"Yang Mulia Ratu," Kagura menghentikan jalannya dan menoleh ke sampingnya. Seorang gadis tengah menunduk hormat padanya.
"Ya? Ada apa?"
"Yang Mulia Raja menunggu anda di taman, Yang Mulia."
Kagura menaikkan alisnya sebelah. Malam-malam begini, mengapa harus di taman? Kagura sebenarnya malas meladeni Sougo, namun rasa ingin tahunya mengalahkan kemalasan Kagura. Dengan cepat Kagura melangkahkan kakinya ke taman istana dan menemukan Sougo yang tengah duduk di kursi taman.
"Ada apa mencariku?" tanya Kagura tanpa basa-basi.
"Aku hanya ingin memberikan ini." Sougo melemparkan sebuah kalung safir, Kagura dengan sigap menangkapnya.
Kalung itu sangat indah. Dengan rantai emas tipis, sebuah mata kalung safir yang dihiasi berlian pink kecil. Kagura langsung menyukai kalung itu dalam sekali lihat.
"Terima kasih." kata Kagura dengan tulus. Ia tersenyum manis pada Sougo.
"Sama-sama."
Kagura duduk di kursi taman dan memandangi langit gelap yang bertaburkan bintang-bintang. Semua ini terasa tepat dan menenangkan.
***
Nobume membanting mejanya dengan frustasi. Sudah 5 bulan ia berada di istana. Sejak ia memanah Mitsuba, keamanan istana diperketat sehingga mustahil baginya untuk melakukan percobaan pembunuhan. Untuk mengunjungi Mitsuba, ia dan Soyo bahkan tidak diperbolehkan masuk oleh para pengawal tanpa izin dari Sougo atau Gintoki.
Otak Nobume sibuk merencanakan hal lainnya. Bisa saja ia menggunakan racun, tetapi bagaimana cara untuk melakukan hal itu? Sekarang yang membuat makanan dan minuman adalah orang-orang kepercayaan keluarga Kagura. Pernah Nobume mencoba sekali untuk menyuap pekerja itu, tetapi tidak bisa.
Beberapa saat kemudian, otak Nobume seperti mendapat pencerahan. Senyum licik terpampang dengan indah di wajah Nobume.
"Kita lihat sekarang, apakah kalian bisa mengatasi hal ini..."
***
"Yang Mulia, Grand Duchess meminta untuk menghadap." Sougo memberi tanda agar Mitsuba diperbolehkan masuk ke ruang kerjanya.
"Aneue, apakah ada sesuatu?" tanya Sougo saat Mitsuba menghormat di hadapannya.
"Aku ingin minta izin untuk bepergian bersama Ratu, bibi Tsukky, dan dua putri."
"Kalian boleh pergi."
"Terima kasih."
Mitsuba menghormat kembali dan berbalik. Sekarang Kagura, Tsukuyo, Soyo, dan Nobume sedang menunggu di dalam kereta kuda. Hal yang aneh, mengingat mereka begitu yakin diperbolehkan pergi bahkan sebelum meminta izin.
Kelima wanita itu berbincang-bincang selama di perjalanan. Kereta berhenti di dekat sebuah danau besar yang airnya terlihat jernih.
"Indah sekali!" gumam Kagura takjub. Pohon-pohon berhembus diterpa angin. Daun-daun berguguran, menciptakan efek romantis nan melankolis.
Pelayan segera menggelar kain dan menyiapkan makanan piknik sementara para putri dan Ratu menikmati pemandangan. Nobume memberi isyarat pada seorang pelayan dengan lirikan mata. Pelayan itu mengangguk mengerti.
"Yang Mulia, maukah anda menemani saya ke danau itu?" tanya Nobume sambil menunjuk danau di seberang.
"Tentu saja."
Kagura dan Nobume mendekati danau. Kagura membungkuk dan mengambil air dengan tangannya.
'Dingin!' batin Kagura sambil tersenyum senang. Ia tak menyadari, bahwa seekor ular berenang ke arahnya. Ular itu menatap Kagura dengan iris vertikalnya, tanda ia merasa terancam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal's
DiversosBerawal dari sebuah pertemuan yang canggung hingga berakhir menjadi malam yang liar, Kagura terpaksa menikah untuk menutupi skandal yang akan menimpanya dirinya dan keluarganya. Awalnya, semua baik-baik saja sampai usaha pembunuhan terhadap Kagura m...