"Mami, aku tidak ingin menikah." Kouka menjatuhkan sulamannya, kepalanya langsung bergerak ke arah samping dan menatap Kagura.
"Apa kau bilang?"
"Aku tidak ingin menikah." Ulang Kagura. Perlahan wajah Kouka memerah karena marah.
"Jika kau menolak lamaran ini, siapa yang akan menikahimu jika tahu kau tidak perawan lagi? Kau mestinya bersyukur karena mendapat suami, seorang calon raja lagi. Aku tahu, bahwa sebelum pernikahan, kau pasti akan merasa ragu. Tak apa, aku pun dulu begitu. Tapi kau harus tetap maju dan jangan kalah dari rasa ragumu itu." Kouka mengambil kembali sulamannya, Kagura memikirkan nasihat ibunya dan termenung.
Wedding Day
Kagura meremas tangannya dengan panik, pikirannya saat ini kacau balau dan stress. Kembali ditatapnya cermin besar di ruang ganti. Ia mengenakan gaun pengantin berwarna putih yang sangat berat dan mewah. Gaun itu berenda-renda, dengan pita berwarna krem. Kagura juga mengenakan mahkota di kepalanya. Cadar pengantin menutup wajahnya dengan sempurna, sehingga orang tidak tahu bahwa ia sedang gelisah sekarang. Suara lonceng membuat Kagura makin tegang.
"Kagura, ayo kita ke altar." Kankou menggandeng lengan putrinya itu, ia tersenyum untuk menenangkan Kagura yang sudah mau meledak itu.
Kagura berjalan bersama ayahnya dengan tenang, semua mata tertuju padanya, begitu pula Sougo. Kagura menerima uluran tangan Sougo dan berdiri menghadap pastur. Kagura tidak terlalu memperhatikan perkataan pastur, karena ia hanya bermain dengan pikirannya sendiri hingga Sougo berbisik.
"Woi cepat jawab!"
"A-aku bersedia!"
"Dengan ini, aku sah kan kalian sebagai suami dan istri. Anda boleh mencium pengantin anda." Sougo berbalik menghadap Kagura dan menyingkap cadarnya lalu menciumnya. Para tamu bertepuk tangan dengan heboh.
Selama perjalanan menuju istana dengan kereta kuda, baik Kagura maupun Sougo tidak ada yang berniat berbicara. Kagura sibuk melambaikan tangannya pada rakyat yang menyambutnya. Kereta mulai memasuki lingkungan istana, Kagura merapikan duduknya sambil menikmati pemandangan, kereta berhenti tepat di depan aula dimana ratusan pelayan membungkuk hormat pada Kagura dan Sougo yang baru turun dari kereta.
"Yang Mulia Putri, saya akan menunjukkan kamar anda. Silahkan ikuti saya." Seorang pelayan wanita meminta Kagura untuk mengikutinya, Kagura yang kelelahan pun mengikuti wanita itu mencari kamarnya.
Kagura berbaring di kasur, masih dengan gaun pengantinnya itu. Hari ini sudah cukup menyebalkan bagi Kagura, beruntung ia tidak tidur sekamar dengan suaminya itu. Kagura melepaskan mahkota dan cadarnya. Ia membuka gaunnya sendiri, malas memanggil pelayan. Tenggorokannya masih sedikit sakit. Kagura yang sedang asyik melepaskan gaunnya tidak menyadari bahwa Sougo berdiri dan memperhatikannya.
"Sedang apa kau disini?!" Seru Kagura panik.
"Menurutmu?"
"Kau ingin menyiksaku seperti malam itu ya?"
"Bingo." Kagura langsung waspada, diliriknya meja rias, mencari sesuatu untuk mempertahankan diri.
Sougo yang sudah tahu isi pikiran Kagura memutar kedua bola matanya, "Jangan berkelakuan seperti perawan. Kau kan sudah tidak perawan lagi."
"Dosa apa aku dimasa lalu sampai bisa diperkosa oleh pangeran sadis bisa sepertimu."
"Oh oh oh, ternyata kau ingat juga 'kegiatan' kita waktu itu. Kukira kau sudah lupa."
"Sial!" Maki Kagura, "Cepat pergi! Aku mau melepas korsetku!"
"Kenapa aku harus pergi? Kan kita sudah sah menikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal's
RandomBerawal dari sebuah pertemuan yang canggung hingga berakhir menjadi malam yang liar, Kagura terpaksa menikah untuk menutupi skandal yang akan menimpanya dirinya dan keluarganya. Awalnya, semua baik-baik saja sampai usaha pembunuhan terhadap Kagura m...