Akhirnya hari pernikahan ku dengan Bintang tiba. Aku menunggu di ruang pengantin saat mendengar Bintang mengucapkan ijab qabul. Rasanya tidak percaya sekali, akhirnya aku menikah. Akhirnya aku melepas status lajang ku.Jantung ku rasa nya berdegup cepat dan tangan ku berkeringat dingan. Aku tidak tahu kalau aku akan sangat gugup seperti ini. Untuk pernikahan yang tidak di inginkan, aku sama sekali tidak tahu kenapa aku segugup ini. Rasanya aneh, aku gugup tapi tidak tahu apa alasan nya. Mungkin aku gugup karena sebentar lagi aku akan tinggal terpisah dengan orang tua ku dan karena setelah ini aku harus tinggal bersama laki-laki menyebalkan itu.
Yang paling tidak ku sangka adalah pada akhirnya aku menikah dengan pria yang lebih muda dari ku. Sangat sulit di percaya. Ini sama sekali tidak ada dalam impian masa kecil ku. Membayangkan nya saja tidak pernah. Dan aneh sekali betapa takdir bisa selucu ini. Aku menikah dengan Bintang yang dinobatkan sebagai salah satu pria paling diinginkan versi majalah Look!, padahal mereka tidak tahu sifat asli dari orang itu. Belum lagi dia itu dua tahun lebih muda dari ku! Ya ampun. Apa kata orang-orang nanti?
"Wanda, suami lo sudah nunggu di depan. Sudah saat nya untuk keluar," entah kenapa mendengar Alexis berkata 'suami lo' membuat jantung ku bekerja tiga kali lipat dari sebelumnya.
"Gue nggak nyangka Wanda yang terkenal player bisa nikah juga akhirnya," Alexia terkekeh memandang ku.
"Sialan lo, gue nggak sesering itu kali gonta-ganti cowok." Aku berdiri dan merapikan gaun ku. Ya Tuhan aku sangat gugup.
Alexis menggandeng ku untuk keluar kemudian menyerahkan ku pada Bintang untuk berjalan ke pelaminan. Bintang tampan juga ya dengan tuxedo putih itu, tidak kelihatan sifat menyebalkan nya sama sekali.
"Nggak usah grogi gitu, biasa aja kali." Shit, baru saja di singgung, sudah keluar lagi.
"Siapa juga yang grogi,"
"Tangan lo kali yang grogi," double shit. Kenapa sih tubuh ku mengkhianati aku? Bodoh nya aku, tidak sadar kalau dia sedang memegang tangan ku. Aku yakin muka ku sekarang merah padam.
"Selamat ya Wanda, beruntung banget lo bisa dapetin Bintang."
Aku meringis mendengar pujian yang di lontarkan Mila di atas pelaminan. Beruntung my ass. Aku tahu seharusnya aku bersyukur bukan nya mengeluh tanpa henti. Mati lah aku kalau sampai aku kena karma dan beralih mengejar-ngejar si Bintang. Ya aku harus berhenti berkomentar negatif mengenai Bintang. Aku tidak mau kena karma.
"Makasih ya Mil, udah nyempatin buat dateng. Ya, gue tahu gue beruntung banget bisa nikah sama Bintang," kata ku sambil tersenyum manis. Aku bisa merasakan tatapan bingung Bintang dari samping ku. Aku hanya mencoba berdamai dengan kedaan, biarlah dia bertanya-tanya apa yang terjadi dengan ku.
"Kenapa lo?"
"Apa nya yang kenapa?"
"Tiba-tiba bersyukur gitu bisa nikah sama gue,"
"Gue nggak mau aja kena karma,"
"Hah?"
"Hai Steve, long time no see," sapa ku pada Steven, mengacuhkan kebingungan Bintang. Rasakan itu.
"Hai Wan, selamat ya. Gue kaget banget waktu dapet undangan dari lo. Gue pikir kita masih bisa balikan," aku tertawa mendengar Steve, dia memang salah satu mantan ku.
"Oh ya ampun Steve, lo masih aja lucu. Btw, makasih udah mau dateng, semoga lo bisa dapet pengganti gue." Canda ku pada pada Steven lalu kita berdua tertawa. Tapi sepertinya orang di samping ku tidak menganggap ini lucu. Entah apa yang mengganggu pikiran nya. Hei, apa yang ku harapkan dari pria kaku seperti dia? None sense.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying You - Tahap Revisi
RomanceEntah takdir apa yang di tuliskan Tuhan sehingga aku harus terjebak dengan bocah ingusan yang menyebalkan seperti dia. Tapi aku pastikan satu hal, seorang Wanda Aprilia Kemaladewi tidak akan tunduk dengan mudah. -Wanda Aprilia Kemaladewi Entah apa y...