JANE

57 2 0
                                    

Namaku Jane. Jane Angel Sutomo. Anak Pak Sutomo yang beristrikan Ibu Sutomo. Orang tua dengan usaha yang sukses dalam bidang konveksi dan luar biasa dalam menjaga dan mendidik anak - anaknya. Ibuku seorang desainer yang biasa mendesain pakaian untuk pejabat dan artis - artis besar, sedangkan Ayahku memiliki 3 pabrik kain dan konveksi. Aku anak bungsu dari empat bersaudara, ketiga kakakku laki - laki dan aku perempuan sendiri. Kakak - kakakku juga menjadi orang - orang yang sukses dalam pendidikan dan karir masing - masing. Kakak pertamaku pengusaha properti yang sukses, sudah menikah dan punya satu orang anak. Kakak ke-duaku seorang pengacara terkemuka dengan gaya perlente mencerminkan sangat bahwa dia seorang dengan dompet tebal dan cassanova. Kakak ketigaku atlit basket, memilih bermain basket dari SMP dan menjadi atlit hebat saat ini sambil menyelesaikan kuliah kedokterannya. Benar - benar keluarga sempurna. Begitu fikiran kalian.

Aku sedang dikamar tidur dikasur wangiku. Kepalaku baru saja reda dari sakit luar biasanya. Kalau kalian bertanya aku sukses di bidang apa, menurutku bisa tidur tenang dimalam hari saja sudah menjadi salah satu kesuksesan terbesarku. Tempat tidur adalah tempat terlama aku menghabiskan waktu hidup 16 tahunku. Aku tidak punya banyak teman. Mungkin hanya ayah, ibu, kakak - kakakku yang sangat tampan - tampan, Bi Inah dan Bi Romlah pengasuhku, terkadang ponakanku yang super lucu dan ibunya, Om dan Tante Sisil juga kadang - kadang.

Ibu baru saja keluar dari kamarku setelah aku tenang dari jeritan - jeritan kesakitan yang luar biasa dari kepalaku. Ibu selalu dengan sabar membelai kepala botakku. Sudah dua tahun kepalaku botak karena obat - obat tak bertanggung jawab itu. Mereka memang sudah bekerja keras membantuku bertahan dan menahan rasa sakit, tapi kepalaku jadi botak begini.

Kalau kalian bilang keluargaku sempurna, mungkin nila setitik yang merusak susu sebelanga itu adalah aku. Aku yang sejak dilahirkan memiliki kelainan jantung dan ginjal. Empat tahun lalu saat aku berumur 10 tahun memang aku sudah menerima cangkok ginjal yang aku dapatkan dari Ibuku. Ibu telah menyumbangkan satu ginjalnya untukku. Padahal aku berfikir sebaiknya aku mati saja daripada harus melihat Ibu kesayanganku, bidadari hidupku harus hidup dengan satu ginjal. Ginjal ku yang sudah berfungsi dengan baik sekarang harus bekerja keras lagi mencerna obat - obat yang harus aku konsumsi seiring dengan tumbuhnya tomor menyebalkan dalam otakku. Dan entah apalagi penyakitku yang belum aku tahu karena sejak kecil yang aku tahu aku tidak pernah sekolah, bermain dan bergaul seperti anak - anak kebanyakan. Tempat yang aku kenal hanya Rumah dan Rumah Sakit, rumah nenekku juga kalau lebaran.

"Jane.." Aku merasakan tangan besar dan sedikit kasar membelai kepalaku. Tapi aku enggan membuka mataku. Aku tidak mau pastinya saat istirahatnya terganggu karena menemaniku. Dia kakak ketigaku Jodi. Masih kucium bau keringatnya, dia baru pulang dari pertandingan basket antar klub. Begitu kata Jodi semalam dengan cara yang sama sambil membelai kepala plontosku.

"Jane.. Kak Jodi juara loh. Hehehe. Kapan kamu nonton kakak tanding? Tapi harus sama bang Jefri, biar kalau ada yang gangguin kamu dia hajar. Hehehe. Kita sayang kamu Jane." Jodi keluar setelah mengecup kepalaku.

Aku tenggelamkan kepalaku dalam sebuah guling yang sedari tadi aku peluk. Air mataku mengucur, aku terlalu bahagia, aku tidak mau mereka kecewa. Aku ingin mati saja supaya mereka tidak susah payah seperti ini.

Aku mendengar suara berisik dari lantai bawah. Membangunkanku dari tidurku yang sepertinya baru saja kurasa mataku terlelap.

"Onti Jeeeeenn.."

Dua buah kaki mungil berlari setelah aku rasa pintu kamarku terbuka. Aku membalik badanku. Dan sesosok tampan anak kecil yang baru berumur tiga tahun memanjat naik ke tempat tidurku. Dia adalah malaikat kecil keluarga kami. Anak pertama James. Cucu pertama Ayah dan Ibu. Keponakan pertama Jefri, Jodi dan Jane.

"Onti banuuun." Katanya merengek.

"Iyaa ini bangun tuh gak merem kan sayang siniii tium." Kataky

TUAN YANG TAK TERLUPAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang