Gilang Mahendra
"Heh!! Kesambet ya lo? Dari tadi senyum senyum sendiri." Sentak Putra yang merupakan sahabat Gilang.
Gilang Mahendra, cowok tampan dengan sejuta pesona, memiliki tinggi yang ideal serta rahang kokoh yang tidak bisa dipungkiri selalu sukses menarik perhatian kaum hawa. Lagi lagi cowok itu memamerkan deretan gigi putihnya.
"Gue abis ketemu cewek," Jawab Gilang santai.
"Aelah gua enggak tadi, enggak kemaren, enggak taun lalu juga ketemu cewek kali," Ketus Putra.
Gilang tidak menggubris ucapan cowok yang sudah dikenalnya sejak jaman Smp itu. Tangan nya merogoh saku celana dan mengeluarkan benda pipih berlogo buah apel yang sudah gerompal di salah satu sisinya.
"Uhukk--sialan!!" Umpat Putra saat melihat foto seorang gadis yang ditunjukkan Gilang dari ponselnya.
"Dia disini? Kok bisa? Dia kan udah pindah ke negri kincir angin?" Cecar Putra.
"Bukan dia," Jawab Gilang. Ingatannya berputar saat tempo hari bertabrakan dengan gadis mungil yang wajahnya sangat familier.
Gadis itu, adik kelasnya. Gadis yang membuat Gilang kembali teringat akan masalalu."Maksud lo?" Tanya Putra tidak mengerti.
Gilang mengangkat bahunya, dengan langcang dia menyeruput es jeruk milik Putra.
"Bukan dia," Ulangnya lagi, lalu pergi meninggalkan Putra dengan sejuta pertanyaan bersarang di otak cowok malang itu.
"Bukan dia... tapi aku," Kata Putra mengikuti lirik lagu dari Judika. Tangannya dengan reflek membawa masuk sedotan dari gelasnya ke mulut, namun ia tidak menemukan cairan yang masuk kedalam kerongkongannya setelah beberapa kali menyedot.
"Ee dasar bocah sontoloyo!" Maki Putra saat ia tidak menemukan tetesan jus pada gelas yang sudah raib isinya.
~~~
"Sepi ya gak ada incess Iren."
Gilang menghentikan langkahnya saat tidak sengaja mendengar nama gadis yang akhir-akhir ini menyita perhatiannya.
Dengan cepat Gilang berbalik dan menghentikan dua gadis yang tadi bersimpangan dengannya."Ehh sori, tunggu bentar!" Ucap Gilang menghentikan Amanda dan Audi.
"Lhoo... Kak Gilang. Ada apa kak?" Tanya Audi.
Gilang menggaruk kepalanya asal, terlihat bingung harus bertanya atau tidak. Mungkin tepatnya malu.
"Emm gini, tadi gue denger kalian nyebut nama Iren?" Tanya Gilang akhirnya.
"Iya kak." Jawab Audi kikuk.
"Emang kenapa kak?" Giliran Amanda yang angkat bicara.
Damn!!
Gilang benar-benar terlihat bingung harus menjawab apa. Bagaimana reaksi kedua gadis ini jika ia bertanya lebih jauh lagi.
"Kak!" Gilang tersentak akibat tepukan di bahunya.
"Kenapa kak?" Ulang Amanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memilih Cinta
Fiksi Remaja[WARNING! Cerita ini dibuat sebelum saya mengenal kaidah-kaidah penulisan yang baik dan benar. Mengandung unsur ke-alayan yang teramat kental!] Hal paling bodoh yang pernah saya lakukan adalah, 'Terlambat menyadari perasaan saya sendiri'. Maaf telah...