Hey guys! Gimana kabar kalian? Semoga baik yaa! FYI, entar gw mau curhat dikit gapapa lah ya? Wkwkwk jadi curcol deh. Udah yaw, silahkan baca dulu! Enjoy!
•••
Sasha kini terpaksa untuk kian mendekat dengan Aaron. Wajahnya ragu dan terus mendekat dengan tersendat sendat. Sementara Aaron? Ia hanya diam dan berdiri mematung dengan tangan yang masih ada di hidungnya.
"Waktu kalian tinggal 1 menit lagi! Kalau ada yang belum menempel, poin akan di minus" ucap bu Natalie dengan tegas.
Mendengar hal itu Sasha pun memekik dan..
Sret.
Tanpa ia duga, wajahnya dan tangan Aaron sudah menempel. Saking kagetnya, Sasha terdiam dan mematung.
"Lama" ucap Aaron.
Kesadarannya langsung kembali saat Aaron berbicara.
Sasha menatapnya tajam. "Ya sorry sih"
Aaron hanya memutar bola matanya malas. Namun entah kenapa ia merasakan rindu yang begitu dalam di hatinya. Walau hanya sesaat, ia yakin ia merasakan sesuatu yang aneh. Mulai dari pertama ia masuk kelas ini dan melihat Sasha. Sehingga tanpa sadar, ia berjalan kearah pempuan yang duduk di pojok kelas itu.
"CIE YANG LAGI NEMPEL-NEMPELAN! WAKTU UDAH ABIS WOI, GA USAH DITAMBAH-TAMBAHIN!" teriak Yoel.
"MODUS GA USAH DISINI JUGA KALI YA, BANYAK YANG MASIH POLOS!" teriak Ivan ikut ikutan.
Dua laki-laki itu, Ivan dan Yoel memang selalu mengomentari sesuatu dengan teriakan sehingga satu kelas dapat mendengarnya.
Dengan cepat, Sasha dan Aaron langsung menjauhkan kepalanya.
Kelas yang menyadari hal tersebut pun langsung berisik karena meneriaki mereka.
Bu Natalie? Ia menatap Aaron dan Sasha dengan wajah jahil dan licik. Sepertinya ia mempunyai rencana. Entah rencana baik atau buruk.
"Sasha, Aaron, kalian tidak mengikuti aturan yang ada. Jadi, mau saya minus 20 poin atau terima hukuman?" Tanyanya dengan seringai.
"Hah? Yah, bu, jangan dua-duanya deh bu! Saya tadi gatau waktunya udah abis bu" keluh Sasha dengan wajah cemberut.
"Udah, terima hukuman aja sih! Daripada minus 20? Kan sayang kalo kalian udah kayak gitu tapi malah di minus cuma karena melanggar aturan." Ucap Ivan.
Bener juga sih kata Ivan. Tapi kalo hukumannya yang ngga-ngga gimana? Gue gamauuuu. Ah, coba kalo tadi gue ga mikirin si Aaron sial itu mulu. Pasti ga kayak gini jadinya!
"Benar apa kata Ivan. Sayang kalau kamu minus 20. Kamu udah berusaha. Tapi itu semua terserah kamu. Mau pilih mana? Minus? Atau hukuman?" tanya bu Natalie dengan lembut.
"HUKUMAN! HUKUMAN! HUKUMAN! HUKUMAN!" teriak kelas itu kompak.
"Fine! Gue pilih hukuman! Puas?!" ucap Sasha dengan nada frustasi.
Wajah bu Natalie yang tadinya mirip wajah seorang ibu yang sedang membacakan dongeng untuk anaknya kini berubah 180° menjadi seperti seekor ayam sedang melihat cacing di depan matanya.
Glek. Mampus gue.
"Kalau begitu kamu harus melakukan hal tersebut lagi tanpa tangan selama 10 menit. Ingat, dahi kalian harus menempel. Kalau sebentar saja tidak menempel, waktu akan saya tambah 10 menit lagi dan poin kalian saya minus 50." Ujar bu Natalie dengan wajah yang sangat sangat jahat menurut Sasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
Teen FictionSasha, murid kelas 3 SMA yang berparas cantik namun 'playgirl' kini jatuh hati terhadap Aaron, teman sebangkunya yang terkenal pendiam namun populer di kalangan siswi. "Kadang, cinta gabisa diduga. Tiba-tiba datang, tiba-tiba pergi" -Sasha Maldive J...