Apa kemarin malam itu benar Bintang yang mengucapkan tidur nyenyak? Tapi masa sih laki-laki kaku itu tiba-tiba jadi perhatian? Atau mungkin kemarin itu hanya sebagian dari mimpi ku? Karena sejujur nya kemarin malam aku setengah sadar jadi aku tidak tahu apa itu nyata atau di dalam pikiran ku saja. Tapi untuk apa juga aku memikirkan Bintang? Seharian ini aku hanya memikirkan kemungkinan apa kah kemarin itu nyata atau tidak, dan hasilnya adalah fifty fifty. Sudah ku bilangkan aku tidak terlalu yakin?"Eh lo kok ngelamun mulu sih? Buruan beli, dari tadi kita cuma muter-muter nggak jelas tau nggak. Lo pikir gue nggak ada kerjaan lain apa?" Lamunan ku buyar saat mendengar nada sinis Bintang. Huh, Wanda, berhenti memikirkan cowok menyebalkan itu. Tidak mungkin dia yang mengucapkan itu kemarin malam, lihat saja betapa menyebalkan nya dia. You wasting your time.
"Aduh lo bawel banget sih, ini gue juga lagi mikir apa aja yang kita butuhin. Jangan manja deh, paling-paling kerjaan lo cuma tidur juga." Aku berjalan ke area sayuran segar kemudian mengambil sayuran yang kira-kira bisa ku masak. Aku bukan chef handal jadi skill memasak ku masih standar. Paling-paling cuma bisa masak makanan rumahan.
Kemudian aku membeli nugget dan sosis-yang gampang di masak. Juga satu bungkus ayam potong. Aku tidak bisa mengolah ikan, jadi sebaiknya aku hindari membeli ikan dari pada diejek Bintang. Aku juga mengambil tiga es krim walls selection ukuran besar. Oh jangan lupa bumbu dapur.
"Eh ada yang lupa, ayo kesana." Aku berjalan ke area minuman kemudian mengambil satu botol orange juice, satu susu sapi kemasan karton, dan lima botol yoghurt blueberry.
Lalu aku berjalan ke rak makanan ringan dan mengambil dua bungkus kripik kentang, dua pocky rasa stroberi, lima bungkus sneakers dan dua bungkus kacang kulit.
"Eh eh eh lo mau borong semua makanan yang ada disini?" Tangan ku yang akan mengambil kripik kentang terhenti saat mendengar Bintang. Kemudian memandangnya datar.
"Ya nggak lah, gue males keluar lagi buat beli cemilan, jadi gue beli yang banyak aja sekalian." Kata ku lalu memasukkan kripik kentang ke trolley.
"Lo tu bener-bener ya, segini masih kurang banyak apa? Gue lihat justru lebih banyak cemilan lo dari pada bahan-bahan buat di dapur." Bintang balas menatap ku datar.
"Aduh lo tu ya Bin, bahan-bahan di dapur kan nggak bisa tahan lama. Jadi beli nya nggak usah banyak-banyak, ntar malah layu gimana?"
"Terus ini kenapa beli es krim banyak banget? Umur lo tuh sebenernya berapa sih? Kayak anak kecil aja makanan yang lo beli," aku mendengus saat mendapat tatapan tajam dari Bintang.
"Ibu-ibu pun nggak akan nolak kalau di kasih es krim, lo jangan berlebihan deh. Kalau lo nggak suka, gue bisa bayar sendiri. Ayo," kata ku sebelum berjalan menuju kasir.
Menyebalkan kan laki-laki itu? Mama aja tidak pernah protes waktu aku membeli banyak camilan. Lagian semua camilan itu kan bisa tahan lama, tidak mungkin juga aku menghabiskan nya dalam sehari.
Setelah aku menyinggung soal aku akan bayar sendiri semua camilan ku dia tidak membalas perkataan ku lagi. Mungkin dia tersinggung. Terserah lah. Seharusnya tadi aku belanja sendiri agar bisa membeli banyak camilan.
"Langsung pulang aja ya, gue capek."
"Siapa juga yang mau ngajakin lo jalan-jalan dulu,"
"Biasanya cewek kan gitu,"
"Gue nggak kayak cewek kebanyakan."
"Iya lah, lo kan masih kayak anak SMP."
"Apa lo bilang?" Aku menatap Bintang tajam.
"Kayak anak kecil,"
"Lo tu yang kayak anak kecil. Bukan kayak sih, tapi emang masih kecil!" Desis ku tajam pada Bintang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying You - Tahap Revisi
RomanceEntah takdir apa yang di tuliskan Tuhan sehingga aku harus terjebak dengan bocah ingusan yang menyebalkan seperti dia. Tapi aku pastikan satu hal, seorang Wanda Aprilia Kemaladewi tidak akan tunduk dengan mudah. -Wanda Aprilia Kemaladewi Entah apa y...