Dia kembali
Awalnya Kevan akan melakukan protes pada Adrian karna tidak segera membawanya pulang, tapi urung ia lakukan saat mobil Adrian masuk ke halaman parkir gedung SMA yang cukup terkenal dikawasan Jakarta.
Bangunan dimana tempat gadis yang sangat ia sayangi menuntut ilmu.Senyum cerah langsung terbit menghiasi wajah orientalnya. Fikirannya langsung tertuju untuk menemui gadis itu, ia ingin mendekapnya, menikmati aroma vanilla dari shampo yang selalu dikenakannya. Ia rindu. Sangat meridukannya.
"Ayo turun, jangan bengong aja," Kevan tersentak mendengar ucapan Adrian. Dengan cepat ia keluar dari mobil dan menyusul papanya yang telah berjalan memasuki area sekolah.
Dengan senyum yang masih tercetak di bibir ia melangkah melewati lorong lorong kelas.
Tak jarang ia mendapatkan sapaan dari beberapa siswi yang ia jumpai.
Tatapan memuja dari kaum hawa yang melihatnya menjadi pengiring langkah Kevan hingga ia masuk ruang Kepsek."Lho Bapak Adrian kan ya?" Tanya seorang laki-laki berambut cepak saat Kevan dan Adrian baru saja masuk. "Silahkan duduk Pak, silahkan."
Adrian tersenyum menanggapinya. "Ah iya pak saya Adrian. Masih ingat saya kan?"
"Tentu pak Adrian, bagaimana saya bisa lupa dengan Bapak. Tapi kalau boleh saya tau ada urusan apa ya Bapak datang kesini? Apa ada masalah?"
Nada suara pak Joko berubah serius. Matanya melirik ke arah Kevan yang duduk dengan tenang disamping Adrian."Ah syukurlah kalau masih ingat. Sebelumnya kenalkan ini Kevan, putra saya. Saya kesini ingin mendaftarkannya sekolah pak," Jelas Adrian. Kevan dengan sopan langsung menjabat tangan Pak Joko saat Papa memperkenalkannya.
"Putra? Kok saya enggak pernah lihat ya? Malah tidak tau juga saya kalau bapak punya putra."
Adrian tersenyum. Ia sangat maklum akan hal itu. "Kevan memang putra saya pak, dia memang tidak tinggal di Indonesia, jadi wajar jika bapak tidak tahu."
Pak Joko hanya manggut-manggut saat Adrian memberikan penjelasan.
"Kalau gitu sekarang nak Kevan isi formulir ini dulu," Pak Joko memberikan selembar kertas yang bertulisakn 'FORMULIR PENDAFTARAN SISWA BARU'
Setelah mengisinya Kevan beranjak dari kursi, ia membisikkan sesuatu pada Adrian yang langsung di angguki pria itu."Jangan membuat para gadis berteriak Bang," Kevan menunjukkan deretan gigi putihnya nendengar ucapan Adrian. Ia mengacungkan jari jempolnya dan langsung keluar dari ruangan itu.
****
"Untung bukan Pak Joko yang ngasih amanat."
Audi mengangguk, tangannya masih sibuk menggoyangkan topinya sebagai kipas.Semburat merah akibat kepanasan masih membekas diwajahnya.
"Iya nih, ini aja gue udah berasa mandi keringat," Keluh Audi sambil terus berjalan. Ia tidak menyadari bahwa Amanda sudah tidak berjalan di sampingnya.
Langkah Audi berhenti didepan sneakers hitam putih milik seseorang di depannya.
Ia mendongak untuk melihat siapa pemiliknya.Tampan
"Helloo... bisa minggir? Saya mau lewat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memilih Cinta
Fiksi Remaja[WARNING! Cerita ini dibuat sebelum saya mengenal kaidah-kaidah penulisan yang baik dan benar. Mengandung unsur ke-alayan yang teramat kental!] Hal paling bodoh yang pernah saya lakukan adalah, 'Terlambat menyadari perasaan saya sendiri'. Maaf telah...