So don't ever think i need more
I've got the one to live for
No one else will do, and i'm telling you
Just put your heart in my hands
Promise it won't get broken
We'll never forget this moment
Yeah, we'll stay brand-new 'cause i'll love you
Over and over again
Bersama dengan berakhirnya lagu yang dinyanyikan Bagas dengan menggunakan gitarnya, saat itu pula suara riuh anak ekskul cheers yang menyaksikan terpesona berteriak histeris. Namun berbeda dengan Katya, ia justru bingung dengan apa yang terjadi saat ini. Bagas menyanyikan lagu ini sebagai ungkapan perasaannya kepada Katya, hanya saja mungkin Katya masih belum paham maksud dari semua ini. Atau mungkin tidak, Katya hanya berpura-pura tidak paham.
Bila kebanyakan perempuan akan senang jika ada seorang laki-laki menyatakan perasaan kepadanya, itu tidak berlaku bagi seorang Katya. Setidaknya untuk saat ini. Dalam sudut pandang Katya, ia tidak memiliki satu alasanpun untuk berbahagia seperti yang seharusnya sekarang. Karena hati yang terlalu rapuh belum siap menerima kehadiran penghuni baru yang entah akan membuat hati itu terbentuk indah dan membuatnya hidup atau mungkin sebaliknya, membuat hati itu semakin rapuh hingga retak ke bagian terdalam lalu membuat hati itu mati tanpa rasa, tanpa secercah harapan, tanpa segalanya.
Mungkin bagi murid perempuan se-antero SMA Cendana, menolak seorang Bagas Aditya Saputra adalah suatu kebodohan yang teramat sangat. Bagaimana tidak? Bagas Aditya Saputra yang merupakan One of Most Wanted Boy di SMA Cendana ini adalah seorang kapten futsal yang tentu bisa terbayang bagaimana pesonanya bukan? Ganteng udah pasti, Cool apalagi, Tinggi, Badai, dan satu lagi yang membuat Bagas semakin digilai oleh fans nya yaitu, romantisnya banget bangetan dan kalo udah bener-bener suka sama satu cewek, gimanapun caranya bakal Bagas jabanin. How a gentle man, right?
Dan mungkin Katya akan menjadi satu-satunya cewek yang berani menolak cogan macam Bagas ini. Atau mungkin tidak. Entahlah, Katya bingung dengan semua kejadian ini. Ia masih belum bisa mencerna apa-apa saja yang terjadi saat ini. Haruskah ia bahagia atau justru sebaliknya?
Memang selama beberapa bulan terakhir ini, Bagas gencar mendekati Katya yang terkenal judes dan susah untuk didekati, namun sepertinya omongan orang tentang Katya tak menyurutkan keinginan Bagas untuk bisa dekat dengan Katya. Awalnya Bagas hanya sekedar penasaran dengan Katya, hingga lama kelamaan rasa penasaran itu berubah menjadi rasa suka, dan rasa suka menjelma jadi rasa sayang, rasa sayang yang menuntut untuk menjadikan Katya sebagai miliknya dan hingga rasa yang terus bermetamorfosa itu sampai di tahap akhir yaitu, takut kehilangan. Bagas menyadari perasaan yang dimilikinya kian bertumbuh semakin membesar. Bagas paham betul dengan sikap judesnya Katya. Meski sering kali diabaikan, Bagas tidak lantas menyerah begitu saja, ia justru semakin berusaha untuk meluluhkan hati dingin seorang Katya dengan kehangatan yang ia punya.
"Kat?" Bagas berdehem sebelum melaksanakan semua rencana pernyataan perasaannya sesuai yang sudah ia rencanakan dari beberapa hari lalu.
"Ini maksudnya apaansih? Kok banyak balon sama bunga-bunga gitu? Ini juga buat apa nih?gangerti deh gue." Cerocos Katya sambil menunjuk balon balon yang kini dipegang oleh teman teman cheers nya dan bunga yang dipegang oleh teman-teman kelas Bagas, serta seikat bunga mawar putih yang ada digenggaman Bagas.
"Gue tau lo emang cewek judes yang susah banget buat dideketin. Tapi gue gabisa ngelak lagi kalo semakin hari perasaan gue ke lo semakin tumbuh, gue yang paling gak sabaran ini juga bingung kenapa gue bisa lebih sabar dari biasanya pas lo berkali-kali cuekin gue bahkan ngejauhin gue. Gue sadar kalo lo emang gak suka gue deketin, gue gak tau apa yang buat lo jadi sedingin ini. Tapi kalo emang luka penyebab dari sikap dingin lo itu, kasih kesempatan gue buat nyembuhin luka itu, Kat."
Semua teman-teman cheers Katya bersorak histeris saat mendengar Bagas mengucapkan kalimat yang menurut mereka sangat romantis. Sementara itu, Katya tertawa pedih di dalam hatinya. Entah sampai kapan ia akan terus menghindar dari penghuni baru yang akan menempati ruang yang telah lama kosong di sudut hatinya tersebut.
"Gas, apaansih udah deh jangan bercanda."
"Mau sampe kapan lo terus ngelak sama perasaan lo? Jangan tutup hati lo terlalu lama, jangan jadiin luka yang pernah lo alami sebagai ujung dari perjalanan hati lo, masih banyak hati lain yang bisa nyembuhin luka itu, Kat. Dan gue salah satunya."
"Gak usah sok tau, sorry gue gak bisa. Sorry." Setelah mengatakan itu, Katya berlalu pergi meninggalkan Bagas di lapangan yang sudah dihias sedemikian rupa hanya demi dirinya.
Belum sempat Katya melangkah lebih jauh, Bagas mengejar dan menahan pergelangan tangannya dengan lembut. "Lo mungkin emang nolak gue sekarang, tapi tolong jangan cegah gue buat terus deket sama lo." Karena tidak ada jawaban dari Katya, perlahan Bagas melepaskan cekalan tangannya dari tangan Katya dan membiarkan Katya pergi meninggalkan dirinya dengan rasa kecewa. Namun rasa kecewa yang saat ini dialaminya, Bagas jadikan dorongan untuk lebih berusaha meluluhkan bongkahan es di hati Katya dengan hangatnya hati Bagas.
***
Sedaritadi Arya menyaksikan semuanya di ambang pintu yang menghubungkan koridor dengan lapangan indoor. Arya tidak mengerti perasaan aneh apa yang menyinggapi dadanya saat ia mendapati Katya dan Bagas di tengah lapangan. Namun Arya berusaha tidak menggubris perasaan janggal itu. Toh Arya juga baru kenal dengan Katya, jadi mana mungkin Arya memiliki perasaan aneh itu untuk Katya.
Arya berusaha mengganggap semuanya sebagai angin lalu dan berlalu meninggalkan ambang pintu tempat ia menyaksikan semuanya tadi. Saat sedang berjalan menuju parkiran, Arya mendengar derap langkah kaki searah dengan langkahnya. Dan ketika Arya menoleh, ia mendapati Katya sedang jalan dengan tergesa-gesa dengan pandangan tunduk kebawah. Arya hanya memperhatikan, tidak menyapa ataupun menanyakan ia kenapa. Biarlah semua tanda tanya yang muncul di benaknya tenggelam dengan rasa penasaran tanpa berani menanyakan jawaban.
Dari arah lapangan indoor muncul beberapa teman cheers Katya berlari dan berteriak memanggil Katya saat Katya menyetop taksi di depan gerbang lalu pergi begitu saja.
Fia-teman cheers Katya yang juga teman sekelas Arya- ikut mengejar dan berteriak memanggil Katya.
"Gilak larinya cepet banget sih, capek gue ngejarnya." Keluh Fia tepat di belakang Arya.
"Woy kenapa lo? Ngos-ngosan gitu kayak orang dikejar anjing." Arya bertanya dengan polosnya, lebih tepatnya sih pura-pura polos.
"IHH KENAPA TADI LO GA CEGAT KATYA SIH?!!" Seketika saat Fia menyadari keberadaan Arya, ia langsung menyambar telinga Arya dengan suara cempreng nya yang sangat memekakkan, karena Arya dengan bodohnya tidak berusaha menahan Katya saat Katya lewat di hadapannya. Sementara Fia dan anak cheers kesusahaan untuk menahan Katya agar tidak pergi.
"Lah emang kenapa anak orang gue cegat-cegat segala?"
"AH MASA LO GANGERTI JUGA SIH! KATYA ITU PERGI GITU AJA ABIS NOLAK BAGAS!" Bak kendaraan tak memiliki rem, Fia menjelaskan kunci dari kejadian tadi dengan berteriak.
Lah gak jadi jadian dong? Tanya Arya dalam hati.
Sebenarnya Arya sedikit penasaran, namun ia berusaha tidak peduli dan bersikap cuek.
"Mulut lo bisa pelanin dikit gak sih kalo ngomong? Dasar kaleng rombeng." Arya kesal karena Fia selalu berteriak tepat di depan telinganya. Lalu setelah mengatakan itu, Arya pergi menuju parkiran untuk mengambil motornya, karena waktu sudah menunjukkan hampir maghrib.
"ENAK AJA KALENG ROMBENG! AWAS LO YA BESOK DI KELAS!"
***Hola ma beloved readersss🙌🏻💙
I'm comeback here againnn yayy HAHA
Aku bakal usahain se-sering mungkin update biar kalian ga kabur, dan rencananya aku bakal bikin jadwal gitu buat update part baru di cerita ini.
Mungkin 2 atau 3 kali update seminggu, insyaAllah kalo otak aku lagi lancar wkwk.
So, yap ikutin terus cerita ini sampe ending nanti karena bakalan lebih seru lagi kedepannya! Jangan lupa vomments nya juga ya😘💙
I love u guys so much😍
Find me on instagram : ayupe.we
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGOTTEN
Fiksi Remaja"Patah hati mengajarkan bahwa yang menguatkan bukan saat ditinggalkan, melainkan ketika dilupakan."