Chapter 03

310 57 4
                                    

~Author pov~

Kring

Bell berbunyi, menandakan seorang pelanggan memasuki butik

"Selamat datang tuan"
Sapa Lami dengan ragu, pasalnya butik ini di khususkan untuk yeoja dan sangat jarang jika ada tamu namja yang datang

"Ada yang bisa saya bantu"
Lanjut Lami lembut

"Eumm... aku kesini untuk mengambil pesanan dress yeojachingu ku"
Pria itu meberikan kartu nama pada Lami, meskipun butuh waktu cukup lama akhirnya Lami bisa mengingat nama yang tertera pada kartu nama itu.

"Pesanan nona Eunha?"
Tanya Lami memastikan dan dijawab dengan anggukan pasti oleh pria di depannya

"Silahkan duduk dulu, saya akan segera kembali dan membawakan dress-nya"
Pamit lami dan segera berlalu.

Tidak mengikuti saran Lami, pria itu malah memilih berkeliling sambil mengedarkan pandangannya memperhatikan seisi butik.

BRUKK

~Yeri pov~

Ada apa ini? Kenapa badanku tidak terasa sakit?

Kubuka mataku perlahan memastikan apa yang telah terjadi

"OMO!!" Kenapa pria ini memelukku? Dengan gerakan cepat aku langsung melepaskan pelukannya di pinggangku

"Mian, aku hanya berniat menolongmu, jika tidak kupeluk mungkin saja tengkorak kepalamu sudah retak"

"A-a terimakasih"

Tunggu ada apa denganku, bukankah tadi pria ini memelukku harusnya saat ini aku sudah pingsan, jantungku memang memompa dengan cepat tapi kenapa rasanya berbeda? Apa phobiaku sudah sembuh?

"Ini tuan dress nya beserta dengan notanya"
Suara Lami berhasil menyadarkanku dari lamunan singkatku.

~Author pov~

Setelah membayar, pria itu langsung pamit dan melangkah keluar dari bitik, namun baru saja selangkah meninggalkan butik, pria itu harus menghentikan langkahnya setelah merasakan sebuat tangan menahan lengannya.

"A-anu" Yeri sendiri tak tau apa alasannya menghentikan pria di depannya ini, ia hanya penasaran kenapa phobianya tak beresaksi

"Ada apa?"

"Yeri imnida" tanpa berfikir panjang Yeri mengulurkan tangan-nya berniat memastikan apa phobia yang dideritanya benar-benar sudah sembuh

"Kau menghentikanku hanya untuk berkenalan?" Pria itu cukup terkejut dengan tidakan Yeri yang diluar dugaannya, namun karena ia pria yang mengerti sopan santung ia membalas uluran tangan Yeri

"Jeon Jungkook imnida, sekedar info untukmu aku sudah memiliki kekasih, dan aku kesini untuk mengambil pesanannya" setelah memperkenankan diri Jungkook langsung berlalu dari hadapan Yeri, sedangkan Yeri ia masih terdiam mematung, bukan karena status Jungkook yang sudah memiliki kekasih, namun karena phobianya benar-benar tidak bereaksi.

.
.
.
.
.
.
.
.

"Eonni baik-baik saja? Sedari tadi yang ku lihat eonni hanya melamun, apa terjadi sesuatu?"
Tanya Lami diikuti dangan raut wajahnya yang khawatir, pasalnya sedari tadi yang Lami liat Yeri hanya duduk di meja kerjanya dan melamun, tidak terlihat seperti Yeri yang biasanya terus berkeliling butik untuk memastikan kinerja pekerjanya

"Entahlah, aku hanya merasa ada yang aneh dengan pria yang mengambil pesanan nona Eunha"

"Waeyo? Apa terjadi sesuatu? Phobia eonni kambuh?" Tanya Lami semakin khawatir

"Justru itu, pria itu sempat memelukku,bahkan tadi aku mencoba menggenggam tangan tapi phobiaku sedikitpun tidak bereaksi"
Yeri memijat pelan keningnya, ada rasa bingung dan senang secara bersamaan yang ia rasakan karena phobianya tak bereaksi

"Mungkin saja eonni sudah sembuh"

"Benarkah? Tapi kenapa aku merasa tidak yakin"

"Bagaimana kalau kita mengujinya?" Saran Lami dengan nada yang terdengar antusias, tentu saja jika phobia Yeri sembuh ia akan turut berbahagia

"Kau benar, setelah pulang dari butik aku akan mengujinya dengan menyentuh pria lain, dan aku harap phobiaku benar-benar sudah sembuh"

Senyum akhirnya kembali terukir di bibir Yeri setelah beberapa jam yang lali ia hanya terus mengerutkan keningnya.

Lami memang selalu bisa menenangkannya
.
.
.
.
.
.

"Jaemin hari ini kita makan malam di luar saja" tawar Yeri memecahkan keheningan

"Noona mau makan di luar?" Tanya Jaemin memastikan dan di jawab dengan anggukan pasti oleh Yeri

"Apa itu akan baik-baik saja untuk noona, berada di tempat umum yang ramai?"
Yeri kembali mengangguk mengisyaratkan bahwa ia akan baik-baik saja

"Bagaimana kalau kita pesan-"

"Jaemin noona bosan hanya berada dirumah dan butik, malam ini pokoknya noona ingin makan diluar"
Potong Yeri dengan cepat lalu segera berlalu kekamarnya bermaksud unuk berganti pakaian

"Dan bukankah kau akan terus berada di samping noona, jadi tak ada yang perlu di khawatirkan" lanjut Yeri sebelum memasuki kamarnya

■■■
~Yeri pov~

"Permisi" sapa seorang pelayan pria pada-ku dan Jemin yang memang hendak memesan menu makan malam

'Pas aku memang membutuhkan seorang pria saat ini' gumamku dalam hati

"Apa tidak ada pelayan wanita?" Tanya Jemin yang sepertinya kembali khawatir, apa ia lupa sekarang aku sudah bisa berkomunikasi dengan pria lain asalkan tak bersentuhan

"Anio, pelayan pria juga tidak apa-apa" senggah ku cepat sebelum pelayan itu merasa tersinggung

"Baiklah ingin memesan menu apa?" Tanya pelayan itu ramah sambil meletakkan daftar menu pada meja kami dan menurutku ini adalah waktu yang tepat yang ku perlukah hanya menyentuhnya dan memastikan apa phobiaku benar-benar sudah sembuh atau tidak.

Tanpa berfikir panjang kuletakkan telapak tanganku di atas telapak tangan pelayan itu yang sedang membolak balikkan daftar menu sambil menawari kami menu andalan dari restoran ini

Tak seperti dugaanku baru saja kulitku menyentuh kulitnya jantungku berdetak dua kali lebih cepat, bahkan aku sudah mulai berkeringat

~Author pov~
"Noona apa yang kau lakukan?" Tanya Jaemin panik dengan sedikit berteriak dan segerah menyingkirkan tangan Yeri dari atas telapak tangan pelayan tersebut, pelayan tersebut juga terlihat kaget

"Diam, atau aku akan bersikap kasar"

"Appa kumohon, aku adalah anakmu"

"Lebih tepatnya anak tiri, jadi diam, dan nikmati saja"

Ingatan itu kembali berputar di kepala Yeri, ia merasa kembali kemasa lalu seakan tak sadar bahwa ia sedang berada di restoran bersama Jemin

"Noona NOONA!!"
Teriak Jaemin khawatir sambil menggoyangkan bahu Yeri berharap Yeri segera sadar tanpa memperduliakan tatapan tanda tanya dari tamu restoran yang merasa terganggu.

Dengan cekatan Jaemin menggendong Yeri dan langsung membawanya kedalam mobil, Yeri tidak pingsan ia juga tidak berteriak hanya saja tatapannya kosong, keringatnya terus mengalir, dadanya memompa cepat, dan air mata mengalir begitu saja dari matanya.

"Noona kumohon sadarlah" ucap Jaemin lembut dan berbisik tepat di telinga Yeri, memeluk dan mencoba menenangkan noonanya.

"Obat iya di mana obat itu" Jaemin mulai panik mengobrak abrik isi tas Yeri mencari obat penenang, seharusnya ia melakukannya sejak awal

"Ini dia, noona minum ini" Jaemin menuntun Yeri untuk meminum obatnya dan selang beberapa menit Yeri mulai tertidur dengan lelapnya seakan tidak terjadi apa-apa
.
.
.
.
.
.
.


Yaeyyyyyyyyyyyyyyyyyy akhirnya bisa update
Maaf maaf maaf banget kalo aku lama updatenya ada banyak alasan dan halangan aku harap kalian ngerti

Jan lupa vote dan komennya😘




THE POWER OF LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang