih juga buat pembaca setia cerita ini, kecup basah dari author hahahaha.... sampai jumpa sama bebep lando dipart selanjutnya... yihaaaa...

Maaf Aku Mencintaimu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang