Guru Ngaji dan 'Opini' Aisyahna

378 2 0
                                    

©©

     Sore itu hujan turun rintik-rintik, menambah suasana Jogja yang semakin 'romantis'. Nayna yang baru saja keluar dari kelasnya tertegun sejenak, memandang gerimis hujan yang menetes ke bawah membasahi tanah.

"Nay?!" Sapaan halus membuyarkan pandangannya.

"Maria, kamu nggak bareng anak-anak pulang? Kok masih disini!"

"Kenapa sih ,Nay akhir-akhir ini gue perhatiin loe jadi lebih pendiem, manggilnya juga jadi 'kamu-aku' bukan 'loe-gue'. Ada apa sih, cerita ke gue donk!"

Nayna sedikit ragu untuk menceritakan isi hatinya yang dipenuhi keragu-raguan. Namun tatapan mata sahabatnya itu meyakinkannya untuk bercerita terus terang,

"Emm.. Gue ingin berjilbab, Maria!"

Maria tersenyum simpul, dipegangnya kedua tangan milik sahabatnya itu, niatnya ingin meyakinkan.

"Nana itu bagus jika diantara kita kamulah yang mendapat hidayah itu terlebih dulu. Kamu harus memantapkan diri, jangan sampai itu hanya menjadi sebuah keinginan yang hanya terkubur didalam hati elo."

"Jadi kamu dukung aku?". Sambil memeluk Maria erat-erat.
Hatinya semakin yakin untuk melangkah semakin jauh.

Dalam perjalanan pulang Nayna tersenyum-senyum bahagia, dengan mengendarai 'scooter' matic-nya gadis ayu itu melaju dengan kecepatan konstan 40 km/jam.
Menerobos jalanan kota Jogja yang ramai padat namun sangat kental dengan budaya Jawa klasik itu, membuat siapa saja betah menyapukan matanya kekiri dan kekanan.

     Diliriknya arloji dipergelangan tangan, waktu menunjukkan pukul setengah tiga sore. "Eh, gue kan ada janji mulai les ngaji hari ini sama nentuin jadwal rutinnya."

Buru-buru di-gas 'scooter' matic klasik miliknya.
Kecepatan menunjukkan 60 km/jam, hatinya sudah tak sabar ingin segera sampai dirumah.

Sisa gerimis hujan menambah bersih udara Jogja sore itu.

"Assalamualaikum, ibuk..."

Begitu selesai ia memakirkan motornya, Nayna langsung masuk ke dalam rumahnya.

Namun betapa kaget, malu dan senangnya ia ketika mendapati Fadli duduk diruang tamu rumahnya bersama kedua orangtua-nya. Kaget karena tiba-tiba saja lelaki pangeran hatinya berada dirumahnya, malu karena saat 'uluk' salam tadi ia setengah berteriak seperti kebiasaannya setiap hari.
Tapi dia senang karena dapat memandang wajah pemuda ganteng tapi 'katrok' itu.

"Wa'allaikumsalam!" Serentak penghuni rumah menjawab salam dari Nayna.

"Ayo duduk Na, lihat siapa yang datang kemari? Gus Fadli Al Humam putra ustad Ma'dum. Itu yang dulu ibu ceritain ke kamu!"

"Nay, kamu udah pulang. Di luar hujan sudah reda ya! Sudah kamu ganti sana dulu. Ini gus Fadli, guru ngajimu yang ayah bilang kemarin."

Fadli hanya tersenyum memandang Nayna yang tertegun diambang pintu.
Pemuda ini sebenarnya juga merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan Nayna, kaget, heran tetapi sangat bahagia seolah-olah hatinya bertemu dengan orang yang selama ini dirindukannya. Entahlah...

Tak berapa lama Nay keluar dari kamar, berganti pakaian gamis casual dengan selendang penutup dikepalanya.
Lalu menuju ruang tamu untuk menghampiri guru ngaji barunya.

"Baik gus, kami tinggal dulu ya. Silahkan gus mulai mengajari Nayna!"
Pak Bahrim pamit lalu melangkah ke ruang belakang disusul istrinya.

Nayna masih berdiri termenung, dia tidak menyangka jika dapat bertemu lagi dengan Fadli apalagi dirumahnya sendiri dan menjadi guru ngajinya.

1000 Puisi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang