Chapter 8 - Kenyataan yang Terbalik

2.6K 117 9
                                    


Katya mengerjapkan matanya perlahan lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan, ia sontak terkaget saat menemukan Bagas yang sedang duduk di samping bangkar tempat tidur.

"Akhirnya sadar juga, lo gapapa Kat? Yang mana yang sakit?"

Shit! Pasti tadi gue pingsan deh, aduh Katya bego banget sih ngapain pake pingsan segala coba. Ettt tunggu tunggu.. berarti tadi Bagas yang gendong gue dari lapangan ke UKS?!!!

Katya meringis saat membayangkan Bagas menggendongnya ala bridal style like a gentle man. Tanpa disadari, rona merah menjalar di pipi chubby Katya. Saat ini ia sedang memikirkan bagaimana tanggapan anak-anak satu sekolah jika melihat Bagas menggendongnya, tentu saja Katya tidak mau jadi bahan omongan anak-anak se-antero SMA Cendana, memang bagi Katya sudah biasa dijadikan bahan omongan bahkan di kalangan guru, tetapi itu karena prestasi yang ia dapat di tim cheers nya. Lalu apa jadinya jika seorang Katya dijadikan bahan omongan karena hal memalukan seperti ini? Belum lagi Katya harus memikirkan bagaimana caranya berterimakasih kepada Bagas karena ia masih tetap berbaik hati menolong Katya bahkan setelah Katya mematahkan hatinya. Sungguh, Katya pusing.

"Eh kenapa Kat? Ada yang sakit?" Tanya Bagas dengan nada panik saat mendengar Katya meringis.

"Ha-uhm engga kok." Lagi-lagi Katya kaget karena Bagas tiba-tiba membuyarkan lamunannya.

"Kalo ada yang sakit bilang ya?"

Siapapun perempuan yang mendengar suara Bagas saat ini, Katya jamin seratus persen melted! Bagas berucap dengan amat sangat lembut ditambah dengan wajahnya yang memang ganteng. Duh Katya jadi salah tingkah begini.

"Diem mulu Kat, gue salah ya ada di sini? Yaudah gue balik ke kelas aja biar lo istirahat di sini."

Katya jadi sedikit merasa bersalah karena sikapnya, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa juga. Menahan Bagas biar gak jadi pergi? Hal mustahil bagi Katya, bisa-bisa suasananya jadi awkward banget. Tapi di lain sisi, Katya juga ingin berterimakasih, hanya saja ia tidak tahu bagaimana caranya. Karena baginya tidak mudah untuk bersikap seperti biasanya kepada seseorang yang sudah ia sakiti hatinya, ia hanya tidak ingin melambungkan harapan seseorang yang akan terjatuhkan pada akhirnya. Katya sungguh tidak enak hati.

Bagas bangkit dari kursinya hendak meninggalkan ruangan itu, namun baru beberapa langkah, Bagas kembali berbalik.

"Eh iya itu gue beliin bubur, dimakan ya." Setelah mengatakan itu, Bagas tersenyum singkat lalu kembali melangkah keluar, tapi saat berada di ambang pintu masuk UKS, Bagas lagi-lagi berhenti dan berbalik saat Katya memanggilnya.

"Uhmm- Gas?"

"Iya kenapa?"

"Ha-ehmm makasih ya."

"Oh santai aja kali."

"Bukan makasih buat bubur yang gue maksud."

Bagas menaikkan sebelah alisnya, "Terus?"

"Makasih udah gend—"

"KATYAAAA! ALHAMDULILLAH UDAH SADAR. LO GAPAPA KAN? ADA YANG SAKIT GAK? UDAH MINUM OBAT BELOM?"

Dan yap, suara cempreng Salma menginterupsi omongan Katya padahal sedikit lagi ia bisa mengucapkan kata yang sedari tadi mengganjal di hatinya. Katya yang mendengar suara melengking Salma pun refleks menutup kedua kupingnya.

"Berisik Sal." Katya menggerutu saat mendengar suara Salma yang bisa diibaratkan seperti toa musholah.

"Ya gue kan khawatir, nanti kalo lo mati yang nemenin gue boker siapa." Salma yang berkata dengan polosnya pun mengundang timpukan bantal dari Katya.

FORGOTTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang