Dia dan kamu 4#

22 8 0
                                    

            Aku turun dari atas sekolah aku berjalan dengan sangat cepat seperti berlari aku masuk ke kelas ku dan duduk di bangkuku. Tampa sadar semua orang yang ada di kelas menatapku untunglah mereka tidak terus memandangku. Mereka mulai mengalihkan pandangan mereka.

       "Darr...!!"
Suara itu mengejutkan ku dan aku melihat kebelakangku
        "Rendy...! Sedang apa kau di sini? Kau membuatku takut dan kaget!" dan aku melihatnya dengan sinis. Dan dia tertawa dan duduk di depan mejaku
     "Kau tau di kelas aku bertemu dengan Nanda..." aku memiringkan kepalaku dengan wajah heran "Ituloh Ananda si nanda" dan aku meliruskan kepalaku kembali "Owh... Nanda itu.. Emang kenapa? Dia sekelasmu?" aku bertanya dengan nada suara yang sangat malas bercerita
     "Iyah.. Itu tuh.. Teman semasa Tk mu kan.. Dia duduk dekat meja guru dan dia sebarisan denganku di kelas.. Emm..,, dia cukup baik yah..!" aku hanya dia dan memandang keluar jendela dan tak mempedulikannya.
       Tiba-tiba jatuh selembar kertas merah yang di sobek-sobek menjadi kecil. Aku melihat keluar dan mataku tertuju ke atap sekolah.
       Waw Indah bangat! Bagaikan bunga marah yang bertaburan. Seperti hujan mawar.
     Tapi, herannya...
  Kenapa Hanya di atas atap kelas XI-2?
  
    Semua anak kelas XI-2 Keluar dan melihat indahnya kejadiaan itu. Dan aku melihat banyaknya bertaburan kertas merah itu di halaman belakang sekolah di dekat lapangan basket.
       Brukk..
Suara pintu di banting keras dan anak baru itu duduk di bangkunya. Dan menatap laci yang penuh surat dan kertas yang aku tak tau apa isinya. Pokoknya aku hanya melihat anak gadis memasukkan surat beraneka warna, entah apa yang mereka tulis.. Tapi aku yakin dia tak akan membaca itu semua.
       Pak Andes datang masuk kekelas beserta Guru olahraga kami Pak Silbert sering di pangil 'guru killer' dia masuk dengan wajah galaknya itu dan Menatap tajam wajah kami daru sudut ke sudut ruangan.
   Dia menatap anak baru yang lebih jelasnya 'williyam' dan wilkiyam hanya melihat ke arah ku dengan muka cuek.
     "Siapa yang berani - beraninya mengotori halaman belakang? Jawab jujur atau kalian semua kenak hukuman. Baru pertama kali masuk udah buat onar aja! Ayo ngaku..!!" bentak pak Silbert
  Tidak ada satupun yang mampu mengeluarkan suara di depan pak silbert yang terkenal galak sejak kami masuk ke sekolah ini.

Rendy yang masih di kelasku terdiam dan melihat kami yang mematung seperti patung yang tak bisa bicara sekarang. Pak Silbert mebatap kami dan menanyakan satu demi satu kepada kami.
       Kami seperti sedang di introgasi karena melakukan pembunuhan yang sadiss...!

Pak Silbert menuju ke mejaku dan tiba-tiba Williyam menghalangi jalan pak Silbert seperti sedang mencari masalah dengan guru killer itu!
     'Astaga apa yang di lakukan anak baru itu..?' 'oh Tuhan dia akan mendapatkan pelajaran dari pak Silbert..' 'Anak baru itu sepertinya ingin dikeluarkan dari sekolah ini saja..'

Banyak suara-suara yang berdesis dan bertebaran di dalam kelas seperti angin lalu di dalam kelas ini. Pak Silbert menatap Williyam dan memplototinya.
  'Sepertinya pak Silbert akan marah dia pasti akan mengamuk!!' bisikku dalam hati.
"Apa kau sedang mencari masalah denganku bocah tengik?" Williyam hanya diam dan tak membalas pertanyaan pak Silbert,, tampaknya pak Silbert sangat jengkel dengan kelakuaan Williyam yang tak menjawabnya. "Atau..,, jangan-jangan kamu yang telah mengotori halaman itu?! Jawab aku dasar bocah!" pak Silbert membentak Williyam dan memukul mejanya dengan keras.

Williyam hanya diam dan menatap ke luar jendela dan dia melihat kearah pak Silbert dan menatapnya dengan dingin.

'Anak ini mau cari mati kali yah? Dia berani banget menatap Pak Silbert dengan tatapan yang dingin dengan matanya yang dingin!!' gumawanku dalam hati dengan tatapan yang sangat kesal melihat prilaku anak baru yang satu ini.
     Pak Silbert menarik kerah bajunya dan bertanya untuk yang kesekuan kalinya
"Jawab saya.. Apa kamu yang mengotori halaman?"

Dan silber hanya menjawab dengan satu yang sangat singkat padat dan jelas sekali "Iya" jawab Williyam dengan dingin.

Pak Silbert menariknya keluar dari kelas dan membawanya pergi keluar dari gedung sekilag menuju halaman belakang sekolah dan pak Silbert mencampakkan sapu ijuk supaya Williyam membersihkannya. Dan Williyam melakukannya. Rendy hanya menatap ku yang dari tadi aku hanya menatap Williyam.
  "Apa dia temanmu?" aku menoleh melihat raut wajah Rendy saat menanyakan hal yang sangat menjengkelkan untuk di jawab pada saat itu. "Bukan dia hanya anak baru dan aku tidak dekat dengannya!" aku menoleh lagi melihat Williyam yang sedang di kerumuni bayak cewek entar dari mana datangnya. Wilkiyam tetap diam dan membersihkan halaman itu, entah apa yang membuatku sedikit gelisah tapi aku tetap tidak nyaman saat melihatnya sedang di bentak pak Silbert., 'Untuk apa aku mengkwatirkan anak yang sangat menjengkelkan itu buat capek ajah kalau di perhatiin!' aku merasa jengkel kepadanya untuk hari pertama ku di sekolah ada hari terpuruk karna bertemu anak baru itu.

Rendy keluar dari kelas ku dan kembali ke kelasnya. Belpun berbunyi untuk menyurhkami pulang. Rendy menungguku di depan pintu kelas, aku beejalan kearahnya dan kami turun bersama dari lantai 2 sekolah.
Kami keluar bersama-sama dan aku bertemu dengan Ananda. Dia menatapku dan tersenyum,
"Hy,kalian mau pulang yh? Aku ikut boleh gak?" Ananda mengajukan permintaan dan permohonan. Dan rendy tersenyum dan menepuk pundak ku "Tentu saja, tapi hari ini gak bisa aku membawa sepeda motor! Ngak mungkin aku membonceng 2 sekaligus cewek yakan..!!" dia melihat ku dan aku hanya diam dan tidak menghiraukan Ananda.
     "Ngak kenapakok.., kalian pergi ajah ku mau ke suatu tempar. Jadi antar dia ajh dulu, lagi pula aku pengen jalan kaku sekali-sekali." aku pergi meninggalkan mereka berdua dan pergi ke halaman belakang sekolah dan melihat Williyam tertidur di sebuah pohon yang terdapat di pojok sekolah.., aku menghampirinya dan melihat halaman itu telah bersih. Aku membuang sampah dan kertas-kertas tang telah membuatnya bermasalah pergi. Selembar kertas jatuh ke atas matanya yang tertutupi rambut poninya yang ngak panjang itu. Aku membuang nya ke tong sampah di sudut gerbang belakang sekolah. Aku mendekati Williyam, entah apa yang membuatku tertarik padanya. Tapi aku tetap membencinya. Aku mengambil kertas dari atas matanya, aku melihat matanya tertidur aku beranjak dari tempat itu. Aku tak sempat berdiri tangannya yang panjang menarikku ke dalam pelukannya aku terhempas begitu saja seperti dia sedang memeluk boneka yang sangat ringan.

Aku merasakan kehangatan tubuhnya dan juga tangannya yang lembut. Aku hanya bisa diam saja dan tak melawan, tiba-tiba dari pintu belakang sekolah Rendy melihatku bersama dengan Williyam. Dia menemui ku dan Williyam dan menarik tanganku dan dia memelukku.          
   "Jangan pernah menyentuhnya,    dia hanya milikku seorang aku akan selalu menjaganya sampai suatu hari dia akan pergi." bentak Rendy, tapi willitam tetap terduduk lemas di pohon itu. Dia menatap Rendy dan tak menjawab apa-apa, dia berdiri dan menyentuh pundak Rendy, tinggi tubuh mereka hampir sama hanya saja williyam lebih tinggi 3cm dari Rendy. Mata mereka saling menatap dan Willyam mendekat dan berbisik kepadanya dan dia pergi. Rendy hanya membisu dan mematung entah apa yang di katakan oleh Williyam barusan. Aku melihat Rendy dan dia hanya menarik tanganku dan mentarku pulang dia hanya mengatakan beberapa patah kata pada saat itu, "Ren.. Kau ngak apa-apa?" aku melihat dia yang masih diam dan tak berbicara sesampai di rumahku dia melihatku dengan lemas "Aku akan menjagamu sesuai dengan janji ku. Jangan pernah tinggalkan aku yah!" dia menyandarkan kepalanya di bahu kananku dan memegang kedua tanganku. Aku hanya bisa menjawab degan apa yang ada di dalam hatiku "aku akan selalu berada di dekatmu dan selalu ada untukmu. Dan kita akan menjadi sahabat yang tak akan tertandingi. Selamanya" aku mengusap kepalanya dan aku mendengar suara tarikan nafas yang terasa lega mendengar jawaban ku itu. Aku tersenyum sambil membelai rambutnya. Kami berdiri di luar pagar rumahku dalam waktu yang tak terkira, suara hiruk pikuknya dunia ini mulai tak terdengar karna keheningannya kondisi saat itu.
.

.........
Hana dan Rendy sedang berdua saat itu.. apa kelanjutan ceritanya tunggu yah guys.....
  Jangan lupa vot dan share sama teman lo.. Tetang novel ini..!
           Bye.. To be countinius..

With out For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang