bagian sepuluh. (2/2)

566 84 22
                                    

Recommended Song :

Tarin-Going Home (OST SCHOOL 2017)
BTS-The Truth Untold
Wannaone (OngDaehwi)-Sandglass

***

Malam itu, ketika aku dan Irene mendiskusikan bagaimana pesta Sehyun akan diadakan, kami hanya duduk di teras belakang, ditemani dua cangkir kopi hangat dengan asapnya yang masih mengepul. Sehyun sudah tidur beberapa saat ketika aku menginjakkan kaki dirumah. Dia tidak akan tidur jika aku belum tiba dirumah, dan tanpa melepas jas kerja aku akan membacakannya dongeng sebelum tidur.

Irene duduk menyandarkan tubuhnya pada kursi santai yang memang sengaja kami letakkan di teras belakang, ketika pindah dulu. Aku memandang raut wajah tenang Irene yang tanpa satu haripun selalu aku kagumi kecantikannya. Rambut hitamnya yang terurai, hidung mancungnya yang begitu menarik, bibirnya yang akan selalu merah walaupun tanpa polesan lipstick sekalipun, atau bahkan jari mungilnya yang sangat pas dalam genggamanku. Tidak ada satu halpun yang luput dari ingatanku mengenai dirinya.

Banyak orang bilang, "Tidak ada yang lebih aneh, selain orang dimabuk cinta.". Rupanya, aku termasuk salah satu dari orang itu. Aku akan secara otomatis berubah menjadi sosok lelaki paling aneh ketika tengah berbicara mengenai Irene.

Tanganku menggenggam jemari lentik Irene, membuatnya menoleh dan menebarkan senyum manisnya, senyum cantiknya, senyum menariknya, yang akan selalu diperlihatkannya hanya padaku. Irene tipe perempuan cuek dan dingin, dia akan diam ketika merasa orang-orang disekitarnya tidak ada yang membahas sesuatu interesting baginya, dia akan diam ketika orang-orang sibuk dengan hal yang sedang heboh saat ini, dan ketika bersamaku dia akan berubah menjadi sosok berbeda dari kesehariannya bersama orang-orang sosial.

Irene itu berbeda.

Dan aku bersyukur atas hal itu.

Irene itu berbeda.

Dan terkadang aku menyesali, kenapa dia berbeda?

Jika dia tidak berbeda, mungkin hari ini, malam ini, kami akan bersenang-senang bersama Sehyun diteras belakang rumah.

Ketika malam itu, tangan kami saling bertautan, bibir kami bersentuhan, disela-sela senyuman yang kami berikan. Tanpa kita tau, bahwa hari esok, di malam yang berbeda, Irene sudah berada dalam alam bawah sadarnya yang lain.

"Aku tidak pernah tau, jika kehilanganmu, tidak pernah aku ekspektasikan selama ini."

***

Pagi hari, dihari ulang tahun Sehyun.

Irene menuruni anak tangga rumahnya dengan membawa ponsel, headset, serta kacamata minusnya. Kemeja putih yang dimasukkan pada celana jeans hitamnya, tak lupa flatshoes hitam menempel manis pada tubuh dan kakinya. Pagi ini, dihari ulang tahun putrinya, Irene harus berada di rumah sakit, untuk berjaga di UGD, karena ada beberapa operasi yang harus dilakukannya hari ini. Tak jauh berbeda dari Irene, Sehun sejak pukul 4 pagi juga melakukan aktivitas lain di Busan, tanpa berpamitan pada Sehyun dia hanya mengecup kening sang putri. Sedangkan Irene yang masih kelelahan, hanya bisa mengantar Sehun sampai depan pintu rumah dan kembali kekamar untuk melanjutkan tidurnya.

"Nyonya sudah mau berangkat?" Tanya sang asisten rumah tangga keluarga Sehun dan Irene. Bibi Han.

"Eh Bibi Han, iya ini aku harus cepat sampai di rumah sakit. Ada beberapa operasi yang harus aku lakukan. Well, sepertinya sampai dirumah aku usahakan tidak lebih dari jam 3. Tolong bantu untuk menyiapkan pesta Sehyun, seperti yang sudah kita diskusikan kemarin. Perintilan yang masih belum dibeli, bisa di send ke Sehun saja, biar dia yang meminta asistennya untuk beli." Jawab Irene panjang, sambil membenarkan letak pakaiannya. Bibi Han hanya mangut-mangut mendengar perintah Irene yang tanpa rem diucapkannya.

LUVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang