Ziyan mengerjapkan mata ketika mendapati suasana kamar yang sudah gelap. Dia merenggangkan tubuhnya kemudian mengingat kembali sudah berapa lama tertidur. Kemudian matanya meneliti keadaan sekeliling. Ini bukan kamarnya. Dia menghela napas dan baru ingat kalau ini rumah Shakina, ibu tirinya.
Kemudian dia teringat kejadian tadi pagi ketika pertemuan pertamanya dengan Mika, kakak tirinya. Ziyan tersenyum, dia merasa sedikit keterlaluan. Tapi jangan salahkan dirinya yang bersikap seperti itu. Karena sebagian besar adalah salah Shakina dan Herman, ayahnya, yang tidak henti-hentinya menelepon untuk segera berangkat ke Jakarta pagi-pagi buta.
Mereka berdua tidak tahu kalau Ziyan baru pulang dari pemotretan pukul satu dini hari dan bisa memejamkan mata satu jam kemudian. Ziyan lelah. Dia butuh tidur tapi Shakina dan Herman seolah tidak peduli. Ziyan sendiri bukan anak yang suka membantah,apalagi itu adalah perintah langsung dari sang ayah.
Ziyan beranjak dari tempat tidur. Mengusap wajahnya. Berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Tak berapa lama dia keluar lagi. Kemudian berjalan keluar kamar. Entah apa yang akan dilakukan pemuda berumur dua puluh tahun itu.
***
Mika memasuki kamarnya untuk mengambil ponsel ketika mendapati Ziyan yang baru saja keluar dari kamar mandi miliknya. Dia terkejut karena laki-laki itu benar-benar tidak tahu sopan santun. Saudara tirinya itu hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya saja. Bulir-bulir air masih tersisa di dada bidangnya. Rambutnya pun masih basah.
Mika harus menelan ludah ketika melihat bagian atas tubuh Ziyan yang sangat menggoda. Bahu kokoh dengan dada yang bidang serta perut berbentuk kotak-kotak, terlihat seperti seorang model yang rajin menjaga tubuhnya agar tetap menarik. Mungkin pemuda di depannya ini rajin berolahraga hingga mendapatkan bentuk tubuh seindah itu. Andaikan dia kaum hawa pasti sudah mengeluarkan air liur. Pemandangan yang begitu indah dan menggiurkan.
Mika tak berkedip hingga suara Ziyan membuyarkan lamunannya.
"Tubuhku memang indah dan menggoda," goda Ziyan, melihat Mika tak berkedip menatap dada bidangnya.
Mika buru-buru membuang wajahnya. Tetapi dia menatap kembali wajah Ziyan. Mika memutar bola matanya.
"Apa yang kau lakukan di kamar mandiku?" tanya Mika dengan nada tidak suka.
"Tidur!"
"Tentu saja mandi," lanjut Ziyan.
"Bukankah, di kamarmu sendiri sudah ada kamar mandi, untuk apa kamu mandi di sini!" Mika benar-benar kesal dibuatnya. Laki-laki ini sungguh tidak tahu aturan. Bagaimana dia bisa seenaknya sendiri di dalam rumahnya.
"Kamar mandinya kosong," ujar Ziyan malas.
"Maksudmu?" Mika sedikit tidak mengerti.
"Maksudku, tidak ada sabun dan peralatan mandi lainnya di sana," jelas Ziyan.
"Kenapa kau tidak bilang, aku bisa memberikannya untukmu." Mika sudah sangat jengah dengan sikap Ziyan yang seenaknya sendiri.
"Lama." Ziyan masih saja menjawab dengan santai.
"Dan apa-apaan itu, kau juga memakai handukku." Mika menunjuk handuk yang sedang dipakai Ziyan.
Ziyan menatap handuk yang sedang dipakainya.
"Kalau kau tidak suka, aku bisa melepaskannya sekarang juga." Ziyan akan membuka handuknya.
"Tidak... Tidak perlu." Mika buru-buru menyela dan membuang wajahnya.
Ziyan mendekati Mika yang memejamkan matanya. "Kenapa kau gugup sekali? Kita kan sama-sama laki-laki." Ziyan terkikik kemudian meninggalkan Mika sendiri dalam kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Away From Me #100Day_Challenge _theWWG
Teen FictionKehidupan Mika Azkhana Sakhi berubah 180 derajat. Ketika Ibu Mika menyuruh anak dari suami barunya untuk tinggal bersamanya di Jakarta. Dia tidak bisa menolak permintaan ibunya. Bencana pun terjadi ketika adik tirinya itu tinggal bersamanya. Ternyat...