BETWEEN

Part 1 : That Cousin

Between

(Diantara takdir ingin memilikimu dan takdir tak bisa memilikimu.)

==============================================

Part 1
P e r t e m u a n K e l u a r g a

_____

Gelapnya malam menjadi terang karena adanya lampu-lampu yang telah di nyalakan. Terlebih dengan adanya cahaya yang di sinarkan oleh bintang di langit pekat yang berada diatas sana. Gelapnya malam semakin membuktikan bahwa udara malam memang sangat tak baik bagi kesehatan. Semakin gelap, maka semakin dingin udara di malam hari. Tapi, gelapnya malam tak mampu menyaingi betapa hangatnya pertemuan keluarga besar di rumah paling mewah di ujung jalan.

Terlihat beberapa anak kecil saling bermain satu sama lain. Ada beberapa anak laki-laki yang mengganggu para gadis kecil yang sedang bermain, ada juga yang saling kejar-mengejar dengan tawa yang nyaring, dan ada juga yang duduk tenang dengan beberapa toples berisi makanan ringan dan biskuit-serta memainkan gadget yang di berikan baik itu orang tua mereka ataupun paman dan bibinya.

Tak terkecuali para orang tua yang duduk berkumpul di ruang keluarga. Membicarakan sesuatu hal yang serius-karena beberapa dari mereka sesekali menukikkan kedua alisnya hingga menyatu-, namun juga hal konyol-karena mereka tertawa dengan lantang.

Tapi pembicaraan para orang tua mungkin tak terlalu seru, jika dibandingkan dengan pembicaraan para remaja yang saat ini menempati bangku-bangku cantik berwarna putih di luar ruangan. Lebih tepatnya di halaman belakang rumah nenek mereka yang menyajikan pemandangan indah. Di depan sana, terdapat sebuah kolam renang berbentuk seperti huruf L, dengan di terangi oleh lampu-lampu taman yang bersinar lembut. Tak terlalu terang, juga tak terlalu remang. Ditambah dengan tiga kursi malas yang berada di tepi kolam renang.

Di sana, duduk enam orang-tiga orang pria dan tiga orang gadis-remaja yang-sebenarnya-hampir menginjak usia dewasa secara melingkar. Satu meja berbentuk persegi yang berada di tengah mereka telah di penuhi minuman kaleng-berupa soda, soju, minuman manis, susu kaleng dingin dan lain-lain-, beberapa bungkus makanan ringan-yang sebagian sudah terbuka-, dua puding buah berbentuk lingkaran bergelombang, serta beberapa jenis roti-baik itu tart, cupcakes dan tawar-sandwich-yang masing-masing dibawa oleh para orang tua.

"Bagaimana kuliahmu, Miyoung-ie?" Miyoung-gadis yang menggunakan bandana berwarna merah marun di puncak kepalanya menatap gadis yang berada di depannya-yang saat ini sedang meminum orange juice di gelasnya.

Miyoung tersenyum. Kemudian menyibak rambutnya-yang dirasa mengganggu dirinya-ke belakang bahu. "Tidak ada yang istimewa, Hyojin Eonni," jawabnya kalem. Tangannya terulur meraih toples kecil di depannya yang berisi biskuit berasa coklat. Ia membukanya, kemudian mengambil dan memakannya tanpa memedulikan para sepupunya yang memandangnya tak percaya.

"Aku tak mengerti, bagaimana kau bisa tetap bertubuh mungil seperti itu jika kau tidak berhenti makan." Seorang gadis lain-dengan memakai sweeter bermotif polkadot serta rambut berwarna coklat terang, nyaris berwarna seperti rambut pirang-menatapnya dengan bulatan mata tak percaya.

Seorang pria di sebelah kanan Miyoung mendecak. Ia ikut mengambil biskuit coklat di depan Miyoung, kemudian memakannya. "Aku juga heran dengan adikku ini." Ia menggeleng dengan mata yang menatap Miyoung prihatin, dan mulut yang terus mengunyah. "Dia selalu makan banyak ketika dirumah. Tapi tubuhnya tak kunjung mengembang."

"Kau kira aku adonan roti?" Miyoung menjawabnya dengan mata yang melotot. Kakinya menginjak-dengan sengaja-kaki kakaknya di bawah meja, hingga membuat kakak lelakinya tersebut mengaduh keras. "Apa?" sentaknya menantang, ketika kakaknya berganti melototinya tajam.