Part 3 ~ Inikah rasanya bahagia

511 7 1
                                    

Jam pulang sekolah telah berbunyi, tetapi aku menungu teman-teman sekelasku keluar terlebih dahulu, kata mereka aku dan kursi rodaku membuat mereka susah ke luar kelas.

"Gitu dong, lo harus nunggu kita dulu baru lo bisa balik. Makanya jadi orang jangan nyusahin! Cacat sih lo"
Dialah amel, dulu amel adalah sahabat baikku sewaktu smp. Namun karena malu mempunyai sahabat yang cacat akhirnya dia menjauhiku,bahkan sekarang dia menjadi seseorang yang selalu membully ku bersama gengnya yang bernama The Quen.

Perasaanku rasanya sakit saat melihat amel yang telah kuanggap sebagai sahabat terbaik berbica kasar kepaku, tidak ada lagi senyuman ramah dan pelukan hangat yang selalu dia tunjukkan.

"Kenapa masih disini cantik,bukankah sudah ku bilang aku akan mengajakmu melihat dunia yang lebih indah"

"Sepertinya aku tidak bisa ikut do, aku takut dimarahin ibu lagi"
Aku menundukkan kepala karena merasa bersalah selalu menolaknya.

"Tenanglah cantik,biar aku yang nantinya meminta izin kepada ibumu"
Lando mengangkat kepalaku,lalu mata kami bertemu dan dia tersenyum ke arahku sambil mengelus pipiku lembut.

"Tenanglah cantik,biar aku yang nantinya meminta izin kepada ibumu"Lando mengangkat kepalaku,lalu mata kami bertemu dan dia tersenyum ke arahku sambil mengelus pipiku lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanganku di genggam lando,rasanya ada perasaan bahagia. Seperti seseorang menjagaku.

"Non mau kemana?"
"Maaf pak,saya sahabatnya widya. Saya akan mengajak widya jalan-jalan sebentar dan saya akan mengantarnya pulang dengan selamat"
Lando bekata sangat sopan kepada pak subur, serta tidak lupa dengan senyum manisnya itu.

Setelah berpamitan dengan pak subur,lando segera mengajakku naik kemobilnya. Bahkan dia tidak sungkan menggendongku dari kursi roda.

Dia mengendari mobilnya dengan kecepatan sedang, melihat dia yang sedang berkonsentrasi seperti saat ini membuat ketampananya semakin bertambah.

"Do kita mau kemana?"
"Tenanglah cantik,aku tidak akan menyakitimu. Duduklah dan ikuti saja aku"
Deg jantuhku berdetak kencang saat dia mengelus kepalaku dengan lembutnya

Karena merasa bosan, aku memilih melihat kearah jendela. Tak terasa kami telah sampai di tempat tujuan.

Panti Asuhan Kasih? Untuk apa lando membawaku kemari?
Lando membukakan pintu mobil dan mengangkatku lalu di dudukkannya di kursi roda. Cara dia yang bersikap lembut terhadapku membuat perasaanku menghangat.

"Kak andddoooo,, meysa kangen sama kakak! Kenapa kakak baru saja kemari"
Gadis kecil berambut panjang lurus menghampiriku dan lando,tidak lebih tepatnya dia menghampiri lando. Dia memeluk kaki lando dan bersikap sangat manja.

"Hay sayang,maaf ya kakak baru saja kemari. Kakak sibuk sayang"
Lando berkata lembut lalu mengangkat anak itu ke pelukannya. Melihat dia seperti itu membuatku berpikir apakah aku bisa mendapatkan suami yang begitu menyayangi aku dan anakku nantinya?

"Kenapa kamu hanya diam cantik, oh ya meysa kenalkan ini sahabat kakak namanya kak widya"

"Hay kak aku meysa,kakak sangat cantik deh seperti boneka barbie mey. Tapi kenapa kakak duduk di kursi ini?"
Gadis cantik itu menghampiriku dan duduk di pangkuanku begitu saja, mendengar pertanyaannya membuatku sedikit sedih.

"Mey kakak widya kakinya lagi sakit,mey mau kan menghibur kak widya"

"Aku mau kak lando, selamat datang di rumah kami kak widya,ayo mey kenalkan sama saudara-saudara mey yang lainnya."
mey mencium pipiku lalu masuk kedalam pintu panti yang terlihat begitu besar.

"Sepertinya dia menyukaimu cantik,biasanya mey susah sekali dekat dengan orang lain. Tetapi denganmu dia dengan mudahnya, berarti itu menunjukkan kamu seseorang yang mengangumkan"
Lando berbisik lembut di telingaku, kemudian dia mendorong kursi rodaku
masuk kedalam panti.

Banyak sekali anak kecil di panti ini, bahkan mereka semua terlihat lucu-lucu sekali.

"Kak widya kenalin ini saudara-saudara mey, ayo kenalkan nama kalian"

"Hay kakak cantik namaku salsa, kakak bisa memanggilku ica. Umurku 6 tahun"
"Hay kakak cantik, namaku iwan. Umurku 12 tahun"
"Assalamualaikum ka, namaku fatimah, umurku 9 tahun"
"Kakak cantik, namaku bila. Umurku 4 tahun"
Itu hanya seberapa yang mengenalkan diri mereka kepadaku, padahal masih banyak lagi anak-anak disini dengan umur yang beragam

Saat asyik bermain dengan anak-anak ini, aku mendengar suara bayi sedang menangis. Ku dorong kursi rodaku menuju arah sumber suara, dan kulihat ibu fitri pengasuh anak-anak di panti ini sedang menggendong bayi perempuan sekitar umur 8 bulanan.

"Bu fitri, apa boleh saya menggendongnya"
Aku bertanya dengan sopan,sungguh bayi kecil itu menarik perhatianku.

"Silahkan nak"
Ibu fitri menyerahkan bayi itu kedalam gendonganku.

Kulitnya yang putih bersih,wajahnya yang cantik, matanya yang bulat berwarna hitam serta bibirnya yang menggemaskan membuatku selalu menciumnya

"Kamu sudah pantas sekali mempunyai anak wid, jiwa keibuan mu sepertinya sudah muncul"
perkataan dari ibu fitri membuat wajahku bersemu merah, jangankan anak, kekasih aja aku belum punya. Bahkan aku tidak berani berpikir terlalu jauh,toh siapa yang mau dengan gadis cacat sepertiku?

"iya bu, widya memang sudah pantas menggendong bayi. Tunggu aku beberapa tahun lagi ya dan aku akan segera melamarmu"
gila, sepertinya lando sudah mulai gila! dia mengatakan akan melamarku? aku tau itu hanya omongannya belaka,mana mau dia sama aku yang cacat.

Setelah puas bermain bersama anak-anak di panti ini lando mengajakku untuk segera pulang, karena hari sudah sangat sore. Bermain bersama anak-anak disini membuatku merasa bahagia, ya tuhan bahkan aku lupa kapan terakhir kalinya aku bisa tertawa lepas.

"Terimakasih lando telah mengajakku ke tempat ini, aku bahagia"
"sama-sama cantik, dan mengenai masalah aku melamarmu tadi aku serius wid, tunggu aku ya aku akan mencari pekerjaan dulu untuk bisa menghidupi keluarga kita nanti, biarlah kita menjalani hari-hari kita seperti ini dulu, kita sahabatan. Setuju?"
Aku tidak menyangka lando serius dengan ucapannya, tatapan matanya tidak menunjukkan bahwa dia sedang bercanda. Tapi lagi-lagi keraguan ku muncul,aku tidak mungkin bisa bersama dia. Aku sadar aku tidak pantas untuknya.
Mengenai perkataan lando, aku hanya menanggapinya dengan senyum tipis ku seperti biasa.

Sesampainya dirumah lando ingin mengantarku sampai kedalam,namun aku menolaknya. Aku bilang aku bisa mengatasi ibu.

"Waahh anak cacat udah pulang,kemana saja kamu? Lihat cucian piring banyak sekali menumpuk, apa kamu sudah bosan tinggal disini Ha! Biar saya usir kamu dari sini"
Ibu marah kepadaku, dia menyeretku dari kursi roda menuju dapur,bahkan ibu menampar pipiku begitu keras. Sungguh rasanya kepalaku pusing mendapatkan tamparan ibu.

"Assalamualaikum tante,maaf saya kurang sopan masuk tanpa izin tante. Widya tidak salah tante,saya yang mengajaknya untuk jalan-jalan sebentar"
Ya tuhan ternyata lando belum pulang,ibu pasti tambah marah.

"Heh kamu anak muda,jangan ikut-ikutan ya, pulang sana. Dia memang harus diberi pelajaran biar nggak kelayaban."
"sekali lagi saya minta maaf tante,oh ya ini buat tante"
lando memberikan bingkisan kepada ibu,dan ternyata isinya sebuah tas. Ibu tersenyum bahagia kepada lando tetapi menatapku tajam.

"Tante saya ajak widya keluar sebentar ya di taman komplek,sekalian tante mau nitip makan malam apa"
"boleh,beliin saya pizza aja"
lando mengajakku ke taman dekat rumahku, disepanjang jalan dia terus menggenggam erat tanganku.

"Kamu tidak seharusnya seperti itu do, ibu pasti meminta hal lainnya denganmu. Maafkan ibuku do, dan sepertinya pertemanan kita cukup sampai disini"
"aku tulus denganmu wid,aku mau kamu berbagi kisah denganku! tidak bisakah kamu berpikiran lebih positif. Masalah ibumu itu tidak masalah untukku,aku hanya ingin mengenalmu lebih"
Kumohon do,jangan berbicara seperti itu, tidak ada yang spesial dariku,aku hanya gadis biasa dengan kecacatanku.aku yakin kamu pasti bisa menemukan teman yang lebih pantas untukmu.

"Maafkan aku do,tidak seharusnya kamu hadir di kehidupanku. Lupakanlah do. Lupakan dua hari yang kita lewati ini, dan terimakasih"
setelah mengucapkan kata itu aku segera menjalankan kursi rodaku menuju rumah.

Maaf Aku Mencintaimu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang