Kita ini apa? — Terkadang kita seperti sepasang kekasih, terkadang kita seperti bukan siapa-siapa
24 jam selalu ada dengan kabarmu — dengan panggilan-panggilan aneh yang sengaja kita buat.
Bahagia? Jelas, sangat. Aku bahagia, menikmati hari-hari bersamamu — seseorang yang kutahu tak akan jadi milikku.
"Kita bukannya sepakat buat jd temen rasa pacar?" — ucapmu malam itu seakan menohok batin. Apakah tak bisa diriku berharap lebih?
"Kamu jadian dengan orang lain, it's fine, aku tetap pada komitmen, kita teman rasa pacar" — dan itu membuatku semakin jatuh kedalam jurang, jurang yang lebih dalam, gelap.
Apakah kamu sama sekali tidak memiliki perasaan? Apakah tak ada perasaan yang tumbuh secuilpun? Apakah perhatian-perhatian darimu padaku atau pun sebaliknya tak bisa membuatmu menumpuhkan perasaan?
Atau apakah aku hanya teman disepi mu? Teman di kesendirianmu? — bagaimana bisa aku jatuh cinta kepada orang lain jika yang kucinta adalah kamu?
Bagaimana bisa aku memberikan hati kepada orang lain jikalau kamulah orang yang ingin aku berikan hatiku untuk sepenuhnya?
Bodohkah? Apakah aku terlihat bodoh dengan mengharapkanmu?
Bagaimana nanti jika aku mengetahui dirimu bersama orang lain? — apakah aku bisa tenang melihat orang yang kucinta mencintai orang lain?Persetan dengan perasaan — maafkan aku yang berharap.
—Kintaa 11:11 PM
YOU ARE READING
UNGKAPAN #180496
RandomUNGKAPAN hitam putih hati seorang pecandu sastra,bisa bersumber darimanapun,dari orang lain ataupun dari diri sendiri.