SATU

55 11 22
                                    

Nyanyian rintik hujan masih setia menemani seorang gadis dalam lorong sunyi. Seraya menikmati aroma khas tanah basah yang menenangkan, gadis berkucir kuda itu menatap kosong ke sebuah majalah dinding di koridor, pikirannya melayang jauh entah ke mana.

"Juara satu Olimpiade Kimia Tingkat Nasional ...," gumam gadis itu melahap barisan huruf di majalah dinding.

Kalimatnya membatu, hampir saja tinju pamungkasnya melayang bebas ke majalah berlapis kaca tersebut, kalau-kalau sebuah tangan kokoh tak berhasil menahannya.

"Kalau mading sekolah hancur, lo mau ganti?"

Gadis itu menoleh ke asal suara. "Niko? Kok tiba-tiba muncul, sih?"

Lelaki yang tadi menahan tangan gadis itu hanya terkekeh geli.

"Gisha, Gisha," Niko menggeleng beberapa kali. "Mau sampe kapan lo meratapi nasib kakak kembar lo yang terlalu mujur itu? Kalau mau se-perfect dia, usaha dong!"

"Shut up!" Gisha mengerang. Harus diakui, genggaman Niko pada kepalan tangan gadis itu memang cukup kuat.

"Yup! Usaha itu nomor satu," sahut suara dari belakang mereka. "Keberuntungan nomor dua."

Gisha menoleh sebentar, matanya yang bulat besar ia tujukan pada gadis bersurai panjang di belakangnya.

"Gotcha, Ra," timpal Niko ringan.

"Hujannya udah reda, Nik. Mau cabut?"

Niko angkat bahu, tangannya yang lumayan kekar menepuk-nepuk pundak Gisha perlahan. "Duluan, Sya."

Lelaki itu melenggang. Gadis berambut panjang di belakangnya mengekor pelan. Gisha menatap tajam, berharap pandangannya segera diwarisi kekuatan laser super panas untuk menghancurkan punggung gadis di belakang Niko itu.

Tiba-tiba Gisha terlonjak. Gadis yang sedari tadi menjadi objek kekesalannya membalikkan badan, menyunggingkan senyum ganjil yang tertahan.

"Sepertinya bakal ada hujan yang lain. Well, see you in hell, looser!"

Otak Gisha memanas. Pun hatinya ikut tercabik. Perlahan dagunya terangkat, menyambut senyum ganjil itu dengan tatapan pongah.

Raisha Juniana, gue akan balas lo untuk yang satu ini.

Raisha Juniana, gue akan balas lo untuk yang satu ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruang tamu bernuansa jingga itu tampak sunyi. Desau angin sisa hujan diam-diam menyelinap. Gisha menatap jam besar di sudut ruangan.

Perfectly ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang