Jesslyn's POV
"Ayo, cepat! Kalian tak mempunyai banyak waktu!"
Dua orang petugas berjalan mengetuk pintu-pintu ruangan kecil kami, pintu setiap ruangan terbuka ketika mereka mengetuk hanya dengan satu kali ketukan. Aku keluar dan segera berjalan mengikuti anak-anak yang lain. Bel berbunyi sebanyak dua kali, aku belum tahu apa maksudnya. Yang terpenting, aku harus mencari Danny, ia tak bisa kutinggalkan sendirian. Kami sampai di sebuah ruangan yang sangat besar, ada banyak meja dan kursi, mungkin sebuah Cafeteria. Aku mulai mencari Danny, dan terlalu banyak orang di sini hingga aku menabrak seseorang.
"Hey! Apa kau..." Aku menatap wajahnya, "Carmen." Aku hampir saja mengatakan apa kau buta,
"Jess! Apa yang sedang kau lakukan?" ia membantuku berdiri,
"Aku mencari Danny,"
"Kau di lorong mana?"
"B-17."
"Kau tak bersama Danny?"
Aku menghela, "Tidak."
"Ruanganku berada di depan Justin. Aku tak tahu kenapa bisa begitu."
"Dimana kau mengantri?"
"Pintu Detektor ketiga. Kau ingin aku membantumu mencari Danny? Ayo!"
Kami menjelajahi semua sudut Cafeteria ini. Banyak anak-anak yang kusangka Danny, ternyata bukan. Terlalu banyak anak yang fisiknya mirip sepertinya. Aku melihat banyak remaja dan anak-anak berlalu lalang sambil membawa makanan yang mereka ambil, mereka juga mencari teman untuk duduk di salah satu kursi yang disediakan. Suasana kini sama seperti di kantin sekolah. Aku berhenti menatap mereka setelah aku melihat Justin sedang duduk bersama Danny. Kami langsung menghampiri mereka.
"Danny! Aku sudah mencarimu ke semua sudut." aku memeluknya,
Justin tertawa kecil, "Apa kau lupa dengan bajunya?"
"Aku tak sempat memikirkan itu tadi."
"Hey, Carmen, apa benar alat pendengarnya bisa mencapai 2 meter?" Justin menunjuk alat pendengar milik Danny,
"Kurang lebih. Suara dari 2 meter itu juga disaring agar kita dapat mendengar suara jernih yang dihasilkan oleh makhluk hidup maupun suatu benda." jelas Carmen,
"Bisakah aku mencobanya, Danny? Aku penasaran."
Justin's POV
Danny memberikan alat pendengarnya kepadaku. Aku mengambil dan memakainya ditelingaku. Carmen menekan sebuah tombol yang ada di sisi kiri alat itu. Alat buatan Carmen memang sangat canggih, pada 2021 ini banyak penemuan baru yang hebat, seperti MGT-Car, MGT-Plane, dan transportasi lain yang bisa menarik benda bersifat magnet yang berbobot lebih dari satu ton. Beberapa detik setelah aku memakai alat pendengar, aku mulai mendengar percakapan-percakapan, suara beberapa orang lelaki.
"Jadi, apa kalian sudah menanam roket ZT-293 di bawah pulau California?"
"Ya, kami sukses."
"Bagus, apa kita sudah cukup jauh dari daratan?"
"Belum. Kita harus berada diluar radius 150 meter dari pulau."
"Kapan kita bisa menempuh jarak itu?"
"Sekitar 5 hari lagi."
"Matangkan semuanya, jangan sampai kita nanti mati seperti mereka."
Aku secepatnya melepas alat pendengar itu. Apa yang mereka maksud? Siapa mereka? Semua pertanyaan memenuhi pikiranku. Untung saja Carmen, Jesslyn, dan Danny sedang berbincang sehingga mereka tak melihat reaksiku tadi. Apa maksudnya 'Jangan sampai kita nanti mati seperti mereka.'? Apa presiden berbohong tentang beasiswa yang akan kami dapatkan? Tapi tidak. Aku tak harus memikirkan hal-hal negatif tentangnya sebelum aku tahu siapa dia sebenarnya.
Seseorang menepuk pundakku, "Hey."
Aku menatap seorang gadis yang berambut pirang, "Hey."
"Kau Justin, kan?"
Aku menatap Jesslyn dan lainnya, mereka semua menatapku, "Ya."
"Kau keren sekali! Kau seorang ma- ..."
Aku membekap mulutnya sebelum ia menyelesaikan kata-kata itu, "Diam saja, jangan beritahu siapapun."
"Baiklah. Aku diam. Tapi jujur, kau keren sekali, Justin."
"Terima kasih."
"Bagaimana bisa?"
"Apa?"
"Kau pintar, jenius, tampan, keren, hebat..."
"Sudah cukup."
Ia tiba-tiba merangkulku, dan berbisik, "Ayo, sayang. Ikut aku."
Aku menyingkirkan tangannya, "Sebenarnya, siapa kau?!"
"Chloe Zarloch."
"Kau putri presiden?"
"Ya. Atas perintah ayahku, aku bisa mendapatkan apa yang kumau, dan aku mau kau." ia menyimpan telapak tangannya di pipiku,
Aku menyingkir darinya, "Tapi, aku sudah memilikinya." aku menatap Jesslyn,
"Dia tak ada apa-apanya dibandingkan aku. Dia hanya yatim piatu, aku seorang anak presiden."
Aku menatapnya tajam, "Darimana kau tahu itu?!"
"Karna aku seorang anak presiden." ia tertawa dan berdiri, "Baiklah, aku akan menemuimu lagi." akhirnya ia pergi,
Siapa dia? Bagaimana dia tahu identitas Jesslyn? Aku merasa risih akan hal itu. Jika Chloe tahu Jesslyn seorang yatim piatu, otomatis ia sudah memata-matai Jesslyn. Apa yang sebenarnya ia inginkan? Aku yakin ia tidak benar-benar menginginkanku. Aku menatap Jesslyn yang sedang menunduk, meremas tangannya seperti sedang memendam sesuatu.
"Jess, aku bukan... "
Ia memotong perkataanku, "Iya, aku tahu." ia berdiri dan secepatnya meninggalkan kami, bahkan Danny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undercover Operation
FanfictionSeorang presiden baru mencoba untuk menjebak semua orang yang jenius, namun semuanya terungkap dan pada saat itu, misi di mulai. [Sequel kedua dari The Key]