***
Hari ketiga kehidupan keduanya sebagai sepasang suami istri.
Pagi ini Irene bangun lebih pagi dari kemarin, tentu saja dengan alasan ingin menyiapkan segala keperluan sang suami di hari pertama bekerja.
Dirinya terbangun tepat pukul 5 pagi.
Sungguh, masih sangat awal untuk beberapa orang memulai harinya. Namun tidak bagi Irene, dimanapun dia berada, seterlambat apapun, pasti masih dianggap terlalu awal bagi orang lain. Pengecualian untuk kemarin, dirinya benar-benar merasa khilaf karena bangun sangat siang.
Kegiatan yang pertama dilakukannya adalah mandi, tentu saja. Setelah itu ia berjalan keluar kamarnya menuju dapur. Memang ia tak berniat membangunkan Sehun terlebih dulu, mengingat semalam mereka baru menginjakkan kaki di apartemen pukul 11 malam. Pasti Sehun kelelahan karena harus membuntutinya menuju kemanapun yang dia inginkan.
Dengan lihai wanita anggun ini memainkan pisaunya. Urusan dapur memang Irene tak hebat, tapi bermain dengan pisau adalah kegemarannya. Seru, menurutnya. Namun, mengerikan bagi kita.
Berbekal resep dari i-pad, Irene akan memasak omelet untuk menu pagi ini. Ya, memang payah kedengarannya. Tapi peluh didahinya bercucuran tak karuan, membuatnya menyalakan AC dengan temperatur tinggi.
Sungguh, berlebihan.
Semua bumbu sudah diracik dengan rapih, wanita ini tersenyum puas.
Sembari menunggu kompor panas, tangannya dengan cepat membersihkan meja dapur yang -errr cukup berantakan karena ulahnya. Beberapa sekon berganti, kedua omelet yang telah siap makan segera ia letakkan di piring.
"Tidak buruk. Kerja bagus Irene."
Setelah bergelut dengan urusan dapur, Irene langsung menuju ruang tengah.Merapikan apa yang terlihat tak nyaman dimatanya. Masuk keruang kerja Sehun dan tersenyum mendapati pria itu memajang foto pernikahan keduanya dengan ukuran besar.
10 menit berlalu setelah Irene membersihkan seisi apartemennya bersama Sehun. Dirinya berniat membangunkan sang suami, namun terkejut karena pria itu justru sudah siap didalam kamar dengan memasang dasinya.
"Hei." Ujarnya singkat sambil melirik Irene dari arah kaca.
"Hei, selamat pagi."
Sehun hanya bergumam menanggapi.
Sungguh, dirinya masih enggan meninggalkan Irene untuk bekerja. Entahlah, kakinya serasa sangat malas untuk digerakkan kemanapun.
"Aku akan membangunkanmu. Tapi, justru terkejut karena dengan tampannya suamiku ini sudah sibuk dengan dasinya." Irene berjalan mendekat dan tersenyum mendapati Sehun mengenakan baju yang telah ia siapkan dari semalam. Ya, sebelum tidur ia menyempatkan untuk memilihkan baju yang akan dipakai Sehun untuk hari pertamanya bekerja.
"Gombal kau." Sehun terkekeh mendengar ucapan Irene yang menggelitik perutnya. Banyak kupu-kupu yang sudah berkumpul dan menunggu untuk terbang.
Irene tertawa pelan. Kaki mungilnya berjalan ke arah kasur king size milik mereka berdua. Merapikan sprei, bantal, guling dan segala tetek bengeknya dengan sangat telaten.
Sehun mengangkat kedua ujung bibirnya, sehingga membentuk suatu lengkungan yang ampuh membuat kaum hawa kehabisan napas.
"Ayo segera turun dan makan menu sarapan ketigaku untukmu." Ujar Irene sambil tangannya sibuk menyibakkan korden, menyebabkan secercah cahaya menembus kaca kamar mereka.
"Baiklah Nyonya Oh." Sehun mengambil jas yang masih tergantung di knop pintu dan menyampirkan dilengannya. Mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamar beraroma bunga lily, kesukaan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUV
FanfictionOh Sehun- " Bukan kecantikan atau hartamu yang aku cari, tapi ketulusan cinta itulah yang selama ini kuimpikan " Bae Irene- " Cinta tidak boleh hanya dalam gagasan dan kata, melainkan harus dalam wujud tindakan " Luv. " Jika kamu mencari cinta, maka...