"Mikaaa...."
Ziyan menyeruak masuk langsung memeluk Mika ketika kakak tirinya itu membuka pintu. Sengaja ketika pergi, Mika melarang Ziyan membawa kunci rumahnya. Alasannya, takut hilang atau dicuri orang. Nanti bisa-bisa rumahnya kemalingan. Konyol bukan.
"Aku merindukanmu." Ziyan masih saja memeluk Mika. Dan pemuda berkulit putih itu hanya bisa diam. Dia terlalu syok.
Ini masih pagi dan Mika baru bangun tidur ketika ada suara bel pintu. Tadi malam Mika begadang sampai jam satu untuk menunggu kedatangan Ziyan. Parahnya, Mika tertidur di atas sofa.
Mika mendorong sedikit tubuh Ziyan yang sedikit lebih besar darinya. Dia tidak bisa bernapas.
"Maaf-maaf, aku terlalu merindukanmu." Ziyan melonggarkan pelukannya kemudian dengan pelan melepaskan. Walaupun sebenarnya dia tidak rela. Ini kali pertama dia bisa memeluk Mika yang selama ini cuma dalam angannya saja. Ziyan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Suasana canggung langsung terasa di antara mereka berdua.
"Kau baru pulang?" tanya Mika setelah melihat alrojinya. Ini baru pukul delapan pagi. Ziyan mengangguk.
"Maaf. Seharusnya aku pulang kemarin tapi ada kejadian yang tidak terduga. Aku dan beberapa model lainnya harus melakukan pesta perpisahan sampai tengah malam. Padahal aku sudah menolak dan meminta pulang lebih dulu tapi ada dayaku, tiket tidak diberikan. Alhasil aku baru bisa pulang pagi ini dengan mengambil penerbangan pertama." Ziyan berbicara tanpa jeda.
Mika mengamati wajah lelah Ziyan. Dia ingin marah tetapi diurungkannya. Semua kekesalan dan kemarahan yang akan dia berikan untuk Ziyan menguap sudah. Ada senyum tipis yang terukir di bibir Mika. Sangat tipis hingga mungkin Ziyan takkan menyadarinya.
"Apa kau merindukanku?" tanya Ziyan tiba-tiba.
"Apa?" Mika sedikit kaget dengan pertanyaan Ziyan yang terlalu mendadak. Bahkan dia belum sepenuhnya sadar setelah Ziyan dengan tanpa permisi memeluknya.
"Aku bertanya apa kau merindukanku?" Ulang Ziyan, tersenyum menggoda.
Mika kali ini sudah sadar sepenuhnya dan langsung memberikan Ziyan tatapan dingin. Dia berbalik dan meninggalkan Ziyan yang masih di ambang pintu.
Ziyan tersenyum kemudian menyeret kopernya, mengikuti langkah Mika untuk masuk ke dalam.
"Aku lapar."
"Apa?"
Katakan Mika aneh pagi ini. Otaknya jadi sedikit lambat menerima respon dari lawan bicaranya.
"Aku lapar. Apa kau sudah memasak sarapan?" tanya Ziyan yang langsung melangkah ke arah dapur.
Mika diam sejenak. Dia baru bangun ketika Ziyan menekan bel rumahnya. Jangankan sarapan. Bahkan dia belum mencuci wajahnya saat ini.
"Bukankah di pesawat sudah mendapat jatah makan," ucap Mika yang sudah berada di dapur juga.
Ziyan menatap sekeliling. Seolah mencari sesuatu.
"Aku tidur di pesawat tadi, jadi aku tidak memakan jatah makananku," jelas Ziyan yang masih mencari sesuatu yang bisa dimakan.
Mika menghela napas. "Aku belum masak sarapan."
"Hah?"
Ziyan langsung berhenti mencari makanan. Dia menatap Mika untuk beberapa saat. Menilai dari atas hingga bawah.
"Aku baru bangun tidur," ucap Mika sebelum pemuda d hadapannya ini mengejeknya.
"Hah?" Ziyan masih seperti orang cengo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Away From Me #100Day_Challenge _theWWG
Teen FictionKehidupan Mika Azkhana Sakhi berubah 180 derajat. Ketika Ibu Mika menyuruh anak dari suami barunya untuk tinggal bersamanya di Jakarta. Dia tidak bisa menolak permintaan ibunya. Bencana pun terjadi ketika adik tirinya itu tinggal bersamanya. Ternyat...