Chapter XVI

2.6K 223 40
                                        

-Red Thread-

.

kematian tak akan memisahkan cinta mereka berdua.

.

.

.

PRAAANGGG!

Sebuah Vas kristal mewah yang berada di lorong ruang tamu itu kini menjadi serpihan yang berserakan dilantai. Gadis kecil berambut panjang itu menyatukan kedua tangannya, ia menunduk takut pada seseorang di depannya. Seorang yang gadis itu kenal sebagai kakeknya, kini menatapnya dengan tatapan membunuh. Gadis bernama Yoonji itu baru saja pulang dari sekolah dengan dijemput kakeknya. Hari ini adalah hari yang buruk bagi Mr. Min, siang tadi ia ditelfon pihak sekolah karena kenakalan cucunya telah memukuli teman kelasnya, dan sekarang darahnya dibuat naik lagi dengan kenakalan cucunya. Vas yang barusaja cucunya pecahkan adalah hadiah dari rekan bisnisnya di Dubai yang tak ternilai harganya.

"Maafkan aku kakek."

Yoonji, cucunya itu merupakan sebuah kesalahan sejak dia lahir di dunia ini. Mr. Min sangat marah dengan keberadaan gadis kecil itu di depannya. Semua hal yang berhubungan dengan Park Jimin adalah kutukan untuknya dan keluarga Min. Mr. Min membuang muka, ia merasa muak jika harus memandang cucunya lebih lama.

"Memang tak ada hal lain yang bisa kalian lakukan selain membuatku mengalami kesulitan!" Mr. Min menggerutu keras. Ia tak peduli jika Yoonji bisa mendengarnya. "Bagaimana bisa ibu dan Anak sama-sama menyebalkan?!"

"Apa kakek marah padaku?! Maafkan aku"

"Ne! Aku membencimu, sangat membencimu dan ibumu!" Mr. Min menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Mentap Yoonji dengan wajah yang terlihat sangat mengerikan. "Aku membenci kalian sampai aku tak ingin melihat wajahmu"

Nafas Yoonji naik turun, ia akan menangis sekarang.

"Jangan menangis. Suara tangisanmu akan semakin membuatku membencimu"

Yoonji menahan nafas agar ia tak menangis. Ia tak boleh menangis karena kakeknya akan semakin membencinya. Yoonji mengambil serpihan vas itu ketika Mr. Min pergi meninggalkannya di rungan besar itu. Ia terus menahan suaranya meski air matanya menetes.

.

.

-RT-

.

.

Mata Jin menyalang, ia marah seperti ingin menghukum seseorang. Ia berada di toilet dengan sebuah benda berwarna pink di tangannya. Jin terlihat hilang akal. Jin keluar dari toilet dan melempar benda tersebut pada Namjoon yang sedang sibuk dengan tabnya di ranjang. Namjoon mengambil benda yang Jin lempar padanya dan sebuah senyuman kemenangan terukir di bibirnya.

"Kau tersenyum?! Beraninya kau!" Jin menekan setiap kata yang ia ucapkan. Berusaha menekan pria yang sudah menjadi suaminya itu. "Annyversary ke enam. Iyakan?!" Jin memukul Namjoon dengan bantal.

"Aku merasakannya. Kau tak mengaku," Jin memukul semakin keras "beraninya kau menipuku!"

"Apa masalahnya punya banyak anak!?"

"Masalah?! Kau bilang apa masalahnya?," Jin memukul lagi. "aku sudah tak muda lagi Kim Namjoon. Pekerjaanku bisa membuat bayinya rentan."

"Kalau begitu jangan bekerja. Aku lebih senang jika kau mau menjadi ibu rumah tangga."

Jin terdiam menatap suaminya tak percaya. "Kau sudah gila rupannya."

"Kami selalu khawatir karena aku anak tunggal dan aku adalah satu-satunya penenerus marga Kim dalam keluarga besar ini. Akan lebih baik ada banyak penenerus yang membawa marga keluarga kita bukan?!"

Red ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang