Aaron POV
Sampai sekarang Sasha belum datang. Mengingat kemarin gue ga bantuin apa-apa selain mencegah Sasha diculik, ini membuat gue tambah merasa bersalah. Bakal bohong kalau gue ga khawatir. Tapi rasa khawatir ini karena gue merasa bertanggung jawab, bukan yang lain. Kayaknya.
"Hai bro! Gimana kemarin berduaan sama Sasha? Ada yang menarik ga nih buat diceritain sama gue?" tanya Yoel tiba-tiba.
"Ngga" balas gue malas.
"Ah payah lo! Udah berduaan juga! Apa perlu gue kunciin lu berdua di gudang? Wkwkwk"
"Apaan sih"
"Wkwkw selo borr! Eh iya gue belom ngerjain B.I nih, balik dulu yaw!" ucapnya lalu pergi.
"Ehem, ada apa nih kemarinn? Berduaan di UKS lagi! Uhuk, ngapain aja tuhh?" tanya Ivan yang muncul entah darimana.
"Nothing! Just let me alone!" ucap gue mulai kesal.
"Wkwkwk selo coyy! Iya dah gue balik sebelum kena getokan mulus di kepala gue tersayang ini" ujarnya sebelum pergi.
Huft. Pikiran gue yang udah kacau tambah kacau gara-gara 2 bocah yang gajelas asal usulnya ini.
Srek.
Pintu kelas terbuka.
Bukannya gue kangen atau gimana, tapi gue berharap banget itu Sasha. Namun realita tak seindah ekspektasi. Yang gue temukan malah Darron. Si alan.
Gw terus menatap Darron yang kini berjalan kearah gue. Sampai akhirnya ia sampai tepat di samping gue. Ia berhenti sebentar dan mengambil napas lalu menghembuskannya. Ia berjalan kembali dan ternyata, ia menghampiri orang di seberang gue, Natha.
"Natha..gue tau ini tiba-tiba. Tapi..lu mau ga...jadi...pacar gue?" ujarnya gugup.
Gue tersedak. Apa?
"Hah..? Ehm..maaf Darron, kalau aku nerima kamu, Sasha gimana? Dia kan suka banget sama kamu?" balas Natha perlahan.
"Well, itu salahnya kenapa dia suka gue. Gue cuma nanggepin dia doang kok, ga ngasih harapan" jawabnya enteng.
Mendengar hal itu, entah kenapa, hati gue jadi panas. Gue ga suka dia bicara seenaknya begitu. Tanpa sadar, gue bilang "chicken"
Bisa gue pastikan, Darron dengar gue bilang itu. Ia berbalik dan langsung sewot.
"Heh, maksud lo apa?! Ngajak ribut lo?!"
"Ngga tuh, gue cuma bilang 'chicken', kalau lu merasa tersinggung, bukan salah gue" ucap gue sambil menyeringai.
"Wah, cari ribut ni anak! Perlu gue tonjokin biar tau rasa?" ucapnya sambil menarik kerah baju gue.
KRIIIIIIING!!!
Bel masuk berbunyi.
"Yakin masih mau nonjok? Bentar lagi guru dateng loh" makin lebar seringaian gue.
"Cih! Awas aja lu nanti!" Darron pun keluar kelas. Sementara Natha? Gue jamin dia bakal nolak Darron setelah tau sifat aslinya tadi. Gue jadi bersyukur Sasha ga masuk hari ini.
Tak lama bu Natalie pun datang. Ketua kelas memberi salam dan pelajaran pun berlangsung. Demikianlah yang terjadi sampai istirahat. Istirahat pun biasa saja. Seperti biasa, Maron dan gengnya sibuk bercanda-canda dengan centil. Menjijikan.
Pulang sekolah juga seperti biasa. Tak ada yang menarik hari ini. Setidaknya tanpa Sasha. Kalau ada dia, pasti dia yang selalu mengajak ngomong-meski jarang ditanggapi-, dia yang teriak-teriak di kelas gara-gara di ceng-cengin, dan sebagainya. Tunggu. Ini bukan rindu kan? Kenapa juga lagi gue rindu sama dia? Cuma gamasuk sehari aja kok gini sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
Teen FictionSasha, murid kelas 3 SMA yang berparas cantik namun 'playgirl' kini jatuh hati terhadap Aaron, teman sebangkunya yang terkenal pendiam namun populer di kalangan siswi. "Kadang, cinta gabisa diduga. Tiba-tiba datang, tiba-tiba pergi" -Sasha Maldive J...