"KATYAAAAAAAAA!!!" Pekikan suara Salma menggema di ambang pintu kelas yang masih sepi karena ini masih pukul enam lewat sepuluh menit.
"Apasih lo ah berisik banget tau gak." Katya berdecak sebal karena ulah sahabatnya yang berteriak bak speaker musholah.
"Lo tau anak baru yang pindahan dari Spore itu gak sihh?" Ucap Salma menggebu-gebu.
"Arya maksud lo?"
"Iya kalo gak salah namanya Devan apa gitu depannya."
"Devano Arya Aldebaran. Kenapasih emang?" Katya memperjelas sambil meletakkan tasnya di atas meja di samping meja Salma.
"Au dah pokoknya itu lah. Dia ganteng banget gitu gak sih? Astaga ganteng bangettttttt." Salma berteriak histeris sambil membayangkan wajah rupawan seorang Arya.
"B aja." Jawab Katya. Padahal jauh di dalam hatinya, Katya mengiyakan seratus persen pernyataan sahabatnya itu. O ma fuckin god Arya ganteng bangettt!
"Idih secantik apa lo sampe bilang Arya itu b aja?!" Sambar Sasa si cabe-cabean yang tiba-tiba muncul di hadapan Katya.
"Tau lo sok cantik!" Ehh satu cabe-cabean ikut nimbrung. Faya. Sasa dan Faya merupakan 2 makhluk paling menjijikan bagi Katya, pasalnya mereka berdua adalah musuh bebuyutan Katya. Dan sialnya, Katya harus satu kelas dengan mereka berdua.
"Ye dasar tante girang! Ikut-ikutan aja, gambreng dulu sono bareng nenek moyang lo!" Salma membalas perkataan mereka berdua dengan emosi.
"Udahlah Sal, ribut sama dua kaleng rombeng ini mah gabakal ada abisnya. Kita kan waras nih ya? Jadi kita ngalah aja dah." Ucap Katya santai sambil melangkah keluar kelas.
"DASAR LO SOK KECAKEPAN!!" Seru Faya dan Sasa saat Katya meremehkan mereka berdua.
"NGACA NYONG!" Jawab Katya sekenanya lalu berjalan meninggalkan kelas, sementara Salma sesekali menjulurkan lidahnya mengejek dua cabe-cabean itu lalu ikut keluar kelas bersama Katya.
***
"Loh itu 2 meja kenapa kosong? Mana Katya dan Salma?" Ucap Pak Rahman guru matematika paling killer sejagat raya saat memasuki kelas 11 IPA 2.
"Tau tuh Pak paling mau bolos pelajaran." Jawab Sasa dengan santai.
"Eh sembarangan lo kalo ngomong! Paling bebeb gue lagi nganterin Salma ke toilet." Bantah Pandu saat mendengar celotehan asal Sasa tentang Katya yang ia anggap sebagai bebebnya. Sebenarnya, Pandu itu ganteng, tapi karena tingkahnya yang aneh, gantengnya jadi pudar. Pandu suka sama Katya karena Katya cantik dan terkenal, katanya sih gitu. Tapi, Katya tidak pernah merespon Pandu lebih dari sekedar teman, malah saat Pandu menggoda Katya di kelas, anak-anak justru menjadikannya lelucon karena keanehan Pandu mampu mencairkan suasana kelas. Masalahnya, Faya itu tergila-gila oleh Pandu, tapi Pandu justru malah suka sama Katya. Itu salah satu sebab Faya memasukkan Katya ke dalam list most hated people urutan teratas.
"Ih Panduuuuuu!" Faya menjerit kesal karena ia sakit hati saat Pandu menyebut Katya dengan embel-embel 'bebeb'.
Pandu tidak merespon namun mendelik geli, karena sejujurnya ia pun jijik dengan Faya karena tingkahnya.
Sementara di lain tempat....
"Sal, woy gc napa dah nanti Pak Rahman keburu masuk kelas, kelar dah idup kita."
Jika dihitung-hitung Katya sudah berdiri di depan toilet selama kurang lebih setengah jam semenjak bel masuk berbunyi. Ya, mereka berdua sedang berada di toilet lantai 1 sekolah karena Salma ingin memenuhi panggilan alamnya, mau tidak mau Katya menemani.
"Sabar elah, sakit perut banget nih gue."
"Sakit perut sih sakit perut tapi yakali setengah jam gakelar-kelar." Katya menggerutu sambil mondar mandir di depan toilet.
"Ya udah tunggu bentar aja ya, plissss." Ujar Salma memohon di balik pintu toilet agar Katya mau menunggunya sampai selesai.
"Iya buruan, gue tunggu depan ah baunya sampe sini anjir." Katya mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah.
"AWAS YA LO KALO NINGGALIN GUE!" Ancam Salma.
"Iye bawel."
Katya melangkahkan kakinya keluar dari toilet menuju bangku di koridor yang menghadap langsung ke lapangan. Sejujurnya, Katya senang karena tidak mengikuti pelajaran matematika, tetapi ia juga sedikit takut terkena omelan guru berkumis tebal itu.
Katya yang pandangannya tertunduk karena sedang asyik memainkan ponselnya tiba-tiba mendengar suara berisik dan suara orang mendribble bola. Dan ternyata benar, gerombolan anak cowok kelas X1 IPA 1 baru saja menuruni tangga dan memasuki koridor yang berada di sebrang lapangan. Lalu Katya melihat satu sosok, yaitu Arya. Katya memperhatikan Arya dari jauh, ia hanya ingin meyakinkan dirinya bahwa Arya dan Keenan itu berbeda. Namun, di sudut hatinya yang paling dalam, Katya merasakan benar adanya bahwa Arya memang menyerupai Keenan. Sambil menatap dalam lamunan panjangnya, Katya meyakinkan dirinya berulang kali.
Dan tiba-tiba....
"KATYA NHAMIRA! NGAPAIN KAMU DUDUK-DUDUK DI SITU? CEPAT KEMBALI KE KELAS, KAMU HARUS SAYA BERI HUKUMAN!"
Katya terlonjak kaget saat tiba-tiba Pak Rahman meneriakinya dari lantai 2 dengan tatapan garang mautnya.
Aduh mati gue!
Dan seketika itu pula gerombolan anak cowo kelas XI IPA 1 serentak menatap Katya yang gelagapan. Katya semakin gelagapan saat sadar bahwa banyak pasang mata yang menatapnya, ditambah lagi Arya ikut-ikutan menatapnya dengan pandangan yang seolah mengatakan "Lah?"
"HEY KAMU CEPAT NAIK KE ATAS!"
"I-Iy-iya iya pak saya panggil Salma dulu." Jawab Katya tergagap.
***
"Gara-gara lo nih Sal." Katya terengah-engah karena lelah mengitari lapangan 5 kali dan itu artinya ia harus mencetak 5 putaran lagi untuk terbebas dari hukuman Pak Rahman.
"Gakuat gue Kat sumpah gue mau duduk ah." Ucap Salma sambil melengos dengan ngos-ngosan menuju bangku di koridor samping lapangan. Tetapi Katya tetap melanjutkan hukumannya karena tidak mau cari mati apabila Pak Rahman melihat ia tidak ada di lapangan, kelar hidup Katya.
Sementara itu, di lapangan juga ada anak kelas XI IPA 1 sedang bermain basket. Dan otomatis, Arya melihat dengan jelas Katya sedang dihukum. Sebenarnya Katya malu karena sedaritadi ia merasa Arya terus memperhatikannya, tapi entahlah mungkin itu cuma perasaan aja.
Saat ia sedang berlari, perutnya tiba-tiba sakit sekali, seperti ada yang menusuk. Lalu saat itu pula ia memperlambat larinya. Lupa bahwa ia belum makan dan tidak minum obat, asam lambungnya pun kambuh. Asam lambung yang diderita Katya cukup parah, pasalnya ia seringkali pingsan apabila sekali saja melewatkan jam makan yang seharusnya.
Katya jatuh terduduk di pinggir lapangan sambil memegangi perut dengan kedua tangannya, Salma yang sedang beristirahat pun terlonjak kabur menghampiri Katya saat ia mendengar Katya berteriak. Katya menangis kesakitan, dan di detik berikutnya pandangannya mengabur, semuanya gelap. Ia hanya bisa merasakan bahwa tubuhnya diangkat oleh seseorang. Lalu setelah itu, ia tidak merasakan apa-apa lagi karena ia tidak sanggup menahan kesadarannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FORGOTTEN
Teen Fiction"Patah hati mengajarkan bahwa yang menguatkan bukan saat ditinggalkan, melainkan ketika dilupakan."