Part 15 - Pengganggu

5.5K 262 0
                                    

Setelah keduanya siap untuk berangkat dan berpamitan dengan mamanya Arsyaf dan Dinda langsung naik ke mobil.

"Kita makan dimana?" Tanya Arsyaf. Dinda yang sedang fokus ke jalanan tak menjawabnya.

"Din hey, kita makan dimana?" Tanya Arsyaf lagi. Dinda menatapnya dan berfikir sejenak.

"Di kafe atau restoran biasa reuni aja," usul Dinda.

"Di restonya aja ya? Kan katanya laper,"tawar Arsyaf. Dinda mengangguk.

Tak lama kemudian keduanya sampai di restoran teman biasa mereka reuni. Arsyaf dan Dinda segera turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam resto tersebut.

Dinda menuju meja di sebelah ujung yang berhadapan langsung ke arah jendela. Arsyaf memanggil pelayan dan menyebutkan pesanan mereka.

"Tempat ini gak terlalu ramai tapi juga gak terlalu sepi. Lumayan strategis sih buat resto kaya gini." mendengar ucapan istrinya membuat Arsyaf tersenyum. Bukan hal yang asing lagi kalo jalan sama Dinda bicarainnya hal tentang seperti itu.Dinda itu apa ya? Orangnya banyak omong bahkan kadang hal gak penting aja diomongin.

"Yah bisa di bilang gitu."

"Kenapa kamu gak bikin usaha resto aja atau cafe gitu, lumayan kan," saran dinda. Arsyaf menggeleng.

"Gak sempet sayang kerjaan di kantor aja banyak yang aku serahin ke Iqbal, karena aku ngurus proyek yang lain."

"Lah kan ada aku," tawar Dinda. Arsyaf menggeleng lagi.

"Kamu cukup di rumah aja ya, temenin mama terus selesain tuh skripsi kamu", ucapan Arsyaf membuat Dinda cemberut.

"Abis kelar skripsi deh ya, dari pada aku gak ada kerjaan hayo," pinta Dinda lagi Arsyaf tetap menggeleng.

"Kata siapa gak ada kerjaan?"

"Loh emangnya ada?" Tanya Dinda. Arsyaf mengangguk.

"Apa?"

"Merawat dan membesarkan anak anak kita," blus. Ucapan Arsyaf membuat pipi Dinda langsug mengembang.

Pelayan dateng membawa pesanan mereka berdua. Dengan perlahan menaruh pesanannya di meja. Lalu pergi dengan permisi. Dan di balas anggukan keduanya.

"Dindaaaaaaaa ya ampun," teriakan seseorang membuat Dinda tersedak. Arsyaf yang ada di hadapannya langsung menyodorkan minuman dan matanya melotot ke arah orang tadi. Sedangkan yang di pelototkan hanya menyengir.

"Hehehe sory sory," ucap Gita. Ya orang itu gita.

"Maaf cuyung gak sengaja gue maaf ya," ucap Gita sambil duduk di samping Dinda lalu memeluknya kencang. Dinda mengetuk kepala Gita pelan.

"Sakit monyong. Gua gak bisa nafas."

"Hehehe ih laki lo noh liatin gua ampe gitu amat." bisik Gita di telinga Dinda. Arayaf menatap Gita tajam dan Gita menciut. Walaupun Gita dan Arsyaf berteman kadang Gita masih segan berteman dengan Arsyaf yang jutek.

"Matanya mas pengen di colok," ucap Dinda sambil mengarahkan garpu ke arah mata Arsyaf. Arsyaf mengendus sebal.

"Git gua bilangin ya. Kalo punya mulut volumenya di atur kenapa. Bisa sakit telinga gua," ucap Arsyaf datar tapi menusuk.

"Iya iya tau kok lo nya aja yang belum terbiasa kali, Dinda mah udah sering ya Din," Ucap Gita yang di angguki Dinda.

"Tumben lu makannya sendirian mana Hanna sama Syifa."

"Ini gua lagi nunggu mereka. Lama amat emang."

"Najong gua gak di ajak bertigaan mulu ya sekarang. Gua di asingin."

"Lah kita bertiga karena lu nya udah berdua."

"Ih tapi kan bisa kali ngajak ngajak."

"Yaudah ini juga lagi berempat."

"Berlima."

"Eh nambah personil satu."

"Ya amsyong ini lo Da. Mimpi apa gua ketemu lu udah lama gak main bareng," ucap Syifa yang baru dateng dengan Dinda. Dan Syifa langsung duduk di samping Arsyaf.

"Lebay." bukan, bukan Dinda yang ngomong tapi Arsyaf.

"Dih nambah personil nih,"ucap Hanna sambil mengambil kursi dari meja lain dan langsung duduk di samping Dinda.

"Boleh tuh," ucap Syifa.

"Ogah gua gabung sama kalian," ucap Arsyaf lalu menatap Syifa garang. Dinda memperhatikan itu. Sulit rasanya untuk tidak bilang tidak ada apa apa di antara keduanya. Dan kenapa Dinda bisa lupa kalo dia belum membahas permasalahannya dengan Arsyaf soal Syifa.

"Dih ngomongnya gitu," ucap Hanna.

"Ar lu kok jahat sih," ucap Hanna

"Jahat apaan."

"Lu mah jahat Iqbal di suruh lembur terus, kapan punya waktu buat gua coba," omel Hanna. Yang notabenya adalah pacar Iqbal. Hanna dan Iqbal dekat semenjak reuini. Dan keduanya kini resmi pacaran.

"Lah apa urusannya sama lo, dia kerja sama gua ya itu udah tugas dia," jelas Arsyaf. Hanna mendekati Dinda.

"Din bilangin nih sama dia jangan kasih Iqbal lemburan terus kan waktu jalan gua ama Iqbal berkurang," Dinda mengangkat bahunya.

"Bukan urusan gua ya Na gua gak ngerti."

"Alah dasar Bateng,"sindir Hanna dan itu membuat ke empat temannya tertawa.

"Masa lalu Na jangan di bahas," ucap Syifa. Jadi dulu Dinda pernah suka sama kakak kelas dan di inisialin jadi bateng biiar pada gak ada yang tau.

"Tau luh gua aja udah lupa," ucap Dinda sambil menatap ke arah Arsyaf yang sedang memainkan hpnya.

"Alah lupa, tar juga kalo ketemu lagi langsung cinta lagi yang ujung ujungnya gagal move on," sindir Gita yang sedari tadi sibuk dengan makanannya.

"Eh kenapa jadi bahas masa lalu di depan masa depan gua sih gila," omel Dinda yang sadar jika dari tadi mata Arsyaf sudah melotot ke arahnya.

Ini mah calon calon berantem lagi baru tadi pagi akur ya tuhan, batin Dinda.

1 || Kau Yang Aku Semogakan (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang