Red Thread

1.8K 197 9
                                    

19:24 KST

"Lalu menurut anda, apa yang harus saya lakukan?! Meminta anda bertanggung jawab jika saya hamil?!"

Park Jimin terlihat menyesali kalimatnya tadi sedangkan Yoongi marah. Ini bukan hal baik. Yoongi tidur dengan wanita di depannya dan Yoongi menumpahkan seluruh kesalahan pada gadis itu. Jungkook menatap heran, ia berfikir tak mengenali bossnya dengan baik.

"Itu tak akan mungkin!..." jawab Yoongi penuh penekanan.

Entah mendapat kekuatan dari mana Jimin berani menatap Yoongi, ia tau itu kesalahannya tapi ia berfikir bahwa Yoongi adalah pria yang tak bertanggung jawab.

"Maka dari itu saya meminta maaf dan berharap masalah ini dapat kita lupakan."

"Lalu jika kau hamil?"

Jimin berfikir keras 'Bagaimana kalau aku hamil?'. Masalah besar menantinya jika itu terjadi. Jika Jimin hamil itu akan celaka. Setan berbisik membuat Jimin berfikir jahat, kemudian ia menggeleng. Setan dalam hatinya mengatakan untuk aborsi. 'Itu sama saja aku jadi pembunuh!'

"Aku akan merawat bayi itu sendirian."

Yoongi melipat kedua tangannya di dadanya. "Kau fikir aku akan percaya?" ia mengeluarkan sebuah amplop dan meletakan di depan mejanya.

"Lagipula belum tentu hamil. Kita sama-sama tak tau, aku mengeluarkannya di... kau faham maksudku,,," Jimin mengangguk. ",,,,Aku tak suka ada masalah! Dan jika kau benar akan membesarkan anak itu, sama saja kau mengancamku!" Yoongi mendorong amplop tersebut kearah Jimin. Jungkook melotot mengikuti kemana arah ampop itu bergeser kemudian menatap Yoongi terkejut.

Jimin menatap nyalang bossnya. Ia tak sangka bahwa bosnya itu tak punya perasaan. Jimin bukan orang bodoh yang tak tau maksud Yoongi. Jimin membuang muka muak, cara klasik yang benar-benar basi, cara yang paling hina dari seorang laki-laki. Jimin menatap muak amplop yang ia yakini berisi uang sebagai sogokan untuk Jimin, agar ia tak melahirkan bayinya jika ia hamil.

"Kesalahan ini bukan hanya masalahmu! Ini akan berdampak buruk, bukan hanya padaku maupun anda nona Park, tapi juga orang-orang yang ada disekitar anda. Itu jalan terbaik yang bisa saya berikan. Aku tau kau menganggapku kejam sekarang!" Yoongi menatap datar wajah Jimin yang terlihat jelas menahan marah. "Jika benar kau ingin bertanggung jawab maka lakukan apa yang aku sarankan nona Park. Percayalah, jika sampai kau hamil bukan hanya aku yang akan hancur tapi kau juga."

Jimin tertunduk merenung. Kata-kata Yoongi memang benar. Itu adalah jalan terbaik. Jimin menatap Yoongi dan mengetuk amplop yang ada di depannya "Memang benar tapi,,, kau tak harus melakukan ini padaku".

"Aku harap kau bisa menerimanya. Aku terbiasa melakukan ini. Hal seperti ini bukanlah yang pertama bagiku." Yoongi melihat Jimin mendecih "Aku melihat bahwa nona Park adalah wanita yang cukup pintar, mungkin saja kau memang tak sengaja karena mabuk, tapi semuanya sudah terjadi. Aku biasa melakukan tes kesehatan setelah melakukan itu dengan setiap gadis. Aku percaya nona Park bersih tapi Ini menyangkut kesehatan kita. Aku harap kau tak tersinggung."

'Tak tersinggung pantatmu!' Jimin mengumpat dalam hati. Ia menghela nafas berat, menahan diri untuk tidak menyiramkan seluruh isi gelas ke wajah pria didepannya. "Baiklah!" Jimin hanya ingin masalah cepat selesai.

-RT-

Yoongi mengerutkan keningnya melihat Jungkook memakaikan mantel bahan velvet hitamnya pada Jimin. Ia baru saja keluar ruang test. Mereka ke rumah sakit begitu selesai makan malam. Jimin mendapat giliran pertama dan Yoongi yang berikutnya. Namun Yoongi risih melihat bagaimana Jungkook begitu perhatian pada Jimin. Yoongi tau asistennya itu adalah pria yang gentle, tapi perlakuannya terhadap Jimin tidak seperti biasanya, belum lagi tatapan mata Jungkook. Bibir kanan Yoongi terangkat menciptakan seringan, membayangkan mereka berdua dalam sebuah hubungan. Suster keluar setelah Yoongi.

Red ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang