Part 7 - Menyebalkan_Dinda

7.1K 313 9
                                    

Aku masih mengedarkan pandanganku untuk mencari undangan yang menurut aku bagus. Semuanya bagus dan itu membuatku sulit memilih. Damn! Semuanya aja gua pilih.

"Mau yang mana Din?" Tanya Arsyaf yang ada di sebelahku. Bahkan aku lupa kalo aku kesini bersama dia. Wajahnya menunjukan kalo dia udah bete nungguin aku. Yaiyalah bete orang udah hampir satu jam kita disini milih undangan tapi belum ada yang aku pilih. Lagian ya dia bukannya ikut milih malah diem aja. Nyebelin

"Gatau aku bingung. Kamu bantu juga dong Ar," ucapku sebal. Dia hanya mengendus sebal lalu menatapku. Udah gitu doang? Dih nggak ada niat bantuin sama sekali. Calon suami macam apa dia? Menyebalkan sekali.

"Ar bantuin kenapa?!" Teriaku pelan menatap kearah Arsyaf. Dia hanya mengendus kesal kemudian ikut memilih walaupun malas malasan.

Good boy. Nunggu di teriakin dulu, nunggu di marahin dulu gitu supaya mau di suruh bantuin. Cowok macem apa dia inisiatif dikit kek?.

Setelah mendapat undangan dan menyebutkan jumlahnya. Aku dan Arsyaf berlanjut ke toko emas.

"Kenapa?" Tanya Arsyaf yang sedari tadi aku tatap tajam. Bagaimana tidak dari tadi aku dicueki. Sedangkan dia asik teleponan sama Iqbal.

"Kenapa sih Din?" Tanyanya lagi. Huh dasar lelaki tidakak peka. Ya tuhan untung aku cinta coba kalo tidak, bisa ku bunuh di rawa rawa.

"Iissshhh!!!" Kesalku sambil mencubit lengannya. Dia yang sedang fokus menyetir tiba tiba meringis kesakitan.

"Aawww aww Dinda apa-apa sih?!" Ucapnya tangan kananya mengelus lengan kirinya. Sedangkan tangan kirinya ada di atas stir.

"Nyebelin dasar manusia batu gak punya hati nyebelin ish," teriakku di barengi isakan dan membuat Arsyaf diam di tempat.

"Shuut Dinda ini di mobil jangan berisik, kamu kenapa sih? Ngatain aku manusia batu kata kata dari mana itu? Nggak punya hati, aku punya hati buktinya aku sayang sama kamu hm," ucapnya dan membuatku diam seketika kata sayang yang di ucapkan Arsyaf membuatku berdebar dan walaupun sayang itu tak sengaja keluar dari bibirnya.

"Emang kamu batu kok dan kalo kamu sayang sama aku kamu harusnya gak cuekin aku!" Sengitku kepadanya

"Terserah kamu lah mau panggil aku apa?" Pasrahnya dia. Ngalah terus mas emang nggak cape apa.

"Yaudah om," ucapku singkat dia menatapku tak percaya. Lalu mengangkat alisnya.

"Perasaan umur kita nggak beda jauh deh? Harusnya aku yang manggil kamu tante kan kamu lebih tua dari aku." Bomm! Jawabannya bikin aku diam. Tuh kan bener mulutnya emang gitu diem-diem sekali ngomong nusuk. Kurang dalem bang.

"Iya tau," ucapku melemah. Makasih udah ngingetin kalo aku lebih tua dari kamu. Sedih dengernya. Kemudian aku lebih memilih menatap jalan dan diam. Arsyaf melirikku sekilas lalu melanjutkan kemudinya.

Setelah sampai di toko emas, aku dan Arsyaf langsung turun dan berjalan ke dalam toko tersebut.
"Selamat siang ada yang bisa kami bantu?" Sapa pelayan yang ada di toko ini. Toko ini memang lumayan besar di banding toko toko emas lainnya. Dan kalo kemalingan enak nih malingnya dapet banyak. Eh? Apaan sih Din mikirnya hal yang negatif.

"Saya cari cincin pernikahan mba," ucap Arsyaf kepada pelayan tadi dan pelayan itu melangkah menuju kearah kanan meja. Wow bagus bagus banget.

"Ini pak silahkan di pilih," ucap pelayan itu lalu tersenyum kepadaku. Saat aku sedang memilih cincin tiba tiba Arsyaf menyenggol lenganku aku menatapnya sebal lalu dia menunjuk kearah sebuah cincin dan itu membuatku diam seketika.

 Saat aku sedang memilih cincin tiba tiba Arsyaf menyenggol lenganku aku menatapnya sebal lalu dia menunjuk kearah sebuah cincin dan itu membuatku diam seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu indah sekali aku tersenyum tipis Arsyaf memang tau seleraku.

"Mba saya ambil yang itu," ucapku sambil menunjuk cincin yang tadi di tunjuk Arsyaf. Mba itu mengangguk dan mengambil cincinnya. Aku mencobanya dan ini begitu indah di tanganku. Arsyaf hanya tersenyum dan mengangguk setuju.

"Saya ambil yang ini, tapi di bagian bawahnya di kasih nama ya mba Adinda di cincin cowoknya dan Arsyaf di cincin ceweknya. Oh iya mba cincin cowonya jangan cincin emas kalo bisa cincin perak aja," ucapanku di angguki oleh mba pelayan tadi dan itu membuat Arsyaf melotot seram kearahku.

"Diambil tiga hari ya mba," ucap mba pelayan itu dan saat Arsyaf melakukan pembayaran aku keluar dari toko dan menunggu di depan.

"Udah?" Tanyaku dan dia mengangguk. Lalu masuk ke dalam mobil dan aku menyusulnya.

"Maksud kamu apa pesenin cincin kawin aku pake perak bukanya emas?"tanyanya membuatku ingin tertawa. Oh jadi dari tadi dia kesal toh.

"Cincin nikah maksud kamu?" Ucapku membenarkan andai saja dia tau kalo barusan dia mengucapkan kata kata yang membuatku berfikiran mesum.

"Iyalah itu apa terserah," ucapnya masih dengan nada kesalnya.

"Ya aku hanya mengikuti syariat islam aja," ucapku mengingat dulu apa yang di ucapkan guru agamaku waktu SMA jika seorang laki laki itu sebaikanya tidak menggunakan cincin emas di tangannya. Apa mungkin dia lupa.

"Syariat islam?" Tanyanya lagi.

"Iya Ar. Kamu inget tidak sih waktu kita SMA pak Pendi kan pernah bilang kalo cowok itu sebaiknya jangan memakai cincin emas. Duh aku lupa dulu kan kalo lagi belajar boro-boro kamu dengerin, yang ada kamu kan main hp atau gak tidur," ucapku membuat dia mengendus sebal. Lelaki di sebelahku ini memang menyebalkan. Ada aja kelakuannya yang bikin aku sebal sama dia.

"Iya paham kamu kan anak rajin makanya sampai sekarang kuliah gak selesai-selesai," ucapnya dan lagi lagi menyebalkan. Di bilang kalo dia ngomong nyakitin. Aku mah kuliah beneran emang dia kuliah pake loncat-loncat segala sok pinter. Eh emang dia pinter buktinya udah sarjana bahkan udah punya perusahaan, sedangkan aku, masih aja jadi mahasiswa. Malangnya aku ini.

1 || Kau Yang Aku Semogakan (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang