part 12 - Hal kecil

7.3K 307 2
                                    

"Apa hubungannya pemilik perusahaan sama bisa naik motor Din?" Tanya Arsyaf sambil melirik ke arah Dinda.

"Ya ada lah," jawab Dinda

"Apa?"

"Ya pokonya ada."

"Ya apa jawabannya?"

"Ya ada."

"Udah gak bisa jawabkan? Jangan ngeremehin aku, aku bawa moge shock kamu, ninja mah ya kecil," Dinda yang mendengar itu hanya menggendus sebal.

"Sebodo teing."

****

"Dindaaaaaaaa." mendengar ada yang meneriakan namanya Dinda menutup telinganya.

"Ck, bacot lu Fa bikin gua mau muntah." ucap Dinda dan langsung kendapat toyoran dari Gita.

"Lebay lo," ucap Gita

"Lu hamil Din?" Tanya Hanna membuat Dinda terdiam bingung. Perasaan tadi gak bahas hamil.

"Siapa yang hamil Na?" Tanya Gita.

"Dinda Git Dinda, gua nanya Dinda," jelas Hanna kepada Gita kemudian Gita dan Syifa menatap perut Dinda lalu menatap wajahnya.

"Ih apa apaan sih lu pada, ini lagi siapa yang hamil sih!" Ucap Dinda risih karena Gita dan Syifa menatapnya terlalu berlebihan.

"Loh tadi lu bilang mau muntah," Ucap Hanna lagi yang membuat Dinda menepuk jidatnya.

"Pea ish tau ah. Jelasih Fa ketemen lo,"geram Dinda lalu menyerahkan Hanna kepada Syifa pawangnya. Hanna memang gitu bisa di bilang ok dalam pelajaran tapi kadang otaknya suka lemot kalo soal di luar pelajaran.

"Jadi gini ya Hanna temen TK, SD, SMP, SMA dan Kuliah walaupun beda jurusan dan berakhir di kantin dan walaupun rumah kita satu komplek tapi beda block dan demi pelajaran matematika tapi kesukaan gua bahasa indonesia gini loh Na tadi Dinda bilang dia mau muntah karena denger bacotnya Syifa gitu jadi bukan muntah karena hamil. NGERTI!" Jelas Syifa yang sudah gemas ingin memitas kepala Hanna, pinter iya tapi gitu sedangkan Dinda dan Gita hanya mengangguk angguk mengerti apa yang di omongin Syifa.

"Iya gua ngerti elah," ucap Hanna sebal.

***
"Ciaaa penganten baru mukanya gak enak banget, ngapa lo?" Tanya Iqbal kepada Arsyaf.

"Bacot anjing." umpat Arsyaf kepada Iqbal sambil melempar pulpen yang ada di atas mejanya.

"Wees mas santai dong, kenapa sih lo?" Tanya Iqbal yang kemudian duduk.

"Gak dapet jatah dari Dinda?" Ucapan Iqbal membuat Arsyaf mengendus sebal. Sok tau sekali sahabatnya ini.

"Sotau anjing,  mati kek lu sana ngapain tau disini ganggu lu," umpat Arsyaf membuat Iqbal tertawa kencang.

"Lah si bego, lu kenapa nyet di tanya malah ngatain gua mulu, ada masalah apaan lu?"

"Pusing gua dapet laporan proyek yang di kalimantan ada masalah mau gak mau gua turun tangan."

"Lah yaudah samperin gampangkan? Masalahnya dimana?"

"Masalahnya bini gua anak dugong."

"Kenapa lagi dengan Dinda nyet?"

"Gatau."

"Anjing beneran lu babi!"

"Kunyuk!"

"Bini lu kenapa jing."

"Bini gua gak papa tapi gua yang kenapa napa nyuk. Masalahnya kalo jauh jauh gua suka kangen."

"Tai! Goblok gua kira mah apa tolol" umpat Iqbal kesal dengan alasan tak masuk akalnya Arsyaf.

Namun tiba tiba pintu terbuka dan menapakan wajah cantik istrinya. Dinda datang dengan wajah kesalnya dan menatap sengit Iqbal lalu menghampiri Iqbal dan menjewer telingannya.

"Aduh! Apaan sih beb," teriak Iqbal sambil berusaha melepas jeweran Dinda namun Dinda malah menjewernya lebih kencang lagi. Arsyaf yang mendengar kata beb dari Iqbal untuk istrinya langsung melempat binder yang ada di mejanya ke arah Iqbal.

"Bini gua."

"Din din apaan sih lu mah dateng dateng kesannya gak enak banget ke gua," ucap Iqbal kemudian Dinda langsung melepas jewerannya.

"Kamu juga nyebelin!" Umpat Dinda kepada Arsyaf. Arsyaf yang sedang duduk diam seketika.

"Kok aku juga kena?"

"Emang!"

"Emang kita salah apa sih?" Tanya Iqbal sambil mengusap telingnya yang tadi di jewer Dinda.

"Salah apa salah apa! Masih nanya salah apa?! Gua jemur di depan sampe pulang baru tau rasa ya kalian," ucapan Dinda membuat Iqbal dan Arsyaf diam.

"Ya makanya jelasin."

"Makanya kalo punya mulut di jaga bal."

"Tenang besok gua sewain satpam," ujar Iqbal membuat Arsyaf tertawa namun Dinda cemberut.

"Bukan itu anak dugong."

"Lah terus apaan."

"Makanya kalo punya otak di pake."

"Lah kata siapa otak gua gak kepake?" Ujar Iqbal mengangkat sebelah alisnya.

"Kalian kalo masih ngomong kasar lagi gua gak ampunin gua suruh bersihin kamar mandi kantor."

"Eh buset bu bos pea," ucap Iqbal membuat Dinda melotot.

"Apa?! Mau ngelawan?" Tanya Dinda garang dan membuat Iqbal menggeleng takut.

"Ini juga kalo ngomong gak di rem, hewan hewan di sebutin semua? Apa tujuannya? Mau bikin kebun binatang? Iya?" Omel Dinda kepada Arsyaf. Iqbal hanya tertawa melihat Dinda mengomeli bosnya.

"Dikira enak kali dengernya ngomong sambil ngambsen hewan, anak siapa sih kalian ini emang gak di didik sama orang tua kalian? Iya?" Mendengar omelan Dinda Arsyaf mengendus sebal. Bawelnya mulai keluar.  Ini yang Arsyaf gak suka dari Dinda hal kecil suka di besar besarin.

"Udah pidatonya?" Tanya Arsyaf membuat Dinda melotot. Dari tadi dia ngomong panjang lebar gak di dengerin. Iqbal yang sudah merasakan hawa hawa panas pamit keluar.

"Belum! Ish dengerin aku" ucap Dinda menarik lengan Arsyaf saat lelaki itu hendak keluar ruangan.

"Dengerin apa? Dengerin kamu marah marah? Atau dengerin topik yang gak jelas? Kamu kebiasaan tau gak, itu hal kecil terus kamu besar besarin kaya gini. Sampe kamu jewer telinga Iqbal cuma karena ngomong kasar doang.  Childish banget kamu. Kamu kesini mau ngapain? Aku banyak kerjaan mending pulang aja sana," ucap Arsyaf panjang lebar. Dinda masih diam tak bergerak, ucapan Arsyaf menyentil ulu hatinya. Hal kecil dia bilang? Kalo dia tau itu hal kecil kenapa gak mencoba di hilangkan sifat buruknya itu tanpa harus di omeli layaknya anak SD.

Dan apa? sekarang dia di usir dari kantor suaminya sendiri. Wow hebat. Hatinya sakit, emang salah jika dia mengingatkan suaminya agar jaga mulutnya agar tidak bicara kasar. Apa dia salah?

1 || Kau Yang Aku Semogakan (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang