7. Trouble

15 3 5
                                    

Sasha duduk di mobil dengan muka di tekuk. Kalau saja ia tidak di ancam maminya yang akan memotong uang jajannya jika ia bolos, pasti Sasha masih berada di kasur dan melanjutkan bunga tidurnya.

Papinya yang melihat hal itu pun bingung dan bertanya pada Sasha.

"Anak papi kenapa sih? Kok mukanya bimoli sihh?" tanya Papi menggoda.

"Bimoli apaan lagi" jawab Sasha dengan ketus.

"Bibir monyong lima senti" ucapnya jahil lalu tertawa.

"Ga lucu ah, Pi. Garing"

"Hehe..abis kamu nya kayaknya butuh dihibur sih. Manyun mulu gitu..emang ada apa sih?"

"Ya pokoknya ada lah. Papi ga perlu tau"

"Ada apa sih? Cerita dong sama papi..kamu tau kan kamu bisa ceritain apa aja ke papi?"

Sasha tetap keras kepala untuk tidak memberi tahu papinya.

"Iya tau kok..tapi yang ini Sasha lagi gamau ngomongin dulu. Sasha belom mau papi tau"

"Yaudah deh kalo anak papi gamau kasih tau sekarang..tapi kalo kamu udah siap, kasih tau papi ya?"

Sasha tersenyum, "Papi emang yang paling perhatian deh! Sasha saaayang papi"

Papi juga ikut tersenyum, "Nah, gitu dong! Anak papi gaboleh manyun! Harus senyum!"

Perfect

"Eh, jangan puisi deh. Karangan aja, lebih bagus..enjoy ya!! 7 Juni 2017. Marah sama orang itu..hal yang wajar kan? Jadi kalau ada seseorang yang menyebar rahasia orang lain, SEPERTI BIANCA, tak salah bagiku untuk marah kan?" baca Maron dengan menekankan kata 'seperti Bianca'.

Ah..Sasha lupa ia pernah menulis karangan di buku puisi.

"Aku mencoba melupakan perbuatannya. Tapi sulit bagiku untuk melakukannya. Rahasia itu sangat besar bagiku. Aku sendiri bingung, apa aku marah? Atau apa aku kecewa.." lanjutnya lagi.

"Wah..rahasia apa nih?? Sebesar itu rahasianya sampai kayak gitu Sha? Unbelieveable! Eh iya guys, sampai segini dulu yaa! Maron off!"

Sasha terdiam. Ia bahkan tidak bisa melihat sekeliling. Namun ia dapat mendengar bisikan-bisikan murid yang ada di kantin. Ia melirik Bianca yang ada di sebelahnya. Dan Sasha mendapati sahabatnya terdiam juga. Sepertinya Bianca masih kaget dan tidak percaya.

Bianca menengok ke arah Sasha, "Jadi, lu belom bisa lupain? Ok, gue minta maaf sekali lagi, bahkan 1000 kali. But why? Why can't you forgive me? That time was a year ago!" ucapnya sambil berlinang air mata.

"I forgave you!"

"Yeah, but not sincere" ucapnya sebelum pergi.

Sasha terdiam cukup lama dan masih mendengar bisikan-bisikan murid lain.

"Hah? Beneran? Mereka kan udah sahabatan lama banget!"

"Kok kesannya Sasha kayak pendendam sih?"

"Bianca nyebar apaan ya sampai si Sasha gabisa maafin?"

Begitulah obrolan anak-anak sekitarnya. Sampai ada yang berkata "Maron kok jahil banget sih?"

Deg. Maron.

Rasa bersalahnya langsung berganti dengan kemarahan. Ia bangkit dan berjalan cepat menuju kelas Maron. Namun menyadari bahwa Maron dan Bianca sekelas, ia berhenti dan kembali ke kelasnya.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang