Jesslyn's POV
"Jess, perkenalkan ini Sacha. Kakakku yang kuceritakan."
Aku mencoba untuk melihat Sacha yang tertutup oleh adiknya itu, "Danny."
Ya, adikku. Danny berada tepat di depan Sacha. Duduk sambil tersenyum melihat reaksiku. Ia menggambarkan gestur bahwa mereka sekarang sudah berteman. Aku menatap Sacha. Rambut hazelnya yang terangkat keatas, matanya. Hampir mengingatkanku dengan Justin.
"Hey Syla." ia menyapa adiknya,
Aku secepatnya duduk dan memelankan suaraku, "Bagaimana kau membobol pintu detektor?"
Ia tersenyum padaku, "Dengan permen karet."
"Jelaskan."
"Aku mencari kabel yang terhubung dengan sirine, penanda yang akan menandakan jika kita membawa masuk gadget, aku memutuskannya."
"Lalu?"
"Kedua kabel yang putus itu kuhubungkan lagi, tapi tidak sampai saling menyentuh, kurekatkan permen karet, hanya untuk berjaga-jaga jika ada orang yang mengeceknya."
"Tapi bukankah permen karet itu sudah terkena air, yang kau tahu, berasal dari mulutmu. Kenapa mesin itu tidak konslet?"
"Aku sudah membersihkannya."
Justin's POV
"Kau tahu kenapa aku di bawa ke ruang dokter?" aku bertanya kepada dua orang yang memegangiku,
"Kau mengalami asthma, kan?"
"Apa? Aku tidak... " sekejap aku berfikir, "Aku tidak tahu itu."
"Dokter yang mengatakan itu."
Aku tahu dokter hanya mengada-ngada agar bisa bertemu dan mengatakan suatu hal padaku. Aku suka idenya. Dua orang bertopeng itu menyeretku dan menyuruhku untuk menunduk sepanjang perjalanan. Entah kenapa. Akhirnya kami berhenti di depan sebuah pintu. Salah satu orang bertopeng disebelahku mengetuk pintunya.
Dokter membuka pintunya, "Justin, masuk. Kalian jaga di luar."
Dua orang itu melepaskan tanganku dan membiarkan aku masuk ke ruangan. Ruangan ini terlihat lebih dari sebatas ruang dokter. Banyak hal-hal yang tak kumengerti. Dokter berjalan dan mengambil sebuah kertas. Aku berjalan dan duduk di kursi milik dokter, menunggunya berbicara.
"Aku tak berbohong, Justin. Demi tuhan, kau harus mempercayaiku." ia memegang kedua bahuku dan menatapku,
"Apa?"
"Mereka akan menghancurkan California. Kau harus melakukan sesuatu."
"Aku tak bisa tanpa sebuah informasi yang cukup."
"Aku bisa mencari informasi sebanyak yang kau mau. Aku akan memberikanmu waktu dimana takkan ada sama sekali orang-orang Zarloch yang berpatroli, kau bisa gunakan waktu itu. Pegang jamku." Ia melepas jamnya dan memberinya padaku,
"Apa aku harus menyembunyikannya?"
"Ya." ia berjalan dan mengintip ke jendela kecil yang ada di pintu, "Sembunyikan di bajumu."
"Jadi, kau akan memberikan waktu-waktunya, kan?"
"Ya. Tepat jam 12 siang ketika mereka rapat, 3 sore ketika mereka istirahat, dan 9 malam. Ingat itu."
"Apa aku bisa kembali sekarang?"
"Tapi, kuharap kau mau melakukan sesuatu."
"Akan kucoba."
Setelah aku keluar dari ruangan itu, dua orang yang mengantarku kesini, datang dan memegang tanganku lagi, ia menyuruhku menunduk sepanjang perjalanan. Ketika berhenti, aku sudah berada di cafeteria, banyak orang yang sudah berlalu lalang di sini. Mereka melepaskanku dan membiarkanku bergabung dengan remaja-remaja jenius ini. Tanpa harus mencari, aku melihat Jesslyn, sedang berbicara dengan seorang laki-laki, apa ia mencoba membuatku cemburu?
"Jess!" aku menghampirinya,
Ia berdiri, "Hey Justin."
Aku menariknya dan menciumnya tepat di depan laki-laki itu, aku tahu tak seharusnya aku berbuat begini, tapi aku mencoba untuk memberi kode jika Jesslyn adalah milikku. Hanya aku, tak ada yang lain. Aku melepas ciumannya ketika tak sengaja melihat Danny yang sedang menutup mata. Jesslyn memberikanku tatapan aneh. Aku tahu ia sedang kebingungan.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya,
"Aku hanya merindukanmu."
"Tapi, tolong. Tidak di depan Danny."
"Aku minta maaf. Tapi kau pasti tahu maksudku." aku mendelik kearah laki-laki itu,
"Oh, namanya Sacha, dia yang merusak pintu detektornya."
Aku ingat dia. Laki-laki yang menarik seorang gadis keluar dari barisan. Apa mereka berhasil membawa masuk ponselnya? Tapi peluang mereka berhasil 100% itu mungkin terjadi, karena aku tahu pasti IQ mereka diatas 150. Jesslyn duduk dan menatap Sacha seperti kagum. Mereka saling bertatapan. Yang berada diposisi laki-laki itu seharusnya aku. Seharusnya Jesslyn lebih mengagumiku, yang berhasil menyelamatkannya dari The Meadows.
Aku pura-pura menggebrak meja karena batuk, "Kau sudah selesai, sayang?"
"Justin?" hanya itu yang Jesslyn ucapkan,
"Jess, tolonglah!"
"Justin, aku tak mengerti, kau aneh."
Aku menariknya jauh dari Sacha, Danny, dan satu gadis di samping Danny, "Dengar, Zarloch memiliki rencana buruk. Ia akan meledakkan California."
"Tidak mungkin!"
"Lupakan beasiswa dan apapun, kita harus keluar dan menyelamatkan orang-orang."
"Apa kau sedang sakit?" ia memegang dahiku,
"Jess! Tolong, aku serius. Aku mendengarnya dari seorang Dokter."
"Kau berbohong."
"Kau ingin bukti?!"
"Tentu saja."
Aku melihat ID Card-nya, "Jika besok kau dipanggil oleh dokter, bilang aku menyuruhnya membuktikan itu padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Undercover Operation
FanfictionSeorang presiden baru mencoba untuk menjebak semua orang yang jenius, namun semuanya terungkap dan pada saat itu, misi di mulai. [Sequel kedua dari The Key]