Justin's POV
"Aku tahu, takkan ada orang tua yang akan melepas kesempatan ini." aku berbisik pada Jesslyn yang sedang menuntun Danny,
Dia menyikutku, "Tapi aku tak mau meninggalkan keluargaku."
"Mereka akan baik-baik saja. Aku yakin itu."
Ia tersenyum sambil mendahuluiku. Kami sudah berada di pelabuhan, menuju sebuah kapal pribadi milik Presiden Zarloch, di sisinya tertulis SS Zarloch ST-375, berwarna hitam seperti kapal tempur, dan luasnya mungkin lebih dari lapangan baseball. Ternyata, orang yang memiliki IQ lebih dari 150 sangat banyak, lebih banyak dari yang kukira. Kebanyakan dari mereka adalah remaja yang mungkin lebih muda dari kami, tapi ada juga beberapa yang lebih tua.
"Baiklah, sebelum kalian masuk ke kapal ini, biarkan aku memberi sedikit peraturan. Satu, demi keselamatan kalian, dilarang membawa handphone maupun gadget lainnya, termasuk jam tangan. Dua, dilarang membawa alat mekanik, termasuk gunting dan hal kecil lainnya. Tiga, dilarang berkeliaran pada Silent Time. Untuk sekedar informasi, Silent Time ditentukan agar kita bisa tetap menjaga keseimbangan kapal. Kalian harus diam, tak melakukan apa-apa dan kalian diharuskan berada di ruangan masing-masing. Kami akan membunyikan bel sebanyak tiga kali untuk peringatan. Apa ini sudah jelas?"
"Yaaaaaa!!!" seluruh anak-anak dan para remaja menanggapi pidato Presiden Zarloch itu,
Aku menatap Jesslyn yang sedang tersenyum, namun beberapa menit kemudian senyumnya luntur ketika ia menatap Danny. Aku tahu jelas kenapa ia menatap Danny seperti itu. Alat pendengarnya. Itu bisa dikategorikan sebagai gadget. Pintu kapal mulai terbuka lebar, ada sebuah Walkthough Metal Detector yang tersedia di sana. Kami berbaris dan menunggu giliran untuk melewati Pintu Detektor itu. Ketika menunggu, aku tak sengaja menguping dua orang di depanku yang sedang berbisik.
"Syla, Pintu Detektor itu tidak hanya mendeteksi metal! Aku yakin ponsel kita akan terlacak!"
"Jadi? Apa kau punya rencana?"
"Kau punya permen karet?"
"Sacha! Pikirkan rencana dulu!"
"Aku akan menggunakan permen karet untuk pelekat kabel, bodoh! Aku akan memanipulasi fungsi pintunya. Ayo, kita masuk paling terakhir saja!"
Akhirnya, laki-laki itu menarik gadis—yang mungkin bernama Syla—itu keluar dari barisan. Sudah hampir semua orang yang berada di barisan ini memasuki Pintu Detektor itu, tak jarang juga pintu itu berbunyi karena mereka mencoba membawa masuk barang-barang yang tidak diperbolehkan untuk dibawa. Aku berbalik untuk melihat siapa saja yang tersisa, ternyata hanya aku, Jesslyn, dan Danny. Sedangkan yang lainnya masih banyak mengantri di Pintu Detektor kedua dan ketiga.
"Kau duluan, Jess." aku berjalan kebelakangnya,
"Tidak, mungkin Danny." ia menarik Danny perlahan hingga berada di depannya,
"Apa kau membawa ponsel?"
"Aku ingin membawanya untuk mengabari keluarga baruku."
Aku menghela nafasku, "Ya, aku juga."
Jesslyn menatap penjaga yang menyuruh Danny melepas alatnya, "Dia tuna runggu, kuharap kau memakluminya."
Penjaga itu menatap Jesslyn, "Baiklah, selama itu bukan gadget penting."
Danny sudah melewati Pintu Detektor, penjaga itu memegang pundaknya dan memasangkan sebuah ID Card di dada bagian kanannya. Begitupun Jesslyn setelah ia melewati pintu itu. Setelah aku mendapatkan milikku, dua remaja yang tadi keluar dari barisan, Syla dan Sacha, datang kembali untuk melewati Pintu Detektor, tak ada bunyi peringatan yang menandakan mereka membawa gadget. Apa mungkin mereka berhasil?
Kami berjalan masuk lebih dalam ke kapal milik Zarloch, "Aku berada di lorong B-17. Danny berada di lorong D-14. Kau?"
Aku melihat ID-ku, "E-20. Tunggu, itu berarti kita terpisah?"
Danny menatapku kaget, ia menggelengkan kepalanya,
Jesslyn mengelus rambutnya, "Danny, dengar, kau pasti akan memiliki banyak teman disana. Aku sudah sediakan papan tulis kecil, spidol, dan penghapus di tas milikmu. Kita juga pasti akan sering bertemu diluar Silent Time."
"Kita takkan meninggalkanmu." kutambah,
Tiga orang dengan jas hitam mendatangi kami, mereka masing-masing memegang satu per satu lengan kami dan kami dipisahkan. Aku mengikuti seseorang yang menarikku, ia melihat ID Card-ku kemudian menuntunku pergi ke sebuah lorong dengan ruangan-ruangan kecil transparan yang tertata rapi, berhadapan dan bersebelahan. Aku melihat nomor-nomor yang tertera. Kami berhenti di nomor 20. Aku yakin ini ruanganku.
"Kuharap kau nyaman dalam ruang ini." katanya,
"Terima kasih." kataku,
Aku yakin Jesslyn dan Danny sudah berada di tempat mereka sendiri. Ruangan-ruangan di lorong tempatku sudah banyak terisi. Aku yakin E adalah nama lorong dan 20 adalah nomor ruanganku. Mereka yang sudah berada disini mulai saling berbicara. Aku melihat satu per satu orang-orang yang berada disini hingga pandanganku terhenti ketika melihat seseorang yang tak asing bagiku, Carmen.
"Kau di lorong ini juga?!" teriakku padanya,
"Ya! E-10!"
"Bagaimana bisa?"
"Entahlah! Dimana Jesslyn dan adiknya?"
"Mereka di lorong yang berbeda dari kita. Apa kau merasa ruangan yang kita dapat sempit?"
"Justin, ini hanya ruangan kita untuk di kapal. Aku yakin setelah kita menyentuh daratan, ruangan kita mirip seperti apartemen mewah." ia tertawa kecil,
"Mungkin."
Tembok ruangan kami terbuat dari kaca yang transparan. Jadi, kami bisa saling melihat satu sama lain. Hanya ada sebuah kasur dan bantal yang tersedia disini. Aku berdiri dan mencoba untuk membuka pintu, tapi aku tak berhasil, aku mencoba beberapa cara, tapi aku gagal. Apa mereka mengunci pintu kami? Aku memberi kode kepada Carmen untuk membuka pintunya, tapi ia juga tak bisa membukanya. Apa ini yang disebut Silent Time? Tapi, mereka sama sekali belum membunyikan bel sebanyak tiga kali untuk menandakan kami sedang memasuki waktu diam.
"Hey!" aku memanggil seorang penjaga,
"Ada apa?"
"Kenapa pintu tak bisa terbuka?"
"Maafkan aku, kau tidak diperbolehkan keluar."
"Kenapa?!"
"Kau bisa keluar dalam waktu tertentu, demi menjaga ..."
Aku memotong perkataannya, "Keseimbangan kapal, bukan begitu?"
Penjaga itu terlihat mendengus dan tersenyum padaku hingga akhirnya ia berjalan meninggalkan ruanganku. Keseimbangan kapal? Kenapa begitu banyak larangan demi menjaganya? Kapal ini tak sama seperti kapal-kapal biasanya. Apa mereka merencanaka sesuatu? Atau ini memang sebuah kebijakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Undercover Operation
FanfictionSeorang presiden baru mencoba untuk menjebak semua orang yang jenius, namun semuanya terungkap dan pada saat itu, misi di mulai. [Sequel kedua dari The Key]