Flashback
Seorang wanita berjalan cepat sambil membawa kipas. Iris merahnya menatap tiga orang yang tengah berada di dalam kereta kuda. Kusir segera membuka pintu dan membantunya masuk. Ia mengucapkan terimakasih lalu duduk di samping seorang pria.
"Kaa-san lama sekali! Aku sudah tidak sabar untuk berjalan-jalan." kata seorang remaja laki-laki.
"Maafkan Kaa-san. Tadi Kaa-san masih ada perlu, Sou-chan." wanita itu tersenyum meminta maaf pada sang anak.
"Tidak apa Kaa-san, yang penting kita semua berada disini." kakak si laki-laki memotong perkataan ibu mereka.
Kereta kuda mulai berjalan melintasi istana. Kali ini, keluarga kerajaan akan berpiknik di tengah hutan. Mereka bercanda dan tertawa bahagia, tidak menyadari bahwa saat itulah saat-saat akhir dari keluarga utuh mereka. Sebuah panah berapi menembus jendela kereta itu, menancap tepat di dinding kereta. Api mulai menjalar, membuat panik penumpang kereta. Si kusir dan para pengawal berusaha memadamkan api sementara keluarga kerajaan di dalam kereta.
"Mitsuba, Sougo cepat lompat dari jendela!" seru Raja, Ratu melepaskan sepatunya dan memukul jendela kaca hingga pecah.
"Selamatkan diri kalian!" Mitsuba segera menuruti perintah orang tuannya. Ia melepas roknya dan meminta agar sang adik keluar duluan.
Sougo tanpa pikir panjang langsung melompat keluar. Mitsuba ikut melompat. Ibu mereka juga akan melompat, tetapi api telah membakar gaunnya. Ratu panik dan berusaha melepaskan gaunnya dibantu Raja, saat gaun Ratu terlepas, mereka hendak keluar menyadari bahwa kereta itu sudah terbakar. Sougo berteriak memanggil Raja dan Ratu. Mitsuba menangis melihat keduanya. Ratu tersenyum sedih sambil memeluk suaminya, atap kereta pun runtuh dan menimpa mereka.
Api berhasil dipadamkan, tetapi Raja dan Ratu tidak selamat. Mayat keduanya masih utuh, ditemukan dalam keadaan berpelukan. Beberapa luka bakar menghiasi keduannya. Sougo yang waktu itu masih berusia 18 tahun, cuma bisa meratapi orang tuannya. Ia sama sekali tidak mau mengambil tahta kerajaan, ia masih ingin mencari siapa yang membunuh kedua orang tuannya. Jadi ia membuat kesepakatan dengan Gintoki. Pada umurnya yang ke 20, ia akan mengambil tahta. Gintoki akan bertindak sebagai raja pengganti.
Sehari sesudah kecelakaan, Mitsuba mendapati Nobume sedang menatap lukisan keluarga kerajaan. Nobume tersenyum sinis sambil membelai pigura foto keluarga kerajaan.
"Sial sekali, kedua anak kalian tidak ikut mati. Tapi tenang, cepat atau lambat mereka pasti akan menyusul." Nobume tertawa mengejek. Mitsuba membulatkan kedua matanya.
Nobume keluar dari ruang lukisan dan berpapasan dengan Mitsuba. Ia langsung memasang tampang sedih dan membungkuk hormat pada Mitsuba lalu pergi. Mitsuba segera menemui bibinya, putri Tsukuyo dan menceritakan penemuannya. Mereka berdua memutuskan untuk tidak menceritakan ini pada Sougo, karena jika Sougo tahu, kepala Nobume pasti terlepas dari lehernya saat itu juga.
"Kita harus melakukan sesuatu! Wanita ular itu tidak boleh sampai di kursi takhta kerajaan!" Mitsuba panik. Pembawaannya yang tenang telah sirna.
"Kita tidak bisa menangkapnya. Sial! Dia sangat bersih dalam melakukan pembunuhan itu!"
Tsukuyo memukul meja untuk melampiaskan kekesalannya. Tanpa mereka ketahui, Sougo menguping pembicaraan mereka. Tangannya mengepal marah. Ingin saat itu ia membunuh Nobume, tapi Sougo sadar bahwa Nobume tidak bisa disingkirkan begitu saja. Harus ada bukti kuat atas keterlibatannya dalam pembunuhan Raja dan Ratu. Sougo bersumpah dalam hatinya untuk membuat Nobume mendapatkan ganjaran dari perbuatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal's
De TodoBerawal dari sebuah pertemuan yang canggung hingga berakhir menjadi malam yang liar, Kagura terpaksa menikah untuk menutupi skandal yang akan menimpanya dirinya dan keluarganya. Awalnya, semua baik-baik saja sampai usaha pembunuhan terhadap Kagura m...