Para pelayan berjalan hilir mudik di istana, menyiapkan segala hal yang perlu disiapkan juga dibenahi. Penghuni istana masih terlelap di alam mimpi, karena memang jam masih menunjukkan pukul 4 pagi. Ballroom istana telah di benahi, membuat ruang itu tampak memukau. Ruang Ballroom itu nantinya akan digunakan untuk pesta dansa istana, juga penyambutan untuk dua orang putri yang akan datang.
Kagura membuka kedua matanya, di sampingnya terlelap Sougo. Kagura melirik Sougo sebentar lalu kembali menutup matanya, hari masih pagi dan sayang rasanya jika bangkit dari tempat tidur yang hangat dan nyaman.
Di kamar mantan ratu, Tsukuyo duduk di meja riasnya. Mata sang Dowager Queen tampak cekung tanda tidak tidur semalaman. Wajahnya putih seputih tembok istana. Gintoki, masih berada di alam mimpi jadi tidak melihat keadaan istrinya itu. Tsukuyo mengambil sepoci teh (yang memang sudah ia minta agar selalu disiapkan di kamarnya) dan menuangkannya dalam gelas tanpa perlu meniupnya. Toh teh itu sudah dingin.
****
Jarum jam berada tepat di angka 6, namun para pelayan tidak ada yang berani masuk ke kamar para anggota kerajaan. Mitsuba membunyikan lonceng untuk memanggil pelayan, membantu bersiap-siap.
"Apakah semua orang sudah bangun?" Tanya Mitsuba pada pelayannya.
"Belum Yang Mulia. Anda adalah yang pertama bangun." Mitsuba heran. Biasanya Sougo selalu bangun paling awal, tetapi mengapa hari ini dia yang bangun awal?
'Mungkin Sou-chan masih bersama Kagura-chan.' pikir Mitsuba sambil tersenyum.
Tsukuyo juga sudah selesai berpakaian. Gintoki masih berada di alam mimpi, tidak berniat bangun sama sekali. Sebuah mahkota platina melingkar di kepala Tsukuyo, tak lupa cincin batu Ruby tanda keluarga kerajaan.
"Gin, bangun." Tsukuyo mengguncang Gintoki keras.
Kesal karena Gintoki tidak bangun, Tsukuyo mengambil air dari baskom kecil dan menyiram Gintoki. Tsukuyo tertawa puas saat Gintoki terbangun dengan kaget.
"Banjir!" Seru Gintoki, ia langsung melompat bangun dan heran melihat Tsukuyo.
"Akhirnya kau bangun juga pemalas! Cepat mandi dan ikut sarapan. Aku menunggumu." Tsukuyo keluar dari kamar dan berjalan-jalan.
Sougo membantu Kagura memasang korset. Biasanya ini tugas para pelayan, tetapi karena hari ini para pelayan sibuk, Kagura meminta tolong pada Sougo. Kagura menarik napas kemudian menghembuskannya, Sougo menyeringai sadis lalu mulai menarik tali korset dengan kencang. Kagura merasakan tulang rusuknya akan hancur, begitu pula kedua paru-parunya. Bahkan para pelayan tidak menarik korset sekencang ini. Setelah mengikat tali korset, Sougo tertawa melihat wajah Kagura yang memerah.
"Baka! Kau menarik korsetku keras sekali!" Maki Kagura sambil memasang kerangka rok.
"Kan wanita biasa memakai korset, kok begitu saja kau marah?" Sougo menghentikan tawanya.
"Kencang sih boleh, tapi nggak segininya juga kali!" Kagura terengah-engah kehabisan napas, Sougo kembali menahan tawa.
Kagura mengomel sambil memakai rok dan merapikan bajunya. Rambut merahnya di kepang dan di sanggul seperti biasa. Para pelayan sudah menunggu dengan setia di depan pintu kamar, memberitahu bahwa semua orang telah menunggu.
Mitsuba berdiri dari duduknya ketika Sougo dan Kagura masuk. Begitu pula Gintoki dan Tsukuyo. Selayaknya gentleman, Sougo menarikkan kursi untu Kagura di sisinya.
"Terimakasih." Gumam Kagura pelan, kemudian duduk anggun.
Sarapan pagi itu dilalui dengan tenang. Semua orang sibuk dengan makanan masing-masing, termasuk Kagura. Tsukuyo meredam rasa gelisahnya, berusaha tetap makan walaupun tidak berselera.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal's
AléatoireBerawal dari sebuah pertemuan yang canggung hingga berakhir menjadi malam yang liar, Kagura terpaksa menikah untuk menutupi skandal yang akan menimpanya dirinya dan keluarganya. Awalnya, semua baik-baik saja sampai usaha pembunuhan terhadap Kagura m...