12 | Tak Mampu

8.1K 352 2
                                    

"Aku sangat merindukan mu" lirih Dinky di sela-sela tangisnya.

"Rindu? Bahkan aku tidak bisa percaya pada setiap kata yang meluncur dari bibir manismu"

"Kenapa kau pergi terlalu lama?" tanya Dinky mengacuhkan perkataan David padanya "Kau bahkan berjanji padaku akan menikahi ku kan? Ayo kita menikah" gadis itu terus berkata tanpa memperdulikan wajah David yang sudah bersemu merah.

"Sekarang kau ingin melimpahkan dosa oranglain padaku? Aku tidak menyangka kau sepicik itu" ketus David.

"Kau pergi terlalu lama. Lalu apa yang Orangtua mu katakan, apakah mereka merestui kita" ucap Dinky kembali yang kini sudah hilang akal untuk sekedar memikirkan nasib hidupnya.

David yang melihat tingkah perempuan yang ada di hadapannya nya pun bergedik "apa kau sudah gila? Walaupun aku mendapat kan restunya aku tidak akan pernah menikah dengan bekas oranglain"

"Kau brengsek!! Bahkan kau melanggar semua janji mu. Seharusnya aku tidak pernah membuka hatiku padamu, itu kesalahan terbesarku!" Dinky tak dapat menahan emosi nya lagi, kini dia sudah sangat frustasi menghadapi semuanya.

"Kau yang brengsek!! Aku pergi untuk memperjuangkan hubungan kita. Apa kau tahu orangtua ku bahkan sudah merencanakan perjodohan ku dengan calon pilihannya dan hanya demi kau aku rela menolak lalu membuat ayahku masuk rumah sakit karena tidak terima atas penolakan ku" David menghela nafas " Tapi beberapa bulan kemudian aku mendapat kabar kau tengah hamil lebih parahnya itu hasil dari perselingkuhan mu dengan sahabatku sendiri! "

Dinky menggeleng kepala dengan cepat pria itu sudah salah faham, dia memang hamil tapi bukan karena hasil perselingkuhan. Dinky hamil karena dijebak. Bagaimana caranya Dinky mejelaskan semua pada David sedangkan pria itu tidak akan pernah mempercayai setiap perkataannya.

Dinky juga telah salah faham pada David selama ini ternyata disana pria itu mengalami hal buruk dan itu terjadi karena dirinya. Perempuan itu merasa tak pantas hanya untuk mendapat maaf dari David, ini semua salahnya. Dia tidak bisa menjaga diri, benar kata ayahnya dia bodoh. Sangat bodoh.

Dinky mengangguk dengan lemah " ini salahku, maaf.. Maaf" gumam Dinky yang kini sudah melangkahkan kakinya mundur menjauhi David.

"Maaf.. Maaf"

David melihat pergerakan Dinky pun merasa bingung, sebenarnya ada apa dengan perempuan itu. Pertama kali dia melihat Dinky kembali pria itu merasa jika Dinky telah banyak berubah. Tak ada senyuman, rona merah yang selalu melekat di pipinya, bahkan tawanya benar-benar hilang bagai ditelan alam. Namun David mengenyahkan perasaan tersebut pria itu berpendapat mungkin itu terjadi karena kini Dinky tengah berbadan dua, dan sialnya David harus mengakui penyesalan begitu dalam. Andai dia tidak memutuskan untuk tidak pergi mungkin ini semua tidak akan pernah terjadi.

David meraih sebuah map di balik jas yang sedang dipakainya. Pria itu tersenyum miris, tangan nya mengeluarkan lembaran foto yang menjadi saksi bisu perselingkuhan kekasihnya.

David mendongkakan kepala dan saat itu dihadapannya dia tidak menemukan keberadaan Dinky, kali ini dia harus benar-benar kehilangan Dinky. Ralat mungkin menghilangkan Dinky dari hidupnya.

°°°

"Bun bagaimana keadaan Candy?" tanya Rizky begitu khawatir pada Sarah.

Sarah tersenyum berusaha menenangkan menantunya " tenang saja keadaan Candy sudah membaik juga beserta janin yang di kandungnya mereka baik-baik saja"

Rizky menghela nafas " syukurlah"

Sarah menatap ke belakang Rizky dan tidak menemukan sosok yang sedari tadi di cemaskannya, setelah menjawab telepon dari Dinky yang menanyakan letak rumah sakit tempat Candy di rawat. Sarah mendengar suara Dinky yang begitu sumbang terdengar seperti sudah menangis.

"Kemana Dinky?" tanya Sarah membuat Rizky gelagapan menjawab nya.

"Ta-tadi.." Rizky menggaruk kepalanya yang tak gatal, dia baru sadar telah meninggalkan Dinky saat mendengar berita Candy masuk ke rumah sakit.

"Aku disini bun" ucap seseorang di belakang tubuh Rizky.

"Sayang, Ibu mencemaskan mu nak" ucap Sarah sambil mengelus puncak kepala Dinky yang sudah dalam pelukannya.

Rizky hanya melirik pada mereka kemudian melenggang masuk ke dalam ruangan Candy untuk menemani istrinya.

"Hiks.. "

"Hiks.. "

Sarah mengelus punggung anaknya lembut, pasti Dinky mencemaskan kakaknya. Pikir Sarah.

"Sayang jangan menangis nak, kakak mu juga janinnya tidak apa-apa. Mereka baik-baik saja"

"Syukurlah" ucap Irawan yang baru saja datang dari luar kota, setelah mendengar kabar jika anaknya masuk rumah sakit.

"Ayah" ucap Sarah melihat kedatangan suaminya.

Dinky langsung melepas pelukannya. Dia tidak berani berada dekat satu meter pun bersama ayahnya, bayangan saat dia dipukuli oleh ayahnya selalu berkelebat di otaknya.

"Ayo aku ingin melihat keadaan anak ku" ajak Irawan pada Sarah sehingga mereka melangkah masuk ke dalam ruangan Candy meninggalkan Dinky yang masih terpaku di tempat. Ada sesuatu yang menohok jantung nya ketika Ayahnya menekankan kata 'anak ku' di perkataannya. Tertangkap oleh Dinky jika ayahnya ingin memberitahukan padanya jika Candy hanyalah anak satu-satu nya Irawan.

Perempuan itu mengenyahkan segala perasaan yang berkubang dihati, tak sepantasnya dia berpikir buruk seperti itu pada dasarnya ayahnya sangat layak melakukan hal tersebut atas hukuman padanya karena dia telah mengecewakan ayah nya sendiri.

Dinky baru saja melangkah menyusul keluarganya masuk ke ruangan Candy, dia begitu cemas mengingat kembali saat pertama kali dia menemukan kakaknya terlihat begitu kesakitan memegangi perutnya. Perempuan itu mendorong kenop pintu namun pergerakan nya terhenti karena sudah ada seseorang yang lebih dulu menarik pintu.

"Maaf" ucapan Dinky saat melihat wanita paruh baya dengan seragam serba putihnya keluar dari dalam ruangan kakaknya.

Wanita paruh baya itu seketika terkejut setelah melihat orang yang ada di hadapan nya sikap nya pun berubah menjadi canggung.

"Ti-tidak apa" Dinky menautkan kedua alisnya ketika melihat gelagat aneh seorang dokter di hadapannya.

"Apa sebelumnya kita pernah bertemu" tanya Dinky tiba-tiba karena merasa aneh dengan tatapan dokter itu yang kini menatapnya tanpa berkedip.

"Sa-sama sekali tidak mungkin kau salah orang" ucap wanita paruh baya itu kemudian tangannya terangkat mengusap pipi Dinky " maafkan aku" lanjutnya.

Dinky melihat kepergian dokter itu yang terburu-buru setelah mengatakan ucapan yang tidak perempuan itu mengerti. Untuk apa dokter itu meminta maaf padanya justru harusnya dia yang begitu karena hampir saja menabrak nya. Dia mengangkat bahu tak memikirkan nya, Dinky menghela nafas kemudian melangkah memasuki ruangan kakaknya.

°°°

"Aku tidak ingin makan"

"Kau harus makan. Ingat kamu sekarang tidak sendiri ada satu nyawa yang membutuhkan asupan gizi untuk perkembangannya"

Candy menggeleng dan menutup mulut dengan kedua telapak tangannya.

"Aku mohon, sedikit saja" Rizky kembali merayu istrinya.

"Rasanya pahit sekali"

"Paksakan. Kamu hampir saja kehilangan anak Kita untung tuhan masih mempercayai janin itu untuk tetap tumbuh di dalam sini" Rizky mengelus perut istrinya dengan sayang sedangkan sang empunya terlihat tegang dengan salah satu perkataan suaminya.

Dengan sedikit paksaan akhirnya Candy menerima suapan dari Rizky meski rasa pahit begitu kentara di lidah. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka dengan tatapan yang tak mudah diartikan. Sebuah tatapan sedih, menyesal juga iri telah bersatu padu.

Ternyata selama ini hanya Candy kakaknya lah yang mampu membahagiakan kedua orangtuanya. Tidak ada sedikit kebahagian yang bisa orangtua nya cari dari Dinky. Jangankan menciptakan kebahagiaan bagi oranglain untuk dirinya sendiri Dinky merasa tak mampu. Dinky memejamkan matanya dengan pahit kemudian menyandarkan kepalanya ke lengan sofa yang sedang dia duduki.

Semoga setelah Dinky terbangun semua nya kembali pada semula, kejadian buruk yang pernah dialami beberapa bulan kebelakang hanyalah mimpi belaka.

Hurt [completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang