Semenjak pertemuan singkat itu, Nayna sering merenung,ia sedikit menarik diri dari kawan-kawan sebegajulannya.
Nayna tersenyum-senyum sendiri, kadang teman-temannya tidak mengerti dan kebingungan menyaksikan keanehan pada Nayna.
"Eh..kenapa tuh si Nana. Aneh banget tau gak semenjak habis ikut pengajian."
"Iya mungkin ceramahnya nancep banget tuh dihati. Hahaha..."
Sekelebat tawa gadis-gadis begajulan itu meledak-ledak. Tapi Nayna yang hatinya mulai kasmaran mengacuhkan candaan temannya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, Nayna masih saja memikirkan lelaki yang entah siapa namanya iapun tak tau. Dia masih sering keluar dengan teman-teman sebegajulannya tapi kadang ditengah suasana candaan temannya, dia justru termenung memikirkan gus ganteng yang ia temui minggu-minggu lalu.###
"Assalamualaikum,Aisyah."
Panggilan halus menyeruak ditelinga seorang gadis, dengan senyum lembut lantas ia segera menoleh untuk mengetahui dari mana asal panggilan sejuk itu.
"Waalaikumsalam, Fad..Fadli. Benarkah ini kamu?"
"Iya Aisyah", tersenyum.
"Ka..kamu ada di Jogja? dari kapan?"*Suasana percakapan tak terlukiskan_
###
Di pagi hari dimeja makan.
"Na,Nanti tolong ya ibu nitip dibelikan buku bacaan dan doa-doa terbaru ya,di toko buku?!", dengan menyuapkan sesendok nasi kemulutnya. Wajah Nayna terlihat enggan menjawab perkataan ibunya. "Nayna, kamu dengar gak ibu bicara, nanti uangnya ibu kasih deh. Soalnya itu permintaan ayah."
"Iya bu,Nay denger kok. Lagian kenapa sih ayah enggak beli aja sendiri." Sungutnya.
"Kamu kan tahu kalau ayahmu sibuk sekali, ini saja jam delapan pagi, dia harus sudah berangkat.
Mana sempat dia mampir ke toko buku." Bukannya Nayna ingin jadi anak durhaka, tapi dirinya enggan untuk masuk ke toko buku, terlebih lagi ia harus beli buku soal agama. Ah, pastilah semakin enggan saja gadis ayu itu. Dia dan teman-teman sebegajulannya mana pernah pergi ke perpustakaan kampus, terlebih lagi ke toko buku, kalau tidak kebutuhan mendesak tidaklah mungkin mereka pergi.
Geng Nayna lebih suka pergi dan nongkrong ditempat-tempat remaja kekinian, kafe-kafe mahal dan elit serta menghabiskan waktu disana dengan obrolan yang tiada berguna. Entahlah dari obrolan tentang cowok-cowok tampan atau bahkan tentang musik-musik begajulan yang lagi 'nge-hits'.
Pembahasan tentang pelajaran pun mana pernah, nyaris tak pernah.
***"Baik sekian materi kali ini, saya akhiri.Selamat siang", melangkah meninggalkan ruang kelas biologi murni.
Dan seketika itu pun, BYURRR...Mahasiswa-mahasiswi berhamburan meninggalkan ruangan mereka.Disambut dengan gelak tawa dari geng sebegajulan. Kebiasaan Nayna dan gengnya setelah dosen menghilang dibalik pintu, ya begitulah. Selalu ada obrolan ringan yang bisa membuat mereka tertawa meledak-ledak. Tak luput pula gadis ayu itu, "Guys temenin gue yuk!"
"Kemana ,Na?"
"Ke toko buku, cuma bentar aja kok. Disuruh ortu buat beliin buku agama."
"Lo sama gue aja deh,Na. Kebetulan gue juga bosen nih langsung pulang kerumah. Kan mending jalan-jalan sama lo ke toko buku."
"Iya tu ,Na sama Indah aja. Dia mau tuh!"
***"Pak berhenti!", ucap Nayna saat taksi yang dinaikinya bersama Indah telah sampai di depan toko buku langganan ibunya.
Setelah memberi sopir uang tiga puluh ribu, dua gadis kuliahan itu segera turun dan memasuki toko , toko yang nyaris tidak pernah mereka kunjungi kecuali saat 'kepepet' seperti saat ini. Mereka berdua lebih sering jalan-jalan ke mall dan masuk ke toko-toko pakaian, persis kesukaan orang-orang modern dan kekinian yang doyan belanja.
"Na elu tumben amat mau ke toko buku?"
"Ah elu ,Ndah.kalo 'ndak' nyokap gue yang nyuruh boro-borolah gue mau ke toko buku. Ogahlah mending bobo dah dirumah!"
"Ya udah kita mencar aja. Mumpung elu ngajak gue kesini, sekalian gue mau nyari-nyari novel."
Oke deh, setengah jam lagi kita ketemu disini ya!"Nayna dan Indah berpisah, mereka berpencar mencari tujuan masing-masing. Satunya menuju rak novel-novel dan si "paras ayu" berjalan menuju rak buku-buku agama. Sangat kontras sekali dengan pakaiannya, jauh dari kata agamis. Memakai pakaian model 'dress' selutut dan rambut dikuncir ekor kuda dengan aksen kaca mata minus menambah 'kesempurnaan' Nayna, dan kini gadis itu tengah asik melangkah menuju rak kumpulan buku agama.
"Wuihh ini nih buku-buku pesenan nyokap. Good job,udah dapet sekarang gue bisa balik ke Indah!"
Nayna ingin segera menjauh dari rak buku itu, bau khas buku baru seolah ibarat 'porstex' lantai dihidungnya. Sangat menyengat dan membuatnya 'muak', namun tiba-tiba matanya secepat kilat menangkap sesuatu yang menarik untuk diamati lebih jauh.
"Tuntunan Menjadi Calon Suami dan Istri Idaman menurut Islam" Gumamnya lirih membaca cover buku.
Nayna tertarik dengan buku yang dilihatnya sekilas, tangannya hendak mengambil buku itu. Bimbang antara ingin dilihatnya atau malah dibelinya, ia sangat tertarik dengan judul buku tersebut. Saat tangannya sampai didepan buku itu, tiba-tiba tangan lain muncul dan hendak menggapai buku yang sama, Nayna kaget. "Eh...", pekiknya.
"Astaghfiruwllah, maaf ukhti saya tidak tau jika ukhti mau mengambil buku ini juga."
"Kamu?"
"Eh,Ukhti. Kita ketemu lagi."
Nayna kaget bukan kepalang, matanya mendelong ia tak percaya bertemu dengan lelaki yang belakangan ini membuat hatinya penasaran setengah berbunga-bunga. Nayna heran tapi tak bisa dipungkiri betapa senang hatinya, pemuda ganteng tapi 'katrok' itu sekarang tengah berdiri persis disampingnya, berjajar dan nyaris saja tangan mereka bersentuhan.~Oh apakah ini pertanda jodoh, ketika saat tiada janji tiada tau-menau sepasang manusia tiada kenal siapa sebelumnya tiba-tiba dipertemukan secara tidak sengaja, nyaris bersamaan mengambil buku tuntunan berumah tangga menurut islam.
Oh... Apakah ini suatu isyarat dari tuhan untuk mereka!"Kok ngelamun wae, non?"
"Eh..eh, jangan panggil non atau siapa itu, Uti?"
"Ukhti."
"Aku Nayna,kamu boleh panggil Nana."
"Iya, Na. Apa kamu tertarik juga dengan buku ini?"
"Em..enggak kok, aku cuma mau liat-liat aja tadi." Gadis itu berbohong, jelas-jelas tadi ia ingin membeli buku itu.
"Sangat kebetulan sekali kita bertemu tanpa sengaja." Pemuda itu tersenyum.
"Baiklah kalau kamu mau mengambil buku itu ambil saja. Aku akan pergi."
Lelaki itu mengambil dan memegang erat buku 'sengketa' itu, memandangi cover-nya. Menghela nafas seperti berfikir sejenak, lalu...
"Simpan saja ini untuk,ukhti. Biar saya yang membeli buku ini, tapi buku ini saya berikan pada kamu,Na. Saya harap suatu saat kita bertemu lagi dan buku ini bisa bermanfaat untuk kehidupan kamu kelak." Pemuda itu menyodorkan buku untuk Nayna.
"Tidak usah..eh!"
"Anggap saja ini tanda persahabatan kita, saya permisi dulu, Assalamualaikum." Berlalu meninggalkan Nayna.
"Waalaikumsalam." Nayna masih terdiam mematung, karena tidak percaya dengan hal yang baru saja dialaminya. Ia pandang sejenak buku yang diberikan pemuda ganteng tapi 'katrok' barusan.
"Ah bodoh sekali, kenapa gue nggak tanya namanya. Uh, bodoh sekali!" Gumamnya dalam hati ,menyesali kebodohannya.
"Nana, udah dapet belum bukunya. Yuk balik!"
Indah menyapa dari depan yang membuyarkan lamunan gadis ayu itu.
"Iya, Ndah.ayo!"Bersambung...
Hallo,pembaca yang budiman.
Saya mau tau nih, ada nggak ya kalian yang baca ceritaku ini yang berasal dari Jogja?Kalau ada bisa lah , Chat-pribadi dengan saya :D
Soalnya mau nanya seputar Jogja-Sleman-Merapi lengkap. Buat lancarnya jalan cerita ini.
Terimakasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 Puisi Cinta
RomanceWaktu tak mungkin datang terlambat,meski setengah detik Jodoh tak mungkin tertukar dan keliru,meski mirip semirip pinang berbelah dua.. Dan aku percaya... Cinta tak akan pernah salah menemukan hati siapa yang akan dilabuhinya... Meski banyak hati be...