4. Teman sebangku

270 58 68
                                    

                    Teman Sebangku

Iren menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Tangan kanannya menenteng tas sekolah, sedangkan tangan kirinya menenteng sepatu. Iren merutuki dirinya sendiri, ini semua karena semalam dia menonton drama korea favoritnya hingga larut malam, alhasil dia jadi bangun kesiangan. Kalau sudah begini bisa-bisa dia telat sekolah. Sekarang sudah jam 06.50 sedangkan gerbang sekolah akan ditutup jam 07.15 , Iren hanya memiliki waktu 25 menit jika tidak ingin terlambat dan dihukum berdiri di tengah lapangan sambil hormat pada bendera atau mencabuti rumput di taman sekolah menggunakan pinset. Dan harus kalian tahu, luas taman di SMA Garuda mencapai hampir  dua kali lipat luas lapangan bola.
Siapa juga yang mau mekakukan hal gila seperti itu.

Iren yang sudah sampai di dapur langsung buru-buru meneguk habis susu coklatnya. 

"Pa, ayok buruan anter Iren, udah siang nih."

"Sarapan dulu Ren," suruh Ana.

"Entar di mobil aja deh ma," tolak Iren sambil sibuk mengikat tali sepatunya.

"Ayo Pa...." Desam Iren lalu mengambil selembar roti dan satu kotak susu coklat.

"Iya... iya... ayok," jawab Adrian.

"Ma Iren brangkat ya. Assalamu'alaikum," pamit Iren mencium punggung tangan sang mama lalu beralih ke pipinya.

                                ****

Iren berjalan dengan langkah lebar menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi.
Dalam hati dia merapalkan doa semoga dia diizinkan masuk kelas dan tidak mendapatkan hukuman. Iren menambah kecepatan berjalannya, menyebabkan rambut yang ia kucir kuda bergoyang kekanan dan kekiri.
Dari arah berlawanan ada seorang cowok yang tengah berlari sambil melihat jam dipergelangan tangannya hingga tidak menyadari keberadaan Iren yang juga tengah terburu-buru. Dan akhirnya...

BRUUKK

"Aduhh...." pekik Iren tertahan.

"Eh... sori-sori gue gak sengaja," ucap cowok yang menabrak Iren sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Iren berdiri.
Iren menerima ulurun tangan tersebut. Mata Iren terbelalak seketika saat melihat siapa gerangan yang menabraknya. Gilang. Ya, Gilang, kakak kelas tampan yang digandrungi setiap kaum hawa.

"Heyy... Lo gak apa-apa kan?" Iren langsung tersadar dari keterkejutannya ketika sebuah tepukan ringan mendarat di pipinya.

"Eh...? Enggak kak, enggak apa-apa," jawab Iren gelagapan sambil menggaruk tengkuknya yang bisa dipastikan tidak gatal.

"Baguslah. Sekali lagi maaf ya. Kalau gitu gue duluan, udah telat," Gilang mengacak rambut Iren sejenak, lantas berlari meninggalkan Iren yang terbengong karena mendapatkan perlakuan manis dari Gilang.

Demi apapun tolong jangan bangunkan Iren jika yang barusan tadi hanya mimpi. Dia rela tidur selamanya jika hanya dalam mimpi ia bisa terus mendapatkan perhatian Gilang seperti tadi.
Tapi tiba-tiba Iren tersadar dari lamunanya ketika mengingat bahwa dia sudah TERLAMBAT.
Iren langsung berlari sekencang yang ia bisa menuju kelasnya.
Iren berhenti tepat di dekat pintu kelasnya dengan nafas tersenggal-senggal. Bayangkan saja ,dia berlari menaiki tangga dari lantai satu menuju lantai dua tempat kelasnya berada.
Setelah mengatur nafas dan membersihkan keringat di keningnya yang sebesar biji jagung, Iren melangkah mendekati pintu.

Tok
Tok
Tok

"Permisi Bu... maaf saya telat," ucap Iren sopan setelah mengetuk pintu. Sontak semua mata langsung menatap kearahnya, termasuk Bu Yuli dan seorang cowok yang bisa Iren tebak pasti anak baru.

Memilih Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang