2. Pembullyan

2.6K 131 0
                                        

Hinata yang dulu bukanlah Hinata yang sekarang. Dibalik sifat pendiamnya namun selalu menampakkan wajah yang mengatakan 'aku baik-baik saja' rupanya dia memiliki masa lalu yang begitu kelam. Yang menjadikannya seorang introvert. Dan untungnya kejadian itu tidak terulang lagi saat ini

Hal itu terjadi sewaktu dia duduk dibangku SMP

Hinata POV

Oh, sekolah ?

Hmm sebenarnya aku tidak mau pergi ke sekolah. Tapi, jika aku tak pergi ke sekolah, aku khawatir kaa-san jadi sangat cemas

Disisi lain juga jika aku tidak bisa pergi ke sekolah sama sekali, ku pikir aku akan sangat merindukannya

Aneh kan ?

Dan jika kalian bertanya kelas apa yang ku sukai, ku pikir itu saat istirahat

Hinata POV End

Lihatlah sekarang apa yang dikatakan Hinata tentang sekolah sama sekali bukan tempat yang menyanangkan apabila kita melihat realitanya

Waktu istirahat menjadi waktu yang akan dihindari kalau kalian berada posisi Hinata sekarang

Di taman belakang sekolah yang cenderung sepi, kedua tangan Hinata dicekal oleh kedua temannya dan tubuhnya kini bersungkur di tanah yang kotor tersebut

"Apaan ini ?"

Hinata berusaha melepaskan tangannya dari teman-temannya. Oh ya kalau mereka masih pantas dianggap teman, mana ada seorang teman yang memperlakukan dia seperti tahanannya

Cengkeraman dikedua tangannya semakin menguat

"Lepaskan ! Lepaskan aku !" Teriak Hinata lagi

"Santai baby kita akan bermain-main sebentar." Kata Karin

Sang ketua genk yang paling terkenal di sekolahan. Dengan rambut merah menyala, seragam sekolah yang mencetak lekuk tubuhnya, rok lima belas centi di atas pahanya, dan jangan lupakan juga dandanan pada mukanya yang semestinya belum dipakai untuk anak seusianya

"Kh, bermain kau bilang. Bermain itu kalau kedua belah pihak bersenang-senang !" Teriak Hinata

"Wow sudah berani melawan rupanya. Girls langsung saja kita mulai permainannya." Ucap Karin sambil mengambil sesuatu dari dalam plastik

Plak

Telur mentah berhasil mendarat di kepala Hinata dan mengotori rambutnya

Tak sampai disitu, orang yang mencengkeram lengan kanan Hinata melepaskan cengkeramannya dan mengambil sesuatu di kresek yang dibawa Karin tadi

Byuurr

Kini sebagian tubuh Hinata sudah berubah menjadi putih. Tak salah lagi tepung ukuran sekilo sudah ditumpahkan ke tubuh Hinata

Diperlakukan seperti itu tak membuat Hinata lantas menangis. Justru kalau dia menangis maka mereka akan semakin bangga dan menjadi dengan kelakukan mereka

"Apa kau senang dengan permainannya baby ?"

Mendengar Karin berbicara seperti itu membuat Hinata semakin geram dan memperkuat kepalan tangannya

Karin mencengkeram dagu Hinata agar dapat melihat wajahnya

"Salah siapa mengadukan kelakuan kami ke sensei. Gara-gara tindakan sok sucimu itu orangtua kami dipanggil dan apa kau tau sekarang mamaku melarangku untuk pergi kemana-mana selain ke sekolah." Jelas Karin panjang lebar

"Ayo girls kita tinggalkan 'hama' ini sekarang."

Akhirnya Karin dan teman-temannya Hinata sendirian
.
.
.
Hari demi haripun dilewati Hinata seperti tidak pernah terjadi apa-apa

Karin dan teman-temannya tidak mengerjainya lagi. Biasanya kalau dia ada masalah maupun diganggu orang akan ada kakaknya yang menolongnya. Tapi sayang sekarang kakaknya sudah SMA jadi dia tak bisa melindungi Hinata lagi

Namun hak tersebut tak berlangsung lama. Lagi-lagi Karin datang beserta kroni-kroninya saat sekolah mengadakan bersih-bersih massal

"Hei baby kita bertemu lagi"

Mendengar suara tersebut membuat Hinata mematung seketika

"Apa lagi yang akan kau lakukan padaku Karin ?"

"Tentu saja bermain denganmu lagi baby. Dan ku jamin permainan ini akan lebih menarik dari yang dulu

"Berhentilah melakukan hal yang kekanakan Karin"

"Keh berhenti katamu. Makannya jangan jadi pahlawan sok suci di depan para guru dan ujung-ujungnya aku yang hukum. Jalang !"

Tak lama kemudian terlihat seorang guru sedang mengecek kegiatan bersih-bersih muridnya

"Psst Karin ada Guren sensei sedang menuju kemari" kata teman Karin

"Kali ini kau selamat baby, tapi tidak untuk yang selanjutnya"

Setelah kepergian Karin, tubuh Hinata merosot ke tanah
.
.
Puncak pembullyan Karin dan teman-temannya adalah hari ini

"Hinata ! Kau tau Karin akan di scors selama seminggu. Dan semua itu pasti gara-gara kau kan ! Iya kan !" Teriak Shion

Hinata yang tak tau apa-apa hanya bisa kaget mendengar kata-kata Shion tersebut

"Apa ? Karin di scors ?" Tanya Hinata

"Cih tak usah sok tidak tau gitu ! Pasti kau kan yang merekam Karin saat merokok dan memberikannya kepada sensei !"

"Hei aku tak melakukan hal itu !" Teriak Hinata yang tak mau kalah dengan Shion

"Sudah lah teman-teman mana mau dia ngaku. Baby jangan sedih ya saat tak bisa melihatku selama seminggu nanti." Ucap Karin sambil mengelus pipi Hinata

"Percuma aku memberitahumu kalau itu bukan aku. Mau kata-kataku benar atau tidak kau pun akan tetap bermain denganku. Permainanan rendahan apalagi yang akan kau lakukan kali ini Karin !" Hinata mulai disulut emosi

"Kau ! Berani-beraninya !"

"Girls mulai tutup pintunya." Perintah Karin pada teman-temannya

Karin mulai mendorong tubuh Hinata ke tembok dan kedua temannya mencengkeram kedua lengan Hinata sementara yang satunya lagi mulai melepas kancing seragam sekolah Hinata, sementara itu Karin mengeluarkan smartphonenya dan mulai merekam setiap lekuk tubuh Hinata

"Apa yang kau lakukan Karin !" Teriak Hinata diiringi oleh isak tangisnya. Ya Hinata menangis. Dia sudah tak kuat menahan perilaku bejat Karin terhadap dirinya

"Hentikan ! Hentikan !"

"Semakin kau berteriak di video semakin terlihat sexy baby"

"Aku bilang hentikan !"

"Wow pasti om om hidung belang di luar sana akan terangsang apabila melihat video ini baby"

"Kumohon hentikan !" Tangisan Hinata semakin menjadi kini tubuh bagian atasnya hanya dibalut dengan bra dan rambutnya juga berantakan

"Ini peringatan baby, kalau kau bertindak lagi maka aku akan menyebarkan video ini baby"
.
.
.
To be Continued

School  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang