Suara kokok ayam nyaring terdengar di luar kamar, dingin udara Jogja pagi hari membuat siapa saja merapatkan selimutnya.
Adzan subuh dari surau-surau sebelah terdengar bersaut-sautan, Fadli terbangun dari tidur nyamannya.
Diraihnya ponsel dari atas meja disamping ranjang tidurnya, setelah pulang dari rumah Nayna badannya terasa sangat letih hingga tak sempat membuka ponselnya, selepas menunaikan sholat Isya' dan mengaji sebentar Fadli langsung pergi merengkuh selimutnya, tidur."Sms dari Aisyah?", pesan itu dikirim pukul 15.35 Wib. Kemarin sore, berarti saat dia tengah dirumah Nayna kemarin.
Fiuuhcc...
Fadli menghempaskan nafas berat. Dibalasnya pesan Aisyah, potongan puisi Jalaluddin Rumi disisipkannya,
Cinta adalah lautan tak bertepi,
Langit hanyalah serpihan buih belakaKetahuilah langit berputar karena gelombang cinta:
Andai tak ada cinta, dunia akan membeku
Dan untukku...
Andai tak ada cintamu, duniaku-pun akan ikut membeku, dingin :-)
(Manis sekali)
Kurang dari dua bulan dia dan Aisyah akan menikah, bayang-bayang keragu-raguan semakin kuat.
Mamang dipikirannya, namun ditepisnya segera sebelum menguasai pikiran.
Justru kali ini hatinya terusik oleh sesuatu, ia mengingat-ingat..Degg ...
Nayna, ya...gadis itulah yang mengganjal pikirannya dan mengusik hatinya. Buru-buru dia bangkit dari ranjangnya, ingin mengambil wudhu dan mendirikan sholat subuh segera.
Sebelum Nayna semakin jauh mengganggu akal dan hatinya.Waktu subuh memang paling pas digunakan untuk bermunajat pada sang Khaliq. Mungkin itu juga yang ada dalam pikiran Fadli.
Subuh waktu pergantian dan batas ketika hitam menuju putih, gelap menuju terang dan ke 'absurd'an kembali ke alamnya masing-masing, saat inilah yang banyak digunakan orang untuk memulai rutinitas harian mereka.
Pagi ini udara Jogja terasa cukup dingin hingga tulang pemuda itu terasa 'tergigit'.
Fadli mempercepat langkahnya, takut jika iqamah berkumandang dan dia 'masbuk'.
*Cinta adalah lautan tak bertepi, langit hanyalah serpihan buih belaka. Ketahuilah langit berputar karena gelombang cinta: andai tak ada cinta, dunia akan membeku.
Ah. Bukankah hatinya kini memang sudah membeku, dingin. Meskipun sebentar lagi dirinya akan menikah!
**
"Gimana Na, apa kamu sudah memantapkan diri untuk mengenakan hijab?"
"Entahlah Fadli, sudah jangan bahas itu dulu. Ayo kita menggelar tikar disini saja. Aku akan segera membaca lagi."
Sore itu Fadli dan Nayna pergi ke taman dekat rumah Nayna, sesuai permintaan gadis itu kemarin. Ia ingin mencari suasana baru untuk belajar mengaji...
S
k
I
PA
G
A
I
N"Shodaqoullahhulladzim..."
"Bagus Nana, bacaan kamu sudah lebih baik. Kamu tinggal melatih kefasihannya."
Fadli memberi koreksi pada hasil membaca Nayna yang mengalami kemajuan, Nayna hanya tersenyum-senyum malu.
Sore di taman turun berangsur-angsur. Sinar matahari semakin jingga, berarti senja mulai menyapa hari.
Nayna tak lagi menghitung berapa kali mereka bertemu, tapi yang jelas mereka akhir-akhir ini bertemu berkali-kali, banyak sekali hingga Nayna sudah tak ingat berapa kali
Tiba..tiba..
"Fadli, sebagai seorang gus lulusan Kairo, pernahkah kamu merasakan jatuh cinta?" , gadis itu bertanya dengan pandangan menatap jauh ke depan, menyorot sinar senja yang mulai turun.
Sebenarnya Nayna kaget, kenapa bibir 'sensual'nya bisa mengeluarkan pertanyaan semacam itu pada guru ngajinya.Mungkin keakraban akhir-akhir ini yang terjalin membuat Nayna secara tak sengaja mengeluarkan kata-kata itu.
Mungkin juga itu adalah efek uneh-uneg dalam hatinya selama ini yang belum sempat dia utarakan pada Fadli si gus ganteng tapi katrok.
"Pernah sekali. Lalu jatuh cinta itu hanya ilusi nafsu menurutku."
Fadli bersuara serak, dia tau kenapa mulutnya menjawab demikian, karena hatinya memang pernah jatuh cinta atau malah tengah jatuh cinta pada seorang wanita yang dia sendiri juga tidak mampu menyebut nama wanita itu meski dalam diam.
Jatuh cinta pertama, deg-deg'an aneh pertama yang dirasakan Fadli namun harus terkubur karena komitmen atau mungkin malah hutang budi dan bakti.
"Pada siapa Fadli, perempuan seperti apa yang mampu mengusik jiwamu itu? Cantikkah dia, cerdaskah dia atau solehah-kah dia?"
Nayna nanar, merasa matanya mengembang dan agaknya akan turun 'hujan' disana. Basah oleh kecemburuan hati yang entah kenapa bisa demikian dirinya.
Kamu Nay!
Fadli ingin sekali menjawab seperti itu, sekali lagi hatinya menolak, dia ingat siapa dirinya.
Sebentar lagi dia akan berumah tangga mana mungkin dia menghianati belahan jiwanya. Aisyah.
"Dia biasa saja Nay, ilmunya belum banyak yang diketahui. Tidak juga dia seorang 'akhwat' ,hanya saja aku yakin dia perempuan yang baik dimata Tuhan."
Sore semakin dekat menyapa menuju senja, matahari siap turun keperaduannya. Diantara sepasang manusia di taman itu hanya ada kesunyian yang tiba-tiba hadir diantara mereka tak ada satupun dari mereka yang mau bicara kembali, hanya angin sore yang semilir membelai, mengibarkan selendang Nayna hingga tersibak rambut hitamnya.
Suara nafas Fadli terdengar berat, kupu-kupu bergerombol terbang untuk pulang mengadu ke rumahnya.
Sunyi...benar-benar sunyi.
Hingga 'hujan' yang berada dipelupuk mata tak bisa lagi dibendung.Menangis...Nayna sesenggukan, matanya basah karena air mata. Fadli bisu, ia tau apa yang terjadi.
To be continue...
Kuy..vote n comment!
Karena suara anda, penentu semangat saya.Peluk cium author
Nurma-Maknur!
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 Puisi Cinta
RomanceWaktu tak mungkin datang terlambat,meski setengah detik Jodoh tak mungkin tertukar dan keliru,meski mirip semirip pinang berbelah dua.. Dan aku percaya... Cinta tak akan pernah salah menemukan hati siapa yang akan dilabuhinya... Meski banyak hati be...