12. its about fallin' in love

32 6 0
                                    

Vano memarkirkan motornya digarasi dan langsung berlari ke kamar Putri dengan bungkusan yang tadi ia beli.

Vano langsung saja masuk kedalam kamar Putri dan mendapati Putri yang sedang mengepel lantai kamarnya yang penuh darah. Dan Vano membelalak ketika melihat kasur Putri yang sudah basah karena darah.

"Kak! Ya ampun!! Nih pembalutnya" ujar Vano panik sambil menyerahkan kantung belanjanya.

Putri pun lantas mengambil kantung itu dan masuk kedalam kamar mandinya. Vano masih takut. Ya ampun, kenapa darahnya sampai sebanyak itu? Apa tidak sakit? Batin Vano. Dan karena itu Vano masih tetap menunggu Putri dengan wajah paniknya.

Beberapa menit kemudian Putri keluar dengan pakaian yang berbeda, dan kini tanpa darah membuat Vano menghela nafas lega.

"Kak? Lu gapapa kan?" Tanya Vano masih khawatir.

"Gapapa Vano. Gausah lebay gitu dong ngeliatnya" balas Putri melanjutkan mengepel lantai kamarnya. Vano meringis. Iya juga, kakaknya itukan sedang datang bulan. Wajar saja kalau berdarah begitu. Tapi Vano tak pernah menyangka kalau darah kakaknya bisa berceceran dimana-mana sebanyak gitu.

- - -

Setelah membayar minuman yang ia beli, Anggi kembali ke taman dimana teman-temannya menunggu. Tentu dengan pikiran tentang kejadian beberapa menit lalu, dimana ia bertemu dengan Vano. Entahlah, hal sekecil itu sungguh membuat Anggi sangat senang.

"Bahagia banget, perasaan tadi biasa aja" ujar Dira saat Anggi sampai. Ia melihat Anggi datang dengan wajah yang ceria.

Anggi menyunggingkan senyumnya lebih lebar membuat teman-temannya itu terheran dan saling melempar pandang. "Kenapa lu? Kesambet?" Tanya Denis akhirnya seraya mengambil kaleng minumannya.

"Enak aja!" Tukas Anggi. "Tadi gue ketemu seseorang"

Lagi-lagi mereka saling melempar pandang. Pandangan bertanya. Siapa seseorang yang ditemui Anggi? Mereka juga saling menggeleng tanda tidak tahu.

"Siapa?" Tanya Rey. Namun belum sempat Anggi menjawab, Dira sudah berseru sambil menjentikan jarinya.

"Oooh, gue tau!" Seru Dira. Kini semua menatapnya penasaran. Juna yang didekatnya mengangkat alis tanda bertanya.

"Menurut kalian siapa yang bisa bikin Anggi sebahagia ini?" Tanya Dira, apa dia mencoba membuat teka-teki?

"Siapa? Pak Firman?" Celetuk Arya. Anggi langsung melihat tajam kearah Arya dan memukul pelan bahu Arya dengan kepalannya. Arya meringis sebab pukulan itu. Bagaimana pun juga, pelannya Anggi bisa buat luka memar.

"Pak Hasan?" Tebak Dika. Lagi, Anggi memelototi Dika yang sedang duduk di kursi taman lalu ia melempar botol mineral kearah Dika dengan keras dan langsung mengenai perut Dika. Dika pun mengaduh kesakitan. Apalagi botol itu masih penuh. Tentu saja sakit.

"Yakali" gumam Anggi sambil memutar bola matanya.

"Kasih tau aja sih, Dir. Siapa?" Tanya Juna, tak mau menambah rasa penasarannya.

Dira terkikik mendengar tebakan teman-temannya itu. "Masa gak tau sih" kata Dira.

"Siapa?" Tanya Denis lagi.

"Vano" jawab Dira dengan cengiran sambil melirik Anggi. Juna, Rey, Dika, Arya, dan Denis memutar bola mata malas. Mereka menghela nafas kasar. Mereka pikir yang ditemui Anggi adalah artis atau siapapun. Tapi malah Vano. Dasar anak perempuan.

Anggi hanya memberikan cengirannya. Maklum, ini pertama kali Anggi menyukai seseorang. Jadi, ia terlihat kikuk.

"Yah elaaah, repot nih kalo ada yang jatuh cinta" rutuk Rey mendramatisir.

Imma Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang