Setelah mendapat pesan dari Arsyaf, teman sekolahnya dulu di bangku SMA. Syifa langsung bergegas dan bersiap untuk pergi ke tempat yang sudah di janjikan oleh Arsyaf. Syifa merasa heran dan bingung, karena ini pertama kalinya Arsyaf menghubungi dirinya. Karena yang Syifa tahu, dari dulu arsyaf tak pernah dekat dengannya. Sebagai teman dekat.
Setelah selesai, Syifa langsung mengendari motornya menuju lokasi yang di janjikan Arsyaf. Sesampai di lokasi, Syifa sudah melihat motor Arsyaf ada di parkiran, itu tandanya Arsyaf sudah datang.
Kemudian, Syifa berjalan menuju pintu masuk dan mencari keberadaan arsyaf. Matanya mencari bagaikan elang mencari mangsa, setelah menemukan Arsyaf. Syifa menghampirinya dan duduk berhadapan.
"Nunggu lama ya?" Tanya Syifa yang kini sudah duduk didepan Arsyaf. Arsyaf tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan.
"Gak salah lagi. Pegel gua nungguin lo!" Ucap Arsyaf kesal, beralih melirik jam tangannya yang menunjukan angka 10:30.
"Ya sorry, lagian lu aja chat gua itu jam 10 kurang dan gua saat itu belum ngapa ngapain, ya. Jadi wajar lah gua mandi dulu, dandan dulu, belum lagi jalanan yang macet," ucap Syifa panjang lebar membela dirinya.
"Iya udah, cewek selalu bener," ucap Arsyaf mengalah, lebih tepatnya menyudahi perdebatan kecil yang terjadi.
"Yaudah cepet to the poin, lo mau ngomong apa. Bentar lagi gua mau pergi juga," ucapan Syifa membuat Arsyaf menatapnya lekat. Dan itu membuat Syifa risih.
"Apaan sih lo? Biasa aja liatinnya!" Ucap Syifa kesal karena sikap Arsyaf.
"Dih geer lo! Tadi lu bilang apa? Lo mau pergi? Sama siapa? Sama ketiga temen lo itu?" Tanya Arsyaf panjang lebar membuat Syifa memutar bola matanya.
"Iya bawel. Kok sekarang lo jadi bawel sih?!" Tanya Syifa yang sebal dengan sikap Arsyaf yang sekarang. Karena setau Syifa, dulu Arsyaf orang yang cuek dan gak banyak omong.
***
Setelah pertemuannya dengan Arsyaf selesai, Syifa langsung pergi ke rumah Hanna untuk mengerjakan skripsinya dan sekalian bicarakan soal bisnis. Sesampainya di sana, Syifa langsung masuk menuju kamar Hanna. Bukannya lancang ya, mereka berteman sudah lama dari kelas 10 SMA sampai sekarang.
"Hai hai," ucapnya kepada teman temannya. Disana tidak hanya ada Hanna, tapi juga ada Dinda dan Gita.
"Lama lo padahal rumah lo paling deket jaraknya ke sini," ucap Dinda yang masih fokus matanya menatap laptop. Sedangkan Gita hanya menatap Syifa intens.
"Tadi gua ada urusan bentar," ucap Syifa membela diri dari serangan teman temannya.
"Orang kaya lu punya urusan. Sini deh Fa minjem hp lu," ucap Dinda sambil mengambil hp Syifa yang di pegang. Sedangkan Syifa langsung mengeluarkan laptop dari tasnya dan mulai mengerjakan skripsinya.
Dinda yang sedang asik memainkan hp Syifa kemudian melotot membulatkan matanya secara sempurna. Menatap Syifa lekat.
"Fa?" Panggil Dinda kepada Syifa yang sedang asik mengetik tugas. Gita dan Hanna juga ikut menatapnya.
"Oy," sahutnya tanpa Dinda, kemudian matanya beralih menatap Dinda.
"Jujur ya," ucap Dinda yang membuat suasana hening dan teman temannya menatap kearahnya.
"Iya. Ada apaan sih?" Tanya Syifa yang penasaran dengan ucapan Dinda
"Lo lagi deket ya sama Arsyaf?" Boom! Ucapan Dinda membuat ketiga melolot, bagai di sambar petir tubuh Syifa, bagaimana bisa dia lupa kalo Arsyaf pasti akan menghubunginya lagi.
"Jawab gue." lagi Dinda berucap dan itu membuat Syifa semakin bersalah. Syifa tau harusnya dia endchat semua pesan dari Arsyaf dan tidak menyimpan nomernya apalagi menemuinya tadi.
"Ga..gak Nda gua gak lagi deket sama Arsyaf demi deh."
"Demi apa?"
"Demi tuhan Da."
"Hahaha."
Syifa bingung lalu terdiam.
"Tai!" Ucanya kesal karena dia tahu Dinda hanya mengerjainya saja.
"Cup cup cup tayang." ledek Gita sambil menepuk bahu Syifa kencang.
"Sakit bego!" Ucap Syifa sambil mengusap bahunya yang tadi di tepuk kencang oleh Gita.
"Sakitan mana ama gue yang di gantungin," ucap Hanna yang tiba tiba ikut masuk ke dalam obrolan mereka.
"Yeh lebay lo somplak," ucap Gita kepada Hanna.
Ketiganya asik larut dalam candaan, namun tidak dengan Dinda. Dinda masih memikirkan isi pesan yang di tulis oleh Arsyaf untuk Syifa. Memang itu bukan urusan Dinda, tapi entah kenapa rasa penasarannya lebih besar.
"Woy bengong aja," tegur Gita, membuat Dinda tersenyum kecil. Lalu menggeleng memberi isyarat jika dia tidak apa apa.
"Din?" Panggilan Syifa membuat Dinda menatapnya.
"Oy." sahut Dinda, kemudian merubah posisinya, yang tadinya tiduran kini duduk bersender tembok rumah. Syifa menatapnya tak enak, ada perasaan bersalah yang muncul.
"Lo masih ada rasa sama Arsyaf?" Pertanyaan Syifa membuat Dinda membeku. Haruskah pertanyaan ini diucapkan untuknya. Jujur ini sangat menyakitkan.
Dinda menggeleng lalu menjawab "Gak, apaan sih Fa. Gua udah gak ada rasa apa apa lagi ke Arsyaf." dan Syifa tahu kalau Dinda sedang berbohong kepadanya.
"Udah deh Nda lu jujur aja ke gua, lo masih punya rasa kan ke Arsyaf. Jujur! " ucap Syifa semakin memojokan Dinda. Dinda mengembuskan nafasnya berat.
"Bodo lah!" Ucapnya sebal kepada Syifa. Kemudian mengambil makanan yang ada di depannya dan memakannya.
"Fix jawabannya iya," ucap ketiganya lalu tersenyum kearah Dinda, sedangkan Dinda hanya diam melongo, menyaksikan ketiga temannya.
"Kompak," ucap Dinda lalu bertepuk tangan gembira.
"Yeh pea," ucap Hanna kepada Dinda sambil menoyor kepala Dinda. Sedangkan Dinda hanya tersenyum sebal.
........haihai aku hadir dengan cerita baru yeeeeay.......
Komentar jangan lupa
KAMU SEDANG MEMBACA
1 || Kau Yang Aku Semogakan (SUDAH TERBIT)
RomanceSUDAH NAIK CETAK Bagaimana perasaanmu jika tiba-tiba ada pria yang melamarmu tanpa sepengetahuanmu? Bagaimana perasaanmu jika pria itu orang kamu cintai di masa lalu? * Gadis manis itu menggerutu kesal ketika sang Bunda sibuk mengacak lemari dan men...